Cara Menghadapi Komentar Negatif saat sedang Hamil
Perubahan fisik yang mendadak, mood swing akibat hormon yang naik-turun, serta rasa kurang nyaman saat bergerak hanyalah sedikit alasan mengapa Bunda cenderung sensitif selama masa kehamilan. Bahkan komentar basa-basi yang sebenarnya dilontarkan sebagai lelucon pun terkadang terdengar panas di telinga.
Memang sih sebagai calon Ibu, kita inginnya dipuji-puji dengan kalimat seperti "Aduh, kok makin kelihatan segar ya" atau "Walau hamil tapi Ibu tetap cantik deh," tapi bagaimanapun ada saja orang di luar sana yang mencemooh penampilan Bunda. Lalu, bagaimana caranya untuk menjaga diri untuk marah?
Hmm, Ibupedia punya beberapa solusi yang dapat Bunda praktekkan just in case skenario seperti ini terjadi:
Wow, Besar Banget!
Meskipun wajar bagi seorang Ibu hamil terlihat lebih besar dari biasanya, tetap saja ya namanya wanita paling tidak suka fisiknya dicemooh. Apalagi, kalau tiba-tiba ada teman lama menunjuk-nunjuk perut Bunda dan meyakinkan Anda kalau si jabang bayi pasti berjenis kelamin lelaki atau bahkan anak kembar.
Walau Bunda paham bahwa perkataan tersebut tidak berniat menyakiti hati, namun Anda pasti menyimpan sedikit perasaan tersinggung. Menampakkan amarah tentu hal yang salah, namun menyimpannya justru lebih salah lho, Bun. Sanford, seorang psikolog sekaligus pakar di bidang kandungan dan kesehatan emosi pasca melahirkan, menyarankan para Ibu untuk meluapkan emosinya. Memendam rasa sakit pada akhirnya akan membuat Bunda stres.
Apalagi, masa kehamilan adalah saat-saat paling emosional dan sensitif bagi seorang wanita, maka dari itu jauh lebih penting untuk mengurusi diri Anda sendiri daripada sibuk memikirkan perasaan orang lain. Bayangkan saja, jika Bunda terus menerus memendam amarah, maka emosi tersebut akan terus Anda rasakan hingga 18-24 bulan.
"Mengabaikan hal-hal yang membuat Anda jengkel dan berusaha untuk merelakan segalanya hingga 2 tahun kemudian tidak akan membuat rasa marah itu hilang," lanjut Sanford. Hmm, maka dari itu tanyakan pada diri Bunda sendiri, apakah lebih memilih memendam emosi atau mengutarakan kejengkelan hati?
Selain itu, membiarkan komentar-komentar buruk menjadi stigma bagi Ibu hamil tentunya juga bukan hal baik. Kalau Bunda tidak masalah dibilang, "Besar sekali seperti bola," maka Anda juga membiarkan orang tersebut mengatakan hal serupa pada Ibu hamil yang lain.
Hal yang seringkali Bunda lakukan tanpa sadari adalah menghindari sumber yang membuat Anda sakit hati. Hanya karena kasir di swalayan dekat rumah sempat meledek Anda, apakah Bunda kemudian rela belanja di tempat yang lebih jauh untuk menghindari bertemu dengan kasir tersebut? Aduh, tindakan seperti itu hanya akan merugikan Anda sendiri.
Menurut Sanford, merespon perlakuan kasar orang lain adalah solusi jangka panjang yang lebih baik. Jangan sampai karena Anda terbiasa menghindari masalah, maka selamanya strategi menghadapi konflik Bunda tidak akan pernah berubah.
Namun tentunya tidak semua wanita berani untuk menyampaikan isi hatinya. Jika Bunda adalah tipe orang yang ceplas-ceplos, menjawab cemoohan orang secara langsung di tempat bisa jadi cara terbaik. Atau, menambahkan bumbu humor ke dalam respon Anda juga cara yang elegan namun tepat sasaran.
Lalu bagaimana jika Bunda adalah tipe pendiam? Tentunya ada cara selain menjawab cemoohan secara langsung, yakni dengan menulis catatan harian atau curhat kepada keluarga/teman dekat. Bunda dapat menuliskan kata-kata apa saja yang ingin disampaikan kepada orang yang mencemooh Anda di buku catatan. Bahkan kalau saking jengkelnya, Bunda bisa memukul-mukul bantal dan membayangkan sedang membalas dendam.
Pendekatan positif dan bersifat menyembuhkan juga dapat Bunda pilih untuk meredam emosi. Bersembahyang, berdoa, atau meditasi yang berfokus pada welas asih akan membantu Bunda merasa lebih baik. Dengan meditasi, Bunda malah akan merasa kasihan dengan orang-orang yang tidak sadar betapa perkataan mereka sangat menyakiti hati Anda.
Contoh Komentar Negatif Saat Hamil dan Cara Menjawabnya
Jika Bunda memutuskan untuk menjawab cemoohan orang secara langsung. ingat ya Bun, marah-marah bukanlah solusi terbaik. Lebih baik berikan jawaban yang singkat, elegan, dan tidak menyulut 'perang' seperti di bawah ini:
1. Komentar: "Ih, pasti anakmu cewek deh. Soalnya jerawat kamu banyak sekali"
Respon langsung
"Kalimatmu menyakitkan, deh. Lebih baik kamu diam saja daripada membuat percaya diriku jatuh begitu."
"Aku tidak suka punya jerawat, sama halnya seperti aku tidak suka mendengar komentar orang tentangnya."
Respon humoris/sarkatis
- "Waduh, sepertinya kamu jarang ketemu sama ibu hamil ya, pantas saja kok kurang mengerti soal etiket kehamilan"
Respon non-konfrontatif
- Putar bola mata Anda, gelengkan kepala, lalu pergi menjauh. Dia pasti sadar kalau komentarnya tidak penting dan membuat Anda jengkel.
2. Komentar: "Kok bisa sebesar ini sih perut kamu?"
Respon langsung
"Aduh, aku lagi sensitif nih masalah berat badan, jadi jangan diolokin lagi ya."
"Iya, soalnya rencanaku memang tetap sehat supaya lancar saat melahirkan si bayi. Nah baru deh nanti aku diet setelah lahiran."
"Eh itu maksudnya yang gendut bayi aku, kan? Kalau yang diledek fisikku, aku marah lho."
Jawab dengan humor/sarkasme
Taruh tangan di perut Bunda lalu bisikkan kata "Dia nggak maksud bilang seperti itu, kok" pada sang janin.
"Alasanku sih karena sedang hamil, kalau kamu kenapa kok gendutan?"
Respon non-konfrontatif
Abaikan komentar negatif tersebut seakan hal tersebut bukan sesuatu yang patut Anda perhatikan
Bunda cukup menggelengkan kepala saja tanda tidak setuju
3. Komentar: "Itu beneran sudah 8 bulan, kok nggak kelihatan ya?"
Respon langsung
"Dokterku sih bilang aku sama bayiku sehat-sehat saja, makasih ya."
"Duh, aku punya banyak hal yang harus dipikirkan soal kehamilan. Tolong jangan ditambah-tambahi ya."
Respon sarkatis/humoris
- "Memang aku tanya pendapatmu?"
Respon non-konfrontatif
- Pergi menjauh secepatnya.
4. Komentar: "Itu beneran nggak kembar?"
Respon langsung
- "Iya, dokternya sih yakin begitu."
Respon sarkatis/humor
"Kembar sih nggak, tapi satu bayi yang besar banget."
"Kalau benar kembar, kita semua pasti kaget."
Respon non-konfrontatif
- Anggukkan kepala Bunda dan lihat arah lain sebagai tanda tidak ingin berinteraksi lebih jauh.
Nah, sekarang Bunda sudah tahu kan harus menjawab apa kalau ada yang meledek perut besar Anda? Jangan keburu marah ya, Bun. Tetap rileks, tersenyum, dan balas ucapan mereka dengan komentar yang tidak memancing pertengkaran. Classy!
(Yusrina)