Ketegangan Otot Perut, Jadi Salah Satu Penyebab Hamil Gantung
Kehidupan di dunia, tentu membuat kita mengalami banyak perubahan, termasuk saat hamil. Ketika hamil, Ibu mungkin merasa tubuhnya tidak lagi seperti dulu.
Kehamilan seringkali membuat Ibu mengalami peningkatan berat badan atau beragam hal lainnya. Saat bercermin, Ibu mungkin akan menemukan beberapa stretch mark pada perut dan hingga melihat ada hal yang berbeda pada bentuk perut.
Yup! Bentuk perut hamil tiap Ibu memang berbeda-beda. Namun, salah satu kondisi yang cukup membuat Ibu khawatir adalah ketika mengalami hamil gantung.
Hamil gantung akan membuat bentuk perut Ibu nampak sangat besar dan turun ke bawah. Meskipun usia kehamilan belum masuk ke trimester 3.
Hamil gantung tak jarang juga menyebabkan Ibu lebih sering mengeluhkan sakit di area selangkangan hingga ke pinggang. Lalu, seberapa bahayakah hamil gantung? Apakah hamil gantung bisa mengurangi persentase untuk melahirkan normal? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut.
Penyebab hamil gantung
Melansir Healthline secara keseluruhan, hamil gantung adalah kondisi ketika perut dan lemak di sekitar organ dalam sedang mengembang. Penambahan berat badan selama kehamilan dan otot perut yang tidak dilatih sebelum kehamilan terjadi menjadi penyebab utama yang dicurigai.
Ukuran perut ketika hamil gantung pada tiap wanita tentu berbeda-beda. Ada yang menggantung hingga ke atas area kemaluan hingga paha atas atau bahkan menggantung hingga ke lutut. Hamil gantung seringkali dapat membuat Ibu merasa tidak nyaman.
Dikutip dari website Bidan Kita salah satu masalah yang dialami oleh para Ibu hamil dengan perut gantung adalah sakit di area punggung bawah. Hal ini karena, hamil gantung bisa menyebabkan otot dan ligamen yang telah meregang jadi melemah (diastasis recti) sehingga tidak dapat menyangga beban dari rahim yang terus membesar.
Hamil gantung juga kemungkinan lebih besar terjadi pada Ibu di kehamilan kedua dengan kondisi berat badan bayi cukup besar. Meski begitu, untuk mengatasi keluhan akibat hamil gantung olahraga seperti yoga dapat membantu dalam mengatasi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang Ibu alami selama masa ini. Berikut ini adalah faktor risiko hamil gantung:
- Riwayat persalinan banyak.
- Kehamilan kembar.
- Berat janin yang besar.
- Usia ketika hamil di atas usia 35 tahun. Semakin tua usia Ibu, maka otot rahim pun menjadi lebih elastis. Hal ini jelas dapat meningkatkan risiko hamil gantung.
- Adanya riwayat cedera otot perut sebelum hamil.
- Ibu dengan obesitas atau kelebihan berat badan sebelum dan saat hamil.
Ciri hamil gantung
Jika melansir Cleveland Clinic secara keseluruhan hamil gantung yang disebabkan oleh diastasis recti sangat umum terjadi pada kehamilan. Namun, biasanya Ibu hamil baru akan menyadari mengalami hamil gantung saat memasuki trimester 3.
Hal ini karena, pada trimester akhir kehamilan terjadi peningkatan tekanan pada dinding perut. Karena bayi tumbuh dengan cepat selama.
Sayangnya, banyak Ibu tidak menyadari mengalami hamil gantung dan merasa kondisi ini terjadi akibat berat badan janin yang cukup besar saja. Beberapa ciri hamil gantung yang umum terjadi diantaranya adalah:
- Perut menonjol berbentuk lonjong tepat di atas atau di bawah pusar.
- Sering merasa geli dan gatal di sekitar pusar.
- Asam lambung naik saat kontraksi palsu terjadi.
- Kesulitan mengangkat benda, berjalan atau bahkan melakukan aktivitas harian.
- Nyeri saat berhubungan seks.
- Nyeri panggul atau pinggul.
- Nyeri punggung bawah.
- Postur tubuh yang terlihat buruk selama kehamilan.
- Urine bocor saat bersin atau batuk.
- Sembelit.
- Merasa otot bagian perut sangat lemah sehingga membuat Ibu sering menopang perut bawah.
Bahaya hamil gantung
Dikutip dari akun Youtube Bidan Ony atau yang akrab disapa Bidan Kriwil secara keseluruhan hamil gantung dapat membuat posisi janin jadi tidak optimal. Bidan Ony menjelaskan bahwa posisi janin bisa saja melintang atau bahkan sungsang.
Hal ini jelas membuat jalan lahir di kecil dalam kandungan jadi sulit. Sehingga Ibu perlu melakukan banyak cara agar si kecil bisa masuk panggul meskipun dengan kondisi hamil gantung.
Bidan Ony juga menjelaskan, karena posisi bayi tidak optimal maka ia jadi sulit masuk panggul. Nah, ketika posisi si kecil tidak optimal maka hal ini membuat Ibu juga kesulitan untuk bergerak.
Bahkan Ibu dengan hamil gantung berisiko mengalami keluhan yang lebih parah di area sekitar pinggang dan punggung, bagian perut bawah, area selangkangan, serta area tulang kemaluan. Jelas kondisi ini sangat berbahaya dan bisa menyebabkan Ibu kesulitan beraktivitas.
Padahal, banyak bergerak dan beraktivitas sangat penting dilakukan di trimester akhir kehamilan. Supaya janin bisa segera masuk panggul dan berada di posisi siap lahir.
Pertanyaan berikutnya yang paling banyak ditanyakan adalah, bisakah Ibu dengan hamil gantung melahirkan normal? Bidan Ony pun menegaskan jika Ibu rajin melakukan gerakan yoga khusus hamil gantung dan selalu menjaga postur tubuh untuk tetap tegak, maka kemungkinan melahirkan normal tetap bisa diupayakan.
Akan tetapi, sebaiknya konsultasikan hal ini pada dokter terlebih dahulu ya, Bu. Hal yang penting dilakukan saat Ibu hamil gantung adalah, tetap perbanyak melakukan aktivitas dan gerakan untuk memutar posisi janin.
Jangan terlalu sering bersandar di sofa. Bersandar dapat mengakibatkan perut makin gantung ke depan. Jadi, sebaiknya bantu dengan postur tubuh kita terlebih dahulu supaya janinnya bisa masuk ke panggul.
Selain itu, saat Ibu menyadari mengalami hamil gantung, maka Ibu bisa menggunakan penyangga perut untuk membantu menjaga rahim supaya tetap berada pada posisinya. Penyangga perut ini juga bermanfaat agar rahim Ibu juga tidak makin jatuh ke depan sehingga memperparah kondisi hamil gantung.
Hamil gantung memang membuat Ibu merasa tidak nyaman selama proses kehamilan. Namun, dengan rajin melakukan prenatal yoga dan gerakan-gerakan khusus yang diinstruksikan oleh para Bidan, biasanya hal ini bisa diatasi. Sehingga kemungkinan Ibu untuk melahirkan normal tetap bisa terwujud.