Ibupedia

Menghadapi Vagina Robek Pasca Melahirkan

Menghadapi Vagina Robek Pasca Melahirkan
Menghadapi Vagina Robek Pasca Melahirkan

Vagina robek saat melahirkan secara normal, apakah hal itu umum terjadi?

Ya, pada saat Bunda melahirkan melalui vagina, maka ada kemungkinan besar terjadi robek. Biasanya bagian yang robek adalah perineum, yakni area di antara vagina dan anus. Peristiwa tersebut lebih sering menimpa wanita yang baru pertama kali melahirkan melalui vagina dan besarnya robekan berkisar dari sekedar torehan kecil, lecet, sampai robekan dalam yang mempengaruhi beberapa otot dasar panggul. Apabila Bunda memiliki episiotomi, maka bukan berarti Anda bebas dari robekan ini. Justru, episiotomi akan meningkatkan resiko terjadinya robekan yang lebih parah.

Robekan yang paling ringan (tidak terlalu dalam) terjadi pada kulit perineum dan jaringan di sekitar mulut vagina atau lapisan terluar vagina tanpa melibatkan otot apapun. Robekan ini disebut juga dengan laserasi tingkat pertama (first-degree lacerations) dimana biasanya terlalu kecil sehingga tidak membutuhkan jahitan. Biasanya robekan tersebut sembuh dengan cepat dan hanya menyebabkan sedikit atau tidak sama sekali rasa sakit.

Laserasi tingkat kedua (second-degree lacerations) adalah robekan yang lebih dalam hingga menembus otot di bawah lapisan kulit. Robekan ini perlu dijahit setiap lapis demi lapisnya hingga tertutup sempurna. Hal ini akan membuat Bunda merasa tidak nyaman selama beberapa minggu sampai akhirnya sembuh. Benang untuk menjahit robekan akan larut sendiri selama masa penyembuhan.

Sekitar 4 persen wanita yang melahirkan secara normal berakhir dengan robekan serius di perineum mereka yang melebar hingga  ke rektum. Robekan semacam ini dapat menyebabkan rasa sakit selama berbulan-bulan serta meningkatkan resiko terjadinya inkontinensia anal. Nah, kondisi itulah yang disebut dengan laserasi tingkat ketiga atau tingkat keempat. Laserasi tingkat ketiga yaitu adanya robekan pada jaringan vagina, kulit perineum, serta otot perineum yang membentang hingga sfingter anal (otot yang mengelilingi anus). Sementara itu, laserasi tingkat keempat lebih parah lagi karena robekan kini telah melewati sfingter anal hingga jaringan di bawahnya.

Ada juga wanita yang mengalami robekan di tempat lain. Misalnya saja, robekan pada bagian atas vagina di dekat uretra (kondisi ini disebut laserasi periuretra). Robekan ini seringkali begitu kecil sehingga saat Bunda mengalaminya, maka hanya diperlukan beberapa jahitan atau bahkan tidak dijahit sama sekali.

Robekan tersebut juga tidak melibatkan otot, sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat dan rasa sakitnya pun lebih ringan jika dibandingkan dengan laserasi perineum. Keluhan utama wanita yang mengalami robekan di sekitar uretra biasanya adalah rasa seperti terbakar saat buang air kecil.

Meski jarang terjadi, ada pula wanita yang mengalami robekan di area sekitar leher rahim, di labia (lipatan di kulit luar vagina) atau robekan dalam pada jaringan vagina (disebut juga dengan sulcus tear). Well, apapun jenis robekannya, tak dapat dipungkiri bahwa kelak Bunda akan merasakan rasa sakit atau terbakar pada vagina. Meski begitu, para wanita pastilah berharap robekan yang terjadi masih berada di tingkat rendah sehingga tidak perlu menerima pengobatan hingga berminggu-minggu.

Hmm, sebenarnya siapa saja yang paling beresiko mengalami laserasi tingkat ketiga dan tingkat keempat? Semua wanita yang melakukan persalinan normal mungkin saja mengalaminya, tapi kemungkinan Bunda akan lebih besar apabila Anda berada di situasi berikut ini:

  • Sebelumnya Bunda telah melahirkan melalui vagina dan pernah mengalami laserasi tingkat ketiga atau tingkat keempat.
  • Bunda pernah mengalami episiotomi baik saat ini maupun di persalinan terdahulu.
  • Bayi Anda berukuran besar.
  • Si kecil lahir dalam posisi posterior (face-up).
  • Saat persalinan, Anda mendorong atau mengejan terlalu lama.
  • Jarak di antara mulut vagina dan anus Bunda lebih dekat dibanding rata-rata wanita lain.
  • Saat persalinan, Anda memakai alat bantu seperti forsep.

Bagaimana cara mengobati robekan tersebut?

Apabila Bunda memiliki robekan, episiotomi, atau bahkan keduanya, maka Bunda akan memerlukan beberapa jahitan. Pertama-tama obat bius akan diberikan disuntikkan pada area yang robek supaya kebas.Jika Bunda memiliki robekan yang lebar, maka Anda mungkin akan memerlukan blok pudenda, yakni injeksi berupa bius lokal yang disuntikkan ke dalam dinding vagina. Suntikan tersebut akan mengenai saraf pudenda dan membuat kebas seluruh daerah genital Anda. Nah, baru setelah itu dokter akan menjahit robekan Bunda lapis demi lapis.

Setelah dijahit, maka Bunda danjurkan untuk mengompres area yang robek dengan es selama 12 jam ke depan atau lebih. Jika Bunda memiliki lebih dari satu luka, maka rasanya pasti akan jauh lebih tidak nyaman. Kalau sudah begitu, jangan malu untuk minta obat penghilang rasa sakit pada dokter.

Bagaimana dengan proses kesembuhan pasien dengan robekan serius?

Bunda tak perlu khawatir, karena rasa sakit yang Anda rasakan pasti semakin berkurang seiring waktu. Meski begitu, rasa tidak nyaman mungkin masih akan mengganggu Bunda selama kira-kira tiga bulan ke depan. Berikut Ibupedia akan bagikan beberapa tips untuk membantu masa pemulihan saat Anda mengalami robekan tingkat ketiga atau tingkat keempaat:

  • Sekedar buang air kecil atau buang air besar seringkali menjadi aktivitas yang teramat menyakitkan. Oleh karena itu, mintalah pada dokter agar diberikan pelunak feses. Ikuti petunjuk penggunaannya dan terus pakai selama setidaknya seminggu pertama pasca persalinan.
  • Jangan menahan diri untuk tidak buang air besar. Meski rasanya sakit, keluarkan saat Bunda benar-benar memerlukannya. Percaya deh, konstipasi pasti jauh lebih menyakitkan!
  • Tahan dulu dorongan berhubungan intim dengan pasangan Bunda. Tunggu sampai dokter Bunda membolehkan hal tersebut.
  • Hindari memasukkan sesuatu ke dalam rektum, termasuk supositoria atau enema.
  • Wanita yang mengalami robekan sampai ke dalam sfingter hingga rektumnya akan lebih mungkin terkena inkontinensia gas atau kotoran di kemudian hari. Beri tahu dokter atau perawat kalau Anda menderita karena hal itu.

Apakah ada cara untuk mencegah terjadinya robek?

Jawabannya, mungkin saja. Bunda dapat melakukan pijatan perineum di trimester ketiga masa kehamilan secara teratur. Cara ini akan membantu kulit perineum melebar dan mengurangi kemungkinan terjadinya robekan atau episiotomi.

Bunda juga dapat meminimalisir terjadinya robek dengan cara mengontrol diri saat sedang mengejan. Lakukan persalinan dengan pelan sehingga ada cukup waktu bagi perineum untuk melebar dan mengakomodasi tubuh sang buah hati. Itu berarti, Bunda harus bersabar menunggu dan melawan dorongan untuk mengejan saat kepala bayi mulai nampak. Ada juga hasil studi yang menyatakan bahwa penggunaan kompres hangat pada perineum selama akhir bukaan kedua saat persalinan juga turut mengurangi resiko terjadinya robekan serius.

Apapun tindakan yang Bunda ambil, penting untuk dicatat bahwa robek adalah salah satu hal yang tak bisa dikendalikan dari proses melahirkan sang buah hati. Bisa saja Anda memang memiliki jaringan vagina yang tipis atau si kecil berada dalam posisi yang sulit di dalam rahim. Jangan khawatir, rasa sakit yang Bunda alami itu tak ada apa-apanya dibanding melihat buah hati Anda berhasil keluar melalui vagina dan lahir sempurna.

(Yusrina)

Follow Ibupedia Instagram