Body Dysmorphia, Bikin Bumil Stres Dan Minder Dengan Perubahan Tubuhnya
Kehamilan jelas membuat banyaknya perubahan dalam tubuh. Tak terkecuali perubahan fisik, mulai dari tubuh yang menggemuk, kaki/wajah membengkak, hingga leher yang menghitam.
Hal ini juga seringkali membuat Bumil merasa rendah diri, akibat perubahan fisik ekstrim yang terjadi padanya. Karenanya, Bumil pun rentan mengalami gangguan kesehatan mental layaknya body dysmorphia disorder (BDD).
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan body dysmorphia? Benarkah hal ini dapat mengganggu kesehatan mental selama kehamilan berlangsung?
Mengenal body dysmorphia
Body dysmorphia artinya merupakan bagian dari gangguan dismorfik tubuh. Bisa dikatakan, body dysmorphia adalah gangguan kesehatan mental yang menyebabkan seseorang terpaku pada kekurangan yang dirasakan dalam penampilan fisiknya, faktor genetik dan lingkungan diketahui menyumbang peranan penting dalam menyebabkan kondisi ini.
Dilansir dari The Bump menurut Charlie Nicely, MHC, seorang psikoterapis dan pelatih kesehatan mengungkapkan, body dysmorphia dapat dikaitkan dengan berat badan, tetapi dapat juga dikaitkan dengan kondisi fisik lainnya. Gangguan mental semacam ini, memang sangat rentan terjadi selama kehamilan.
Mengingat selama hamil, tubuh Ibu mengalami banyak perubahan fisik. Sehingga Ibu merasa, tubuh yang pernah dikenal dan cintai dahulu sudah berubah secara drastis.
Ketika orang lain dengan penuh kasih sayang menyentuh perut Ibu, sebaliknya Ibu justru merasa hal ini nggak membuat hati nyaman. Terkadang yang ada di dalam pikiran Ibu adalah, bisa jadi orang tersebut justru punya pandangan negatif lain akibat perut Ibu yang mulai membesar.
Kondisi seperti ini, bisa terjadi secara konstan selama kehamilan berlangsung. Namun, bisa hilang setelah Ibu melahirkan seiring dengan proses penerimaan diri.
Body dysmorphia, bikin Bumil rentan stres
Para Bumil yang mengalami body dysmorphia, seringkali merasa gelisah, menangis dan kecewa terhadap perubahan tubuhnya. Hal ini terus ia sesali tiap kali bercermin.
Meskipun ia sudah melakukan berbagai cara, termasuk melakukan perawatan tubuh. Namun hal ini tetap membuatnya merasa minder, bahkan bisa membuat Bumil menarik diri dari lingkungan sosial.
Lama kelamaan, akibat body dysmorphia jelas membuat Bumil rentan mengalami stres. Di mana stres selama kehamilan, menurut Pregnancy Birth Baby sangat berbahaya bagi kesehatan Ibu dan janin.
Stres yang kronis (berkelanjutan) dapat membuat Bumil rentan mengalami sakit kepala, sulit tidur, pernapasan cepat, dan detak jantung yang berdebar kencang.
Stres selama hamil, akibat body dysmorphia juga rentan membuat Bumil:
- Gampang marah
- Mood tidak stabil
- Cemas berlebih
- Mengalami gangguan makan, atau menghindari jenis makanan tertentu yang ia kira dapat berpengaruh besar terhadap perubahan di tubuhnya.
Stres selama hamil, akibat body dysmorphia juga dapat memengaruhi kesehatan janin dalam kandungan. Mencakup pada pertumbuhan bayi, hingga berpengaruh pada perkembangan fisik dan mentalnya di masa depan.
Bagaimana menghadapi body dysmorphia selama hamil?
Bagi sebagian wanita, kehamilan dapat menyebabkan masalah pada perubahan tubuh yang mungkin tidak pernah mereka alami sebelumnya. Selama kehamilan, tubuh mengalami beberapa perubahan, termasuk penambahan berat badan.
Perubahan hormonal pun dapat menyebabkan perut dan payudara membesar seiring pertumbuhan bayi dan tubuh bersiap untuk menyusui. Ibu juga mungkin mengalami stretch mark saat tubuh bertambah besar.
Terkadang kulit akan berjerawat dan bikin mood Ibu jadi berantakan. Suasana hati yang negatif tentu dapat memengaruhi pikiran negatif tentang tubuh Ibu.
Lalu bagaimana cara agar Bumil bisa lebih nyaman menghadapi perubahan pada tubuhnya, dan mengelola gangguan body dysmorphia yang ia alami? Menurut para ahli dari National Institutes of Health, Maternal Morbidity & Mortality mencoba menerima perubahan tubuh selama hamil, sedikit banyak dapat membantu Ibu mengatasi body dysmorphia.
Beberapa perubahan tubuh yang terjadi saat kehamilan memang bikin Bumil nggak nyaman, tetapi ketahuilah bahwa perubahan ini terjadi semata-mata untuk mendukung pertumbuhan si kecil dalam kandungan.
Apalagi, kehamilan nggak akan berlangsung selamanya, bukan? Yuk, fokus terhadap hal-hal positif selama kehamilan berlangsung, dan lakukan beberapa hal lain berikut ini untuk membantu mengatasi body dysmorphia:
- Ungkapkan perasaan Ibu melalui kegiatan jurnaling. Kalau hal ini belum dapat membantu, coba bicarakan kondisi Ibu dengan pasangan, keluarga, atau teman. Memendam perasaan hanya akan membuat perasaan Ibu merasa lebih buruk
- Berolahraga secara teratur, juga bisa membantu menstabilkan mood Ibu. Cobalah untuk rutin berenang atau berjalan pagi untuk menjernihkan pikiran dan mengalihkan fokus dari perubahan tubuh yang Ibu alami
- Alihkan emosi lewat prenatal yoga, hal ini dapat membantu Ibu untuk tidak terlalu fokus pada penampilan tubuh. Bahkan yoga selama kehamilan dapat membantu merileksasi pikiran
- Melakukan prenatal massage, pastikan dilakukan oleh ahlinya agar Bumil bisa merasakan manfaat dan tubuh menjadi lebih rileks
- Rajin mencari tahu tentang perubahan tubuh selama kehamilan, agar Ibu bisa lebih menerima perubahan diri. Karena perubahan ini, nggak hanya Ibu yang mengalami
- Minta bantuan ahli, misalnya seperti dokter atau psikolog. Yup! Karena nggak ada salahnya untuk mencari bantuan ahli, untuk mendapatkan dukungan tambahan. Agar Ibu merasa lebih tenang, dan kehamilan berjalan lancar tanpa memengaruhi kesehatan janin dalam kandungan.
Body dysmorphia selama kehamilan, memang nyata adanya. Bahkan jelas bisa membuat Bumil rentan stres, untuk itu jangan sampai mengabaikan gejala-gejala yang muncul akibat body dysmorphia ya Bu.
Yakinlah bahwa perubahan fisik yang terjadi sea kehamilan ini nggak akan berlangsung secara permanen. Tubuh Ibu akan kembali ke bentuk semula setelah si kecil lahir, dengan catatan Ibu rajin merawat diri dengan makan makanan sehat, dan berolahraga secara teratur.