Infeksi Jamur Saat Hamil
Saat hamil, tubuh lebih rentan terkena penyakit maupun infeksi. Hal ini dikarenakan kekebalan tubuh ibu hamil (bumil) menurun. Salah satu infeksi yang kerap dialami bumil adalah infeksi jamur pada vagina. Mengapa demikian?
Infeksi jamur adalah salah satu jenis infeksi umum yang menjangkiti bumil yang disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan jamur di area kewanitaan. Infeksi ini biasa terjadi pada trimester kedua kehamilan. Menurut Rebecca Kolp, MD, dokter kandungan di Massachusetts General Hospital tubuh kita memang dilapisi jamur. Pada sebagian besar waktu, bakteri baik dalam tubuh membuat jamur tetap terkontrol. Namun ada kalanya jamur berkembang biak tak terkontrol dan akhirnya Anda mengalami infeksi tersebut.
Adalah jamur mikroskopik dalam Candida family (paling sering Candida albicans) yang menjadi penyebab infeksi jamur pada vagina. Itu sebabnya, infeksi ini juga dikenal sebagai monilial vaginitis atau vaginal candidiasis.
Bunda, adalah hal yang lumrah jika Anda memiliki jamur dalam jumlah tertentu dalam vagina, begitu pula pada saluran pencernaan Anda. Menjadi tidak lazim apabila perkembangbiakan jamur terlalu cepat sehingga menguasai mikroorganisme lainnya.
Nah, kadar estrogen yang makin tinggi saat hamil mengakibatkan vagina Anda memproduksi lebih banyak glikogen, sehingga memudahkan jamur berkembang biak di sana. Beberapa ahli telah melakukan riset dan menyimpulkan bahwa hormon estrogen memberi dampak langsung pada jamur, di mana jamur cepat berkembang dan menempel lebih mudah di dinding vagina.
Bunda, kehamilan menurunkan kekebalan tubuh Anda, sehingga Anda lebih rentan terhadap infeksi ini. Diabetes gestasional juga meningkatkan risiko berkembangbiaknya jamur dalam vagina. Faktor lainnya, infeksi jamur dapat terjadi manakala Anda mengonsumsi antibiotik. Peluang infeksi lebih tinggi jika Anda sering sekali mengonsumsinya dan dalam jangka waktu cukup lama.
Mengapa bisa begitu? Sebab obat-obatan ini dapat berdampak pada bakteri pelindung yang normal dalam vagina Anda, sehingga jamur dapat tumbuh subur tak terkendali. Pada akhirnya, jika infeksi sudah terjadi, Anda harus segera berobat. Jika tidak, jamur akan terus berkembang dan kondisi Anda bisa memburuk. Meski begitu, tak jarang jamur akan menghilang dengan sendirinya.
Apa Gejalanya?
Berikut beberapa tanda yang bisa Anda curigai sebagai infeksi jamur:
1. Gatal-gatal atau iritasi pada vagina.
2. Nyeri, rasa terbakar, atau kemerahan pada vagina maupun labia.
3. Keputihan tanpa aroma cukup banyak, bentuk dan warna seperti keju kental (putih dan berkrim).
4. Rasa tidak nyaman dan sakit saat berhubungan intim dengan suami.
5. Rasa perih dan panas saat berkemih.
Bagaimana Mengetahuinya?
Infeksi jamur pada vagina dapat terdeteksi ketika dokter melakukan vaginal exam. Jika dokter belum yakin, cairan keputihan Anda akan diambil sampelnya untuk dibawa ke laboratorium untuk dianalisa lebih lanjut. Nantinya, dokter akan mencari tahu apa penyebab infeksi Anda.
Bunda, jika Anda sudah merasakan tanda-tanda infeksi jamur pada vagina Anda, sebaiknya Anda tidak coba-coba mengobati sendiri tanpa didampingi dokter (meski ada banyak obat anti jamur di luar sana). Sebab, kondisi Anda sedang hamil. Belum tentu Anda tahu mana obat yang aman untuk bumil, mana yang tidak.
Selain itu, dikhawatirkan infeksi Anda disebabkan oleh hal-hal lain, semisal infeksi menular seksual, dan bukan infeksi jamur biasa. Sejumlah penelitian menunjukkan, banyak bumil merawat infeksi jamurnya sendiri dan berakhir kurang baik. Karena itu, jangan menunda mendapatkan treatment yang tepat, ya, Bun.
Apakah Kandungan Aman?
Ya, Bunda, infeksi jamur tidak akan mengganggu perkembangan bayi Anda. Namun jika Anda masih mengalami infeksi ini hingga persalinan tiba, ada kemungkinan bayi Anda terpapar saat ia turun melalui jalan lahir.
Bayi Anda mungkin terkena infeksi jamur di mulutnya, yang biasa disebut sebagai thrush. Thrush ditandai dengan semacam ruam putih pada samping dan langit-langit mulut dan terkadang pada lidah. Meski begitu kondisi ini tidak serius dan mudah dalam penanganannya. Thrush juga dapat menjangkiti bayi meski bundanya tidak mengalami infeksi jamur ketika hamil.
Bagaimana Mencegahnya?
Salah satu cara mengurangi peluang terjadinya infeksi jamur adalah dengan menjaga area kewanitaan tetap kering dan menjaga keseimbangan pH dalam vagina. Sebab, jamur senang berkembang di area yang hangat dan lembab.
Cara pencegahan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Gunakan celana dalam katun yang breathable dan hindari penggunaan celana ketat, pantyhose, terutama yang berbahan sintetis.
2. Cobalah tidur tanpa mengenakan celana dalam pada malam hari agar area kewanitaan mendapatkan udara yang cukup. Jika Anda tetap ingin memakai pakaian dalam, cobalah gunakan gaun malam tanpa celana dalam. Sebaiknya Anda memilih pakaian seperti ini daripada celana piyama karena lebih mudah terkena udara.
3. Segera lepas baju renang begitu selesai berenang dan ganti celana dalam usai olahraga jika Anda merasa sangat berkeringat.
4. Hindari bubble bath, sabun wangi, deterjen berpengharum, maupun spray untuk daerah kewanitaan. Meski belum jelas apakah dapat menyebabkan infeksi jamur, terkadang item-item ini dapat menyebabkan iritasi sehingga sebaiknya Anda hindari.
5. Selalu bersihkan daerah kewanitaan (cebok) dari depan ke belakang.
6. Konsumsi yogurt yang mengandung bakteri baik Lactobacillus acidophilus, yang secara teori dapat membantu menjaga keseimbangan vagina dan usus Anda. Di samping itu, yoghurt juga merupakan sumber protein dan kalsium yang sangat baik untuk tubuh. So, nggak ada ruginya, kan, Bun?
(Dini)