Couvade Syndrome: Ketika Suami Ikut 'Hamil'
Bunda, siapa bilang kehamilan hanya milik perempuan? Para calon ayah juga bisa ikut merasakan kehamilan istrinya, lho! Bahkan, beberapa calon ayah bertingkah tak kalah hebohnya dari bumil, mulai mual-mual, ngidam, pusing, sulit BAB, hingga mood naik-turun bak rollercoaster. Hmm... kok bisa, ya?
Memang aneh tapi nyata. Para lelaki yang istrinya mengandung kerap ikut “hamil” dan bahkan bisa sama seriusnya seperti sang istri. Sekadar mencari perhatian? Tidak juga. Lebih tepatnya, para calon ayah mengalami couvade syndrome atau lebih dikenal sebagai kehamilan simpatik. Couvade syndrome normal terjadi pada pasangan bumil dan tidak dikategorikan sebagai penyakit mental. Sindrom ini kerap melanda para calon ayah pada trimester pertama dan ketiga kehamilan sang istri.
Couvade syndrome pada umumnya dialami pasangan wanita yang hamil. Meski begitu, sindrom ini bisa juga terjadi pada sahabat atau keluarga dekat bumil. Wah, unik juga, ya Bunda? Nah, pada kondisi ini, para suami merasakan persis apa yang dialami sang istri, mulai masalah-masalah fisik hingga psikologis.
Gangguan fisik yang dialami suami dengan couvade syndrome antara lain mual, nyeri ulu hati, bengkak ringan, nyeri perut, sulit BAB, masalah pernapasan, perut kembung, ngidam, sakit gigi, kram kaki, sakit punggung, dan iritasi di area genital.
Sementara dari sisi psikologis, calon ayah kerap kali mengalami masalah pola tidur, kecemasan, depresi, berkurangnya libido, mudah lelah, resah dan gelisah. Tak sedikit pula yang mengalami kram ketika istrinya pendarahan atau mual ketika pasangannya nyeri perut. Intinya, suami seperti sangat berempati pada bumil.
Penyebab Kenapa Suami Ngidam Saat Istri Hamil
Mengapa pria bisa juga merasakan “hamil”? Salah satu penyebab terjadinya couvade syndrome adalah stres. Sama seperti bumil, calon ayah terkadang menganggap kehamilan adalah sesuatu yang sangat membahagiakan, namun di sisi lain sangat emosional dan membuat stres. Calon ayah cemas apakah kelak bisa memenuhi kebutuhan finansial keluarga, bagaimana jaminan kesehatan si kecil, atau apakah dia bisa menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya atau tidak.
Couvade syndrome bisa juga dipicu oleh perubahan hormon dan juga hubungan antara pikiran dan tubuh. Stres dapat menurunkan kadar testosteron pada pria sehingga kadar estrogen tidak seimbang yang pada akhirnya menyebabkan gejala seperti wanita hamil. Sedangkan pria yang mengalami couvade syndrome ekstrem memiliki terlalu banyak kortisol dalam jangka waktu panjang sehingga meningkatkan prolaktin (yang dapat memicu gejala fisik seperti pembesaran dada).
Jika pasangan Anda menunjukkan tanda-tanda couvade syndrome, Anda tak perlu khawatir. Kabar baiknya, couvade syndrome terjadi hanya sementara dan tidak berbahaya. Begitu bayi lahir, couvade syndrome berangsur-angsur hilang. Namun tentu para calon ayah merasa sangat tidak nyaman, malu, dan terbebani dengan kondisi ini, terlebih ketika sedang berada di lingkungan kerja atau di lingkungan teman-teman prianya.
Meski tidak ada pil ajaib yang bisa menghilangkan perasaan seperti sedang hamil pada pria ini, couvade syndrome bisa pelan-pelan ditaklukkan. Hanya sedikit yang mengalami couvade syndrome sangat ekstrem. Jika couvade syndrome suami Anda tidak terlalu berat, Anda sebagai istri bisa mencoba mengajak suami bersama-sama mengendalikan stres dan berpikir positif dalam menyiapkan diri menjadi orang tua.
Ikut kelas prenatal jika diperlukan atau mintalah bantuan dan dukungan teman dan keluarga besar dalam melewati masa transisi ini. Jika sindrom tersebut sudah sangat akut, perawatan mental untuk mengurangi kecemasan dapat membantu.
(Dini)