Kapan Perlu Melakukan USG Transvaginal Untuk Memastikan Kehamilan?
Kehamilan adalah sebuah hal yang paling dinanti oleh setiap pasangan yang sudah menikah. Untuk mengetahui kehamilan awal, biasanya Ibu akan melakukan pemeriksaan mandiri menggunakan test pack.
Tapi, untuk memastikan apakah Ibu benar-benar hamil atau tidak, maka Ibu perlu melakukan pemeriksaan khusus ke dokter. Biasanya dokter akan menyarankan Ibu melakukan tes kehamilan seperti USG.
USG sendiri merupakan sebuah prosedur pencitraan dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Tujuannya untuk menghasilkan gambaran kondisi bagian dalam tubuh yang dalam hal ini adalah bakal calon janin.
USG dapat memungkinkan dokter mendeteksi adanya kemungkinan kehamilan, gangguan pada organ, struktur, atau jaringan tubuh tanpa perlu membuat sayatan atau operasi. Jenis USG kehamilan sendiri ada beragam, salah satunya adalah USG transvaginal.
Tapi, tidak semua kehamilan perlu melakukan USG transvaginal, lho! Lalu, kapan sih sebaiknya Ibu melakukan USG transvaginal untuk memastikan kehamilan? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut, yuk!
Apa itu USG transvaginal?
Melansir Cleveland Clinic USG transvaginal adalah sebuah prosedur pencitraan untuk memeriksakan rongga panggul dan organ-organ di dalam panggul. Termasuk apabila terjadi kehamilan.
Sebab, organ yang diperiksa oleh alat USG transvaginal ini termasuk rahim, saluran tuba, dan ovarium. USG transvaginal dapat memperlihatkan struktur atau pertumbuhan abnormal di organ bawah panggul, sebagai bagian indikasi dini atas suatu kondisi atau penyakit tertentu.
Selain mengindikasi penyakit, alat USG transvaginal ini juga dapat melihat kondisi janin yang lebih jelas. Terutama pada kehamilan awal, di mana kantung kehamilan mungkin belum dapat terlihat (sekitar minggu pertama hingga minggu ke 12).
USG transvaginal berguna untuk memverifikasi apakag Ibu benar-benar hamil atau mengalami suatu kondisi medis tertentu. USG transvaginal dilakukan dengan memasukkan alat sensor (probe) ultrasound kecil ke dalam vagina.
Pada beberapa wanita, mungkin pemeriksaan ini dianggap kurang nyaman. Karena posisi tubuh harus setengah duduk dan kedua kaki dibuka lebar, serta wajib melepas celana dalam.
Meski begitu, pemeriksaan menggunakan USG transvaginal ini wajib dilakukan. Terutama jika kehamilan mencapai 8 minggu dan denyut jantung janin belum terlihat. USG transvaginal juga berfungsi melihat kelainan pada serviks yang dapat mengakibatkan keguguran atau kemungkinan bayi lahir prematur.
Kapan USG transvaginal dilakukan?
USG transvaginal sebenarnya tidak bisa dilakukan atas permintaan mandiri dari pasien. Melansir Healthline USG transvaginal perlu dilakukan atas rekomendasi dari dokter.
Biasanya, pasien yang memerlukan USG transvaginal harus disertai dengan analisa atau kecurigaan dokter seperti:
- Adanya kemungkinan bentuk panggul yang tidak normal
- Pendarahan vagina tanpa penyebab
- Nyeri panggul di kehamilan awal
- Kehamilan ektopik
- Mendeteksi kemungkinan kemandulan
- Pemeriksaan kista atau fibroid rahim
- Untuk memverifikasi bahwa IUD dipasang dengan benar
Dokter mungkin juga akan merekomendasikan USG transvaginal selama kehamilan untuk:
- Memantau detak jantung janin
- Melihat perubahan serviks untuk yang dapat menyebabkan komplikasi seperti keguguran atau kelahiran prematur
- Pemeriksaan plasenta jika dicurigai adanya kelainan
- Mengetahui sumber perdarahan abnormal
- Mendiagnosis kemungkinan keguguran, agar bisa dikonfirmasi pada awal kehamilan.
USG transvaginal juga biasa dilakukan pada wanita yang sedang melakukan program kehamilan. Biasanya USG transvaginal dilakukan ketika telur sudah berhasil di tanam ke dalam lahir pada hari ke 17 atau 3 hari setelah Ibu tidak menstruasi.
Sejauh ini, USG transvaginal tidak akan membahayakan calon janin dan juga sang Ibu. Sebab, alat USG yang satu ini tidak memiliki paparan radiasi. Meski begitu, sebagian wanita yang sudah pernah melakukan USG transvaginal mengaku kurang nyaman saat melakukan prosedur ini.
Meski begitu, USG transvaginal tidak membutuhkan banyak persiapan khusus. Tapi, biasanya dokter akan meminta Ibu melakukan test ini dalam kondisi saluran kandung kemih yang kosong atau penuh sebagian. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas di area panggul.
Apakah USG transvaginal menyakitkan?
Melansir Medical News Today secara keseluruhan dalam melakukan USG transvaginal tidak akan menyakitkan pasien. Namun, probe yang di masukan ke dalam vagina mungkin akan membuat Ibu merasa tidak nyaman.
USG transvaginal sendiri dilakukan dengan cara menutupi probe dengan kondom khusus. Lalu dimasukan secara perlahan ke dalam vagina, hingga kedalaman sekitar 5-8 cm.
Kemungkinan akan ada tekanan ringan atau ketidaknyamanan pada tahap ini. Tapi yang pasti, tidak ada efek khusus setelah USG transvaginal, dan pasien dapat kembali ke aktivitas sesudahnya.
Sementara itu, mengenai biaya USG transvaginal yang ada di Indonesia sendiri sebenarnya sangat beragam. Semua tergantung dari provider atau rumah sakit mana yang Ibu pilih.
Akan tetapi, biasanya USG transvaginal ini biasa tersedia hanya di rumah sakit atau klinik bersalin. Alat USG transvaginal jarang tersedia di faskes tertentu seperti Posyandu atau Puskesmas.
Untuk kisaran harga USG transvaginal sendiri sangat bervariasi. Biasanya biaya yang dikeluarkan sekitar Rp250.000 hingga lebih dari Rp750.000. Kembali lagi, semua tergantung dari rumah sakit mana yang Ibu pilih.
Editor: Aprilia