Ibupedia

9 Pemeriksaan Antenatal Care yang Sering Dilakukan Dokter

9 Pemeriksaan Antenatal Care yang Sering Dilakukan Dokter
9 Pemeriksaan Antenatal Care yang Sering Dilakukan Dokter

Pemeriksaan antenatal care adalah sebuah perawatan yang akan Ibu terima ketika Ibu sedang hamil untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya. 

Pemeriksaan antenatal care ini sangat diperlukan saat kehamilan karena dapat mengurangi angka kematian ibu juga dapat menjadi sumber pengetahuan bagi Ibu hamil tentang bagaimana menjaga diri dan janin selama kehamilan baik dari segi fisik maupun psikisnya. 

Tidak semua proses kehamilan berjalan lancar, ada juga kehamilan yang harus terus dipantau supaya janin tetap lahir sehat tepat pada waktunya dan Ibu selamat saat proses melahirkan

Tanda bahaya saat kehamilan sendiri sering menjadi satu hal yang terabaikan bila pemeriksaan antenatal care diabaikan atau tidak dilakukan. 

Kunjungan ANC juga dapat menjadi tolak ukur apakah janin Ibu berkembang dengan sehat atau justru ada masalah dengan kesehatan yang harus diketahui dan diatasi sedini mungkin.

Pemeriksaan antenatal care nantinya juga dapat menjadi sebuah dukungan moril untuk ibu hamil supaya terhindar dari stress di masa kehamilan sehingga ibu dapat menjalani kehamilan yang lebih sehat serta bahagia. 

Antenatal Care dapat dilakukan oleh dokter kandungan maupun bidan, ibu bisa memilih tempat yang paling nyaman menurut Ibu untuk melakukan hal ini. 

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Rekomendasi WHO dan UNICEF


Pemeriksaan antenatal care ini telah didukung oleh badan kesehatan dunia seperti WHO dan UNICEF. Melansir dari laman UNICEF, pemeriksaan antenatal care dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama kehamilan yang mungkin belum dipahami oleh Ibu. 

Melalui pemeriksaan rutin kehamilan ini, Ibu akan mendapatkan banyak informasi dari dokter mengenai kondisi kesehatan ibu, kesehatan janin, suplemen mikronutrien apa yang Ibu butuhkan supaya kehamilannya sehat, hingga imunisasi tetanus. 

Mengutip dari laman UNICEF, tingkat pemeriksaan antenatal care terendah berada di kawasan Afrika sub Sahara dan Asia Selatan. 

Sementara itu, petugas kesehatan di daerah yang rentan terhadap penyakit endemik malaria akan melakukan segenap upaya untuk melindungi ibu hamil dengan beragam cara seperti memberikan sejumlah obat-obatan yang diperlukan bagi ibu hamil serta memberi kelambu berinsektisida untuk mencegah ibu hamil terkena gigitan nyamuk malaria saat sedang beristirahat. 

Rekomendasi Jumlah Pemeriksaan Antenatal Care


Sebelumnya, WHO telah menetapkan jumlah minimal pemeriksaan antenatal care yang dapat ibu lakukan selama kehamilan yaitu sebanyak empat kali. 

Namun hingga saat ini WHO telah merevisi anjuran ini menjadi delapan kali kunjungan pemeriksaan antenatal care untuk mengurangi angka kematian Ibu dan untuk membantu para Ibu mengenal jauh tentang menjalani kehamilan yang sehat dan perawatan masa-masa setelah melahirkan. 

Melansir dari laman NHS, bila Ibu sedang merencanakan program kehamilan, maka Ibu membutuhkan pemeriksaan antenatal care hingga sepuluh kali pertemuan. 

Namun bila ini adalah anak kedua dan seterusnya, biasanya rekomendasi dari WHO akan digunakan atau merujuk pada kondisi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. 

Biasanya, dokter kandungan atau bidan akan segera menginformasikan pemeriksaan antenatal care yang Ibu butuhkan di awal pemeriksaan kehamilan.

Apa saja Pemeriksaan Antenatal Care yang Dilakukan?


Sejumlah hal dilakukan saat pemeriksaan antenatal care oleh dokter kandungan maupun bidan selain melakukan USG untuk melihat kondisi janin. 

Mengutip dari laman Pregnancy Birth Baby, pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil sangat bergantung pada kesehatan serta resiko kehamilan baik untuk ibu maupun bayinya, tahap kehamilan Ibu, atau masalah apapun yang sedang ibu alami (bisa jadi masalah psiki, dll). 

Beberapa hal juga akan menjadi bahan perbincangan yang sering ibu lalui dengan dokter atau bidan seperti hal-hal berikut ini:

1. Hari Perkiraan Lahir dan Siklus Menstruasi

Hari perkiraan lahir bayi atau HPL adalah hal paling biasanya ditanyakan dan disampaikan oleh dokter atau bidan saat pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil. 

Sebelum menentukan HPL, biasanya dokter atau bidan akan menanyakan kapan terakhir kali menstruasi dan berapa lama siklus menstruasi yang biasa Ibu alami. Melansir dari laman Hello Sehat, berikut ini rumus menghitung HPL yang bisa Ibu pahami:

Tanggal hari pertama menstruasi terakhir (HPHT)  + 7 hari – 3 bulan + 1 tahun.

Contoh: 1 Oktober 2021 (HPHT) + 7 hari = 8 Oktober 2021 (Ini dapat dikatakan sebagai minggu pertama kehamilan Ibu). Kemudian 8 Oktober 2021 (bulan ke-10) dikurangi 3 bulan yaitu bulan ke-7 (8 Juli 2021). Terakhir, 8 Juli 2021 ditambah 1 tahun yaitu 8 Juli 2022, maka hari perkiraan lahir si kecil adalah 8 Juli 2022.

2. Memeriksa Kondisi Kesehatan Ibu Hamil

Pertama kali Ibu melakukan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil, dokter atau bidan pasti akan menanyakan kondisi kesehatan Ibu, seperti apakah Ibu sedang mengidap suatu penyakit, atau ada penyakit keturunan yang mungkin akan mempengaruhi kondisi kehamilan Ibu nantinya.

 Pemeriksaan urin, tes darah, dan tekanan darah sering kali dilakukan untuk skrining lebih lanjut. Sementara itu, pengecekan berat badan akan selalu dilakukan setiap Ibu melakukan pemeriksaan antenatal care untuk memantau apakah kandungan Ibu mengalami pertumbuhan yang baik. 

Dokter juga akan memberikan sejumlah obat penunjang atau suplemen makanan selama Ibu hamil untuk membuat janin tumbuh sehat setiap harinya hingga hari perkiraan lahir tiba.

3. Bagaimana Kondisi Kehamilan Sebelumnya 

Bila ini bukan merupakan kehamilan pertama Ibu, dokter juga akan menanyakan tentang kondisi kehamilan yang pernah Ibu alami sebelumnya. Riwayat keguguran juga perlu diketahui oleh dokter untuk mencegah hal ini terulang kembali. 

Kondisi kehamilan anak satu dengan lainnya akan berbeda, oleh karenanya pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil tetap perlu dilakukan.

4. Informasi Tentang Skrining Serviks

Serviks atau biasa disebut leher rahim adalah salah satu bagian rahim yang terhubung langsung ke vagina. 

Pemeriksaan atau skrining kesehatan serviks Ibu penting juga dilakukan supaya mengetahui apakah ada hal yang tidak beres atau kehamilan akan tetap berjalan normal dan juga sehat.

 Skrining serviks diluar pemeriksaan antenatal care juga tetap diperbolehkan untuk mencegah kanker serviks yang banyak menyerang wanita pada umumnya.

5. Memeriksa Kondisi Psikis Ibu Hamil


Ibu hamil diharapkan dapat menjalani kehamilan yang bahagia supaya kondisi kandungan semakin sehat. 

Kesehatan mental yang terganggu seperti sering merasa sedih atau sering menangis bahkan merasa tertekan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan janin terutama saat ia lahir, beberapa bayi akan memiliki perasaan yang sangat sensitif ketika Ibu menjalani kehamilan yang tidak bahagia. 

Kondisi psikis yang buruk seperti stress atau terlalu lelah berlebihan saat hamil juga dapat menjadi pemicu keguguran.

6. Memberi Informasi Tentang Makanan yang Boleh Dikonsumsi

Ibu boleh bertanya pada dokter apa saja yang harus Ibu konsumsi atau makanan apa yang harus ibu hindari ketika sedang dalam masa kehamilan. 

Beberapa makanan akan memiliki efek yang kurang baik bagi tubuh dan janin bila dikonsumsi berlebihan seperti kafein pada teh atau kopi, makanan mentah, makanan pemicu kontraksi dini, dan masih banyak lagi.

7. Menengok Kondisi Janin Ibu

Saat pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil, yang paling sering dilakukan adalah mendengarkan detak jantung bayi, melakukan USG, dan memberikan info sejelas-jelasnya tentang kondisi janin dalam kandungan. 

USG adalah salah satu hal paling menyenangkan ketika pemeriksaan antenatal care karena Ibu dapat menyapa makhluk kecil yang ada dalam kandungan melalui sebuah layar, selain itu kondisi tubuh si kecil juga dapat dilihat melalui USG. 

Bagi Ibu atau Ayah yang tak sabar mengetahui jenis kelamin si kecil, USG dapat membantu menjawab rasa penasaran para orang tua.

8. Melakukan pemeriksaan fisik antenatal

Pemeriksaan fisik antenatal juga akan dilakukan oleh para dokter atau bidan saat kunjungan antenatal, misalnya mengukur ukuran perut ibu setiap trimester, atau memeriksa gejala fisik yang mungkin mengganggu Ibu. 

Meskipun ukuran perut Ibu hamil belum tentu menentukan tanda janin sehat atau tidak, namun hal ini tetap perlu dilakukan untuk memantau perkembangan janin di dalam kandungan.

9. Memberi Informasi Tentang Pasca Persalinan 

Saat ini sudah banyak klinik atau rumah sakit yang mendukung penuh pemberian ASI bagi si kecil, mulai dari pengenalan tentang inisiasi menyusui dini sesaat setelah si kecil dilahirkan, hingga membantu para Ibu tetap bertahan ditengah suka duka kegiatan menyusui. 

Beberapa rumah sakit juga menyediakan klinik khusus laktasi sebagai wadah bagi setiap Ibu yang ingin belajar mengasihi dengan baik dan tepat. Biasanya, pijat laktasi untuk membantu produksi ASI lancar juga sudah tersedia di sejumlah klinik atau rumah sakit. 

Rekomendasi WHO Mengenai Pemeriksaan Antenatal Care


Pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil ini didukung penuh oleh WHO supaya angka kematian Ibu dapat ditekan dan kehamilan dapat berjalan dengan sehat. 

Melansir dari laman Kanal Pengetahuan Fakultas Kedokteran UGM, berikut ini ada rekomendasi pemeriksaan antenatal care dari WHO:

1. Intervensi Nutrisi

WHO menyarankan bahwa Ibu hamil wajib mengkonsumsi makanan bergizi sebagai upaya peningkatan energi Ibu selama hamil dan supaya terhindar dari bayi lahir dengan berat badan rendah. 

Sementara itu, aktivitas fisik atau olahraga tetap boleh dilakukan asal tetap aman untuk mencegah Ibu hamil mengalami lonjakan berat badan yang berlebih. Ibu hamil juga dianjurkan untuk mengkonsumsi zat besi, asam folat, dan kalsium untuk mencegah resiko pre-eklampsia, anemia, hingga kelahiran prematur. 

WHO juga mengatakan sebaiknya asupan kafein harian Ibu hamil dibatasi dan tidak lebih dari 300mg per hari untuk mencegah resiko abortus dan bayi lahir berat badan rendah (BBLR).

2. Memeriksa Kondisi Kesehatan Ibu dan Janin

Pada tahapan ini, pemeriksaan antenatal care mengharuskan Ibu untuk melakukan tes darah lengkap untuk mengetahui apakah ada resiko anemia pada Ibu saat hamil. 

Kemudian pemeriksaan Asymptomatic bacteriuria untuk mendiagnosis adanya bakteri, pemeriksaan Gestational diabetes mellitus dilakukan untuk mengetahui apakah Ibu menderita diabetes, pemeriksaan Tuberkulosis, hingga pemeriksaan yang berkaitan dengan HIV dan sifilis. 

Tak hanya itu, Ibu juga akan diperiksa apakah Ibu merokok atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang mungkin membahayakan janin. Selain pemeriksaan fisik antenatal, pemeriksaan antenatal care juga meliputi pemeriksaan psikis ibu hamil apakah ada kekerasan yang dilakukan oleh pasangan atau tidak. 

Pemeriksaan mengenai kondisi janin juga dilakukan seperti pemeriksaan melalui USG, melalui ultrasound scan, pengukuran tinggi fundus, dan pergerakan janin.

3. Tindakan Pencegahan

Tindakan pencegahan adalah pemberian sejumlah obat yang hanya boleh diberikan oleh tenaga medis (dokter atau bidan) seperti pemberian antibiotik selama 7 hari bagi Ibu hamil yang memiliki asymptomatic bacteriuria atau Antibiotik profilaksis untuk mencegah ISK terjadi berulang kali. 

Selain itu, WHO menyarankan agar Ibu hamil diberikan vaksin tetanus toxoid yang berguna mencegah kematian bayi akibat tetanus. 

Bagi Ibu hamil dengan kondisi tertentu seperti tinggal di daerah endemik sebaiknya diberikan profilaksis malaria pada trimester 2, dan PreP oral sebaiknya diberikan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi HIV.

4. Intervensi untuk Gejala Psikologis Umum

Psikologis yang umum terjadi pada ibu hamil seperti mual, muntah, heartburn, kram kaki, sakit punggung belakang, konstipasi (sulit buang air besar), ataupun edema dapat diatasi. 

Sejumlah obat-obatan herbal dapat diberikan kepada Ibu hamil bila mual atau muntah parah seperti mengkonsumsi jahe, vitamin B6, atau bahkan akupuntur. 

Bila nyeri punggung terjadi sangat berlebihan, Ibu bisa melakukan fisioterapi atau sejumlah olahraga ringan yang dapat membantu mengurangi rasa sakit di punggung. Untuk konstipasi, Ibu bisa mengkonsumsi makanan tinggi serat supaya hal ini dapat berkurang atau bisa jadi sembuh.

5. Intervensi dalam Sistem Kesehatan

Intervensi yang satu ini disarankan oleh WHO supaya dapat meningkatkan fungsi dan kualitas pemeriksaan antenatal care di setiap rumah sakit atau klinik. Kualitas rumah sakit dan klinik yang bagus dan mendukung kesehatan Ibu hamil serta menyusui dirasa harus ditingkatkan. 

WHO juga menyarankan adanya dukungan penuh untuk proses pemberian ASI bagi si kecil dan pemberian makanan pendamping ASI di waktu yang tepat yaitu saat si kecil berusia enam bulan.

Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram