Pertumbuhan Janin Terhambat, Apa Penyebabnya?
Bunda, ketika mengandung, Anda tentu kerap mendapat nasihat untuk lebih memperhatikan pola makan dan menjaga asupan nutrisi. Dan bagi Anda yang sebelum hamil gemar merokok, Anda biasanya disarankan untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Anjuran-anjuran tersebut sebaiknya tidak Anda abaikan, karena itu semua demi kebaikan Anda sendiri dan juga sang buah hati. Anda tentu tidak ingin pertumbuhan janin dalam kandungan terhambat, bukan?
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) atau dikenal pula sebagai intrauterine growth restriction (IUGR) adalah kondisi serius yang terjadi manakala berat bayi di bawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi normal. Penyebabnya? Berbagai faktor dapat menjadi pemicunya, namun pada intinya bayi membutuhkan nutrisi yang tepat agar tumbuh kembangnya baik.
Karena itu, cara terbaik yang dapat dilakukan seorang calon ibu dalam mencegah IUGR adalah menghindari faktor risiko yang sepenuhnya berada dalam kontrol mereka. Misalnya tidak mengonsumsi alkohol dan narkoba, berhenti merokok, selalu memperhatikan pola makan (terlebih jika memiliki riwayat tekanan darah tinggi), dan menjaga pola makan sehat dan seimbang serta asupan nutrisi. Ingat, Bunda, merawat diri sendiri berarti sekaligus merawat bayi dalam kandungan.
Bayi didiagnosa IUGR jika mereka tampak lebih kecil dari seharusnya. Namun tidak semua bayi yang kecil mengalami IUGR. Ada bayi yang memang kecil karena salah satu dari orang tuanya juga seperti itu. Dan sebaliknya, ada bayi yang ketika di rahim tampak kecil, namun saat lahir normal-normal saja. Akan tetapi memang pada beberapa kasus, bayi yang tampak kecil dalam rahim merupakan bayi dengan IUGR. Selalu konsultasi dengan dokter untuk memastikan apakah bayi mengalami IUGR atau tidak, ya, Bun.
Bunda, bayi kesulitan berkembang jika ia tidak mendapatkan cukup asupan oksigen maupun nutrisi. Faktor cacat genetik, meski jarang, juga dapat menyebabkan IUGR. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga dapat memicu IUGR. Berikut di antaranya:
1. Ketidaknormalan plasenta
Plasenta adalah organ yang berfungsi menyalurkan oksigen dan nutrisi kepada bayi dalam rahim. Plasenta bisa tidak berfungsi dengan semestinya jika ia terlalu kecil, tidak terbentuk dengan sempurna, atau mulai terlepas dari rahim (placental abruption). Plasenta yang letaknya terlalu ke bawah dari rahim (placenta previa ) juga memberi sedikit peluang terjadinya risiko IUGR.
2. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom, seperti Down Syndrome, atau cacat lahir struktural, seperti anencephaly (di mana ada bagian otak yang tidak lengkap), atau cacat pada ginjal maupun dinding perut dapat menjadi faktor risiko IUGR.
3. Kondisi medis yang dialami bumil
Pemicu IUGR lainnya adalah bumil mengalami permasalahan medis seperti hipertensi kronis atau pre-eklampsia, atau kombinasi keduanya. Dengan kondisi seperti ini, bayi Anda berisiko mengalami IUGR. Begitu pun jika Anda memiliki masalah ginjal atau jantung, anemia tertentu (seperti anemia sel sabit), diabetes kronis, gangguan pembekuan darah, penyakit paru-paru serius, dan sindrom antibodi antifosfolipid, peluang bayi Anda mengalami IUGR lebih besar.
4. Bumil perokok, gemar mengonsumsi alkohol, atau menggunakan narkoba
Anda sayang dengan bayi dalam kandungan Anda, kan, Bunda? Yuk, segera hentikan kebiasaan buruk Anda merokok atau mengonsumi alkohol. Dan yang tak kalah penting, tentu saja, say no to drugs!
5. Hamil anak kembar
Mengandung anak kembar dua, tiga, atau bahkan lebih, juga dapat memicu pertumbuhan bayi terhambat, lho!
6. Bumil mengalami infeksi tertentu
Hati-hati, Bunda, infeksi tertentu seperti toksoplasma, CMV, sifilis, atau rubella dapat menular pada bayi Anda. Jangan ragu untuk menyampaikan masalah ini kepada dokter kandungan Anda agar Anda segera mendapat penanganan dan buah hati Anda tidak tertular.
7. Obat-obatan tertentu
Ini juga perlu diwaspadai. Ketika hamil, jangan sembarangan mengonsumsi obat-obatan, ya, Bunda? Sebab, beberapa obat-obatan seperti anticonvulsants dapat menjadi faktor risiko IUGR.
8. Malnutrisi akut
Bumil yang memang cenderung kurus sebelum kehamilan dan tidak mengalami lonjakan berat badan berarti saat hamil harus berhati-hati. Begitu juga dengan bumil yang tinggal di tempat yang tinggi (high altitude) juga berpotensi memiliki bayi lebih kecil dari ukuran normal.
Bunda, jika Anda merasa memiliki salah satu dari delapan kondisi yang disebut di atas, sebaiknya Anda segera meminta dokter melakukan USG untuk mengecek perkembangan bayi, meski besar perut Anda tampak normal dari luar.
Selain itu, jika sebelumnya Anda pernah mengalami kondisi janin lahir mati (stillbirth) atau IUGR, Anda perlu mendapatkan sedikitnya satu kali USG pada trimester kedua akhir atau awal trimester ketiga untuk memantau perkembangan si buah hati dalam kandungan.
Apa Pengaruhnya Bagi Bayi?
Bayi yang didiagnosa IUGR cenderung mengalami komplikasi tertentu selama berada dalam kandungan, saat dilahirkan, dan sesudahnya. Tingkatan risiko tiap bayi berbeda-beda, tergantung apa penyebab pertumbuhannya terhambat, seberapa parah masalahnya, dan berapa perkiraan usia kehamilan.
Menurut riset, bayi yang beratnya di bawah 5 persentil, dan terutama jika di bawah 3 persentil, paling berpeluang mengalami masalah. Dan risiko komplikasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, lebih tinggi untuk bayi dengan IUGR yang juga lahir prematur.
Bayi yang terhambat pertumbuhannya juga akan mendapat lebih sedikit asupan nutrisi maupun oksigen di dalam rahim maupun ketika dilahirkan, dan itu berarti risiko cukup tinggi untuk terlahir mati (stillbirth). Bayi-bayi dengan IUGR juga lebih sulit ditangani saat persalinan, sehingga biasanya harus dilahirkan secara operasi Caesar.
Tidak hanya itu, ketika lahir bayi IUGR juga akan memiliki gula darah rendah, rentan terpapar infeksi, kesulitan mempertahankan temperatur tubuh, memiliki jumlah sel darah merah tidak normal, berpotensi mengalami jaundice (kuning) dan meconium aspiration (ketika bayi menghirup BAB-nya sendiri di dalam rahim atau saat persalinan).
Namun Bunda tak perlu terlalu gusar jika bayi didiagnosa IUGR, karena banyak bayi dengan kondisi seperti ini tetap dapat tumbuh normal. Namun memang tak sedikit pula yang mengalami masalah perkembangan di kemudian hari, khususnya yang terlahir prematur, dan IUGR kerap kali dihubungkan dengan kelumpuhan otak besar (cerebral palsy). Beberapa riset juga menunjukkan bayi dengan IUGR cenderung obesitas di kemudian hari dan mengalami masalah perkembangan jantung, diabetes tipe II, dan tekanan darah tinggi.
(Dini)