Ketuban Pecah Dini Bisa Sebabkan Kematian Janin, Cegah dengan Cara Ini!
Air ketuban umumnya pecah saat ibu hamil mulai mengalami kontraksi rahim di awal proses persalinan. Namun, ada kalanya ketuban pecah sebelum waktunya. Kasus ketuban pecah dini atau Premature Rupture Of Membranes (PROM) ini kerap jadi momok menakutkan bagi para Ibu karena bisa sebabkan persalinan prematur, bayi terlilit tali pusar, hingga keguguran.
Apa itu Ketuban Pecah Dini?
Kondisi ketika selaput ketuban pecah sebelum persalinan. Selaput ketuban terdiri dari dua lapisan; amnion di sebelah dalam dan korion di sebelah luarnya. Nah, saat amnion/korion atau keduanya pecah, cairan menyembur keluar atau perlahan bocor.
Kapan Ketuban Pecah Dini Umumnya Terjadi?
Kondisi ini dapat terjadi sebelum minggu ke-37 kehamilan atau setelah janin matang dalam kandungan. Jika terjadi di awal masa kehamilan tentu lebih serius konsekuensinya. Apalagi jika ketubah pecah dini berlangsung lebih dari 18 jam, maka risiko infeksi pada si Kecil bisa meningkat.
Jika kasus ketuban pecah dini terjadi saat usia kandungan menyentuh angka 36 minggu atau lebih, umumnya dokter akan berdiskusi untuk melakukan tindakan aktif atau dilahirkan karena paru-paru serta berat bayi sudah dirasa cukup matang. Namun, tentu melihat juga kondisi kesehatan sang Ibu.
Fungsi Air Ketuban untuk Tumbuh Kembang Janin
Tak jarang saat ketuban pecah dini, Ibu dilanda panik hebat. Fungsi ketuban memang amat penting untuk tumbuh kembang janin. Diantaranya;
1. Mengontrol suhu
Air ketuban mempertahankan suhu dan menjaga bayi tetap hangat
2. Melindungi janin
Berfungsi sebagai bantalan dan peredam kejut dari tekanan dan goncangan agar janin aman dari cedera
3. Mencegah infeksi
Air ketuban mengandung antibodi untuk menangkal infeksi kuman serta bakteri
4. Melatih perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan
Janin menelan/menghirup air ketuban yang berfungsi untuk mengembangkan paru-paru dan sistem pencernaannya.
5. Melatih perkembangan otot dan tulang janin
Si Kecil bergerak-gerak seperti melayang dalam perut dengan bantuan air ketuban. Kesempatan untuk bergerak itu membuat otot dan tulang si kecil berkembang dengan baik.
6. Mencegah tali pusat tertekan
Tali pusat berfungsi mengangkut makanan dan oksigen dari plasenta ke janin. Itulah mengapa prolaps tali pusat berbahaya sekali hingga bisa sebabkan kematian janin. Nah, air ketuban bisa mencegah tali pusat ini tertekan agar pasokan makanan dan oksigen tidak terhambat.
Penyebab Ketuban Pecah Dini
- Infeksi pada rahim, mulut rahim, atau vagina.
- Merokok, makanan/minuman tidak sehat
- Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
- Perdarahan melalui vagina terutama di trimester kedua dan ketiga masa hamil
- Jarak antar kehamilan kurang dari enam bulan
- Kantung ketuban meregang berlebihan, karena terlalu banyak air ketuban (polihidramnion) atau justru kekurangan air ketuban (oligohidramnios)
- Cedera fisik (kecelakaan/jatuh)
- Berat badan kurang atau kurang nutrisi
Tanda Ketuban Pecah Dini
Tanda paling umum yakni air mengalir perlahan atau keluar dengan deras tanpa bisa ditahan. Saat hal ini terjadi, usahakan tetap tenang dan pastikan itu benar ketuban. Ambil pembalut untuk menyerap cairan tersebut dan perhatikan baunya. Air ketuban tidak berwarna dan berbau pesing seperti urine, namun baunya cenderung manis.
Waspadai juga gejala berikut ya, Bu...
- Perdarahan melalui vagina
- Panggul rasanya tertekan
- Demam, apabila muncul tanda infeksi
- Keputihan
- Vagina lebih basah dari biasanya
Segera lakukan pemeriksaan fisik ke dokter jika gejala mulai terasa. Dokter akan memeriksa bagian dalam mulut rahim dan bila perlu melakukan USG atau tes pH untuk mengecek tingkat keasaman cairan vagina.
Bahaya Ketuban Pecah Dini yang Serba Dilematis
Risiko ketuban pecah dini yang cukup tinggi butuh diskusi panjang antara dokter dan orang tua.
Pasalnya, bayi prematur berisiko mengalami kelainan pada saraf, gangguan pernapasan, dan kesulitan belajar di kemudian hari.
Apabila ketuban pecah dini terjadi di bawah usia kehamilan 26 minggu;
- Risiko deformitas janin
- Risiko amputasi organ tubuh akibat terjerat selaput ketuban (amniotic band syndrome)
- Risiko paru tidak berkembang sempurna (hipoplasia paru)
- Risiko pertumbuhan janin terhambat
- Risiko infeksi dalam kandungan (intra uterine infection)
- Prolaps tali pusat yang berisiko cedera otak serius atau kematian janin. Sebab, pasokan aliran darah ke janin yang membawa oksigen dan nutrisi terhambat.
- Risiko komplikasi pada ibu seperti endometritis, asherman syndrome, perdarahan pasca melahirkan, meningitis, pneumonia, dan sepsis
Pencegahan Ketuban Pecah Dini
- Waspada jika kerap batuk, pilek, ataupun diare saat hamil karena bisa sebabkan kontraksi dan pecah ketuban.
- Jauhi rokok baik aktif maupun pasif, alkohol
- Jaga kebersihan organ intim
- Gaya hidup sehat, olahraga ringan, hindari stres
- Perhatikan makanan bergizi dan konsumsi suplemen/vitamin
Pentingnya Jaga Asupan Nutrisi selama Kehamilan agar Terhindar dari Bahaya Ketuban Pecah Dini
Memilih suplemen dan vitamin untuk Ibu hamil haruslah cermat, terutama soal dosis dan kemungkinan reaksi alergi. Jika konsumsinya asal-asalan, maka justru dapat membahayakan kesehatan Ibu hamil dan si kecil dalam kandungan.
Perhatikan juga komposisi dan kandungan multivitamin serta mineralnya. Nah, salah satu suplemen yang terbukti aman dan mampu memelihara kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin adalah Osfit Platinum.
Konsumsi Osfit Platinum harian bantu penuhi asupan mikronutrien seperti vit. A, B12, D, yodium, asam folat, zat besi, kalsium, dan zinc. Kekurangan asupan mikronutrien bisa berpengaruh pada perkembangan janin dan kesehatan Ibu hamil. Suplemen berbentuk kapsul lunak ini juga bisa dikonsumsi pasca melahirkan untuk Ibu menyusui, loh.
Selain itu, komposisi vitamin dan mineral pada Osfit Platinum dirancang pas untuk kebutuhan Ibu selama promil, ibu hamil, dan ibu menyusui sesuai dengan rekomendasi harian AKG 2019 dan FIGO. Cukup konsumsi satu kali sehari dan tidak menimbulkan ketergantungan, sehingga aman digunakan untuk jangka panjang. Ayo kunjungi Instagram @osfitplatinum untuk info lebih lanjut.
Editor: Dorothea