4 Langkah Persiapan Hamil di Usia 20-an
Secara biologis, usia 20-an disebut sebagai usia terbaik untuk hamil dan melahirkan. Tetapi, tak jarang Ibu merasa tidak nyaman bahkan takut ketika hamil di usia 20-an. Apa saja kelebihan dan kekurangan kehamilan di usia 20-an? Bagaimana mempersiapkannya? Simak yuk artikel berikut.
Kelebihan Hamil di Usia 20-an
Kehamilan di usia 20-an disebut sebagai waktu emas, karena pada usia ini lah perempuan mencapai puncak fertilitasnya. Pada masa ini, tubuh perempuan sudah berkembang dan memiliki energi terbaiknya, sehingga lebih sedikit kemungkinan melahirkan bayi prematur. Dilansir dari Jurnal Saintika Medika , Ibu di usia 20-35 tahun lebih sedikit memiliki risiko komplikasi kehamilan yang berpotensi berbahaya dibandingkan dengan Ibu yang hamil di usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Kelebihan lainnya, karena metabolisme yang prima Ibu di usia 20-an akan lebih mudah menghadapi perubahan ritme dan pola tidur lantaran bayi yang sering bangun sepanjang malam.
Tantangan Hamil di Usia 20-an
Ibu hamil di usia 20-an memiliki tubuh yang relatif lebih prima dibandingkan Ibu di usia 30-an, sehingga lebih fleksibel menghadapi stress dan tanggung jawab sebagai Ibu rumah tangga. Akan tetapi tanggung jawab yang harus dipikul di usia muda kerap memunculkan kecemasan dan persoalan relasi dengan pasangan.
Terlebih, tidak banyak perempuan yang memiliki kematangan emosional sebagai Ibu di usia awal 20-an. Tak jarang Ibu yang berencana hamil di usia 20-an merasa cemas, apakah dapat menjadi Ibu yang baik? Bagaimana jika kehadiran bayi nantinya justru mengurangi kualitas hubungan dengan suami? Bagaimana jika perilaku suami berubah karena perubahan tubuh Ibu? Bagaimana jika sang anak nanti terlahir kurang sehat?
Selain itu, usia pernikahan yang baru terjalin membuat Ibu dan Ayah masih harus banyak beradaptasi satu sama lain. Tak jarang, terjadi kesalahpahaman atau perbedaan pendapat dengan suami yang kemudian memunculkan stres.
Masa kehamilan dan melahirkan adalah proses yang panjang serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Banyak pasangan suami-istri yang cemas memikirkan hal ini, belum lagi biaya untuk merawat dan membesarkan anak. Maka, tak jarang Ibu yang hamil di usia 20-an, apalagi di awal 20-an, mengalami kecemasan terkait aspek finansial.
Apalagi, usia 20-an merupakan masa di mana pasangan muda baru belajar mengelola keuangan. Selain itu, usia 20-an juga merupakan tahun-tahun terbaik seseorang menemukan potensi dirinya serta menapaki karier. Meskipun banyak Ibu yang bisa menyeimbangkan karier dan kehidupan pribadinya, namun lebih banyak bidang kerja yang menuntut perempuan memprioritaskan kariernya. Artinya, kehamilan di usia 20-an dapat memaksa Ibu berhenti sejenak dari kariernya dan kemungkinan besar segera digantikan oleh orang lain.
Persiapan Alami Hamil di Usia 20-an
Kehamilan di usia 20-an memiliki peluang lebih besar dibandingkan jika Ibu berusia 30-an. Oleh sebab itu, sebaiknya Ibu mencoba untuk hamil secara alami setidaknya selama tiga siklus. Ibu bisa mencoba menghitung pola ovulasi menggunakan predictor kits atau metode lain seperti mengecek cairan yang keluar dari vagina. Jika usaha secara alami belum membuahkan hasil, sebaiknya Ibu berkonsultasi dengan gynaecologist.
Ginekologis akan memeriksa siklus Ibu untuk menemukan permasalahan yang mencegah pembuahan. Ikutilah nasihatnya daripada mempraktikkan mitos-mitos seputar kehamilan yang rawan membahayakan tubuh dan mental Ibu.
Rajin Berolahraga
Ibu yang berusia 20-an memiliki tubuh yang lebih fit dibandingkan Ibu yang berusia 30-an. Namun demikian, seorang Ibu harus terus menjaga dirinya berada dalam kondisi paling prima demi bisa melahirkan dan merawat anak yang sehat pula. Bagi Ibu yang merencanakan hamil di usia 20-an, sebaiknya terlebih dahulu memprioritaskan kesehatannya dan menjalani gaya hidup aktif.
Beberapa olahraga yang disarankan untuk mempersiapkan tubuh menyambut kehamilan di usia 20-an antara lain, jogging, bersepeda, berenang, yoga, pilates, dan senam kegel. Rutin melakukan olahraga-olahraga tersebut dapat meningkatkan kebugaran Ibu sekaligus memperbaiki suasana hati dan meredakan stress. Rutin berolahraga juga dapat menjaga agar tubuh Ibu cepat kembali ke bentuk semula setelah melahirkan.
Konsumsi Makanan Sehat
Selain berolahraga, sangat penting bagi Ibu yang berencana hamil di usia 20-an untuk menghindari alkohol dan rokok, sebab kandungan yang ada pada kedua hal tersebut dapat menggangu ovarium dan membuat ovum atau sel telur yang dihasilkan jadi kurang berkualitas. Selain itu, sebaiknya Ibu juga menjaga pola makannya.
Dianjurkan agar Ibu mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayur serta meningkatkan asupan daging tanpa lemak. Kurangi konsumsi makanan berlemak, dan sebaiknya coba untuk menyesuaikan berat badan sesuai indeks BMI (Body Mass Indeks), karena berat badan berlebih dapat mengurangi keberhasilan pembuahan sel telur oleh sperma. Terakhir, cobalah untuk mengkonsumsi lebih banyak air untuk menjaga kebugaran dan meluruhkan racun dalam tubuh.
Mengelola Keuangan
Persoalan finansial merupakan salah satu hal yang paling dicemaskan jika Ibu berkeinginan hamil di usia 20-an. Selain karena biasanya di usia ini Ibu dan ayah adalah pasangan yang baru meniti karier, mengelola keuangan dalam rumah tangga berbeda dengan ketika masih lajang. Sementara itu, persiapan kehamilan hingga melahirkan membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang disarankan agar Ibu dan ayah tidak kalut dalam mengelola keuangan dan lebih tenang menyambut kehamilan di usia 20-an. Dalam mengelola keuangan, disarankan agar selalu mencatat pemasukan dan pengeluaran, menyisihkan uang untuk keadaan darurat, dan selalu ingatkan diri untuk mengeluarkan uang di saat butuh, bukan ketika ingin. Hal-hal tersebut sebaiknya dilakukan bersama dengan pasangan, dengan sikap yang terbuka dan saling mempercayai.
Komunikasi dengan Suami
Hamil dan melahirkan adalah rangkaian proses yang panjang. Sepanjang proses tersebut banyak hal dapat terjadi dan memunculkan berbagai gangguan mental pada Ibu. Selain memikirkan keselamatan bayinya, acap kali Ibu merasa tertekan karena berkurangnya kualitas hubungan dengan suami.
Padahal menurut publikasi Christoph Heinicke, professor di UCLA bidang psikiatri anak, orang tua perlu tiga sifat psikologis untuk bisa memberikan lingkungan pengasuhan optimal kepada anak, yaitu rasa penghargaan diri orang tua, kemampuan mereka berhubungan dengan orang lain secara positif dan saling memuaskan (khususnya dengan pasangan), juga kemampuan mereka dalam memutuskan masalah secara fleksibel.
Sebagian besar Ibu memilih diam demi menjaga keselamatan bayinya. Namun hal tersebut lebih sering menjadi bom waktu, menyakiti baik Ibu sendiri, suami, bahkan anak tersayang. Ibu seringkali lupa, bahwa sudah sewajarnya bagi Ibu untuk mendapat dukungan dari orang-orang terdekat, terutama dari sang suami, selama proses persiapan kehamilan, hamil, melahirkan, hingga merawat anak.
Oleh karena itu, sebaiknya Ibu tidak menutup-nutupi perasaan dan terbuka meminta dukungan dari suami selama proses tersebut. Usahakan untuk selalu menjalin relasi yang terbuka dan saling mempercayai antara Ibu dengan suami. Dengan demikian, emosi Ibu akan terjaga sehingga terhindar dari kecemasan saat hamil di usia 20-an dan kelak dapat membesarkan anak yang sehat serta kuat.
Penulis: Yusrina
Editor: Dwi Ratih