Ibupedia

Mengidap Hepatitis B Saat Hamil? Minimalisir Penularan Ke Bayi Dengan Cara Ini!

Mengidap Hepatitis B Saat Hamil? Minimalisir Penularan Ke Bayi Dengan Cara Ini!
Mengidap Hepatitis B Saat Hamil? Minimalisir Penularan Ke Bayi Dengan Cara Ini!

Wanita hamil seharusnya secara rutin menjalani tes hepatitis B. Ketika pertama kali berkonsultasi pada dokter kandungan saat hamil, Bunda akan diberi saran untuk melakukan serangkaian tes darah. Salah satunya adalah tes untuk mengecek keberadaan virus hepatitis B yang bisa mengakibatkan berbagai penyakit seperti kerusakan hati atau bahkan kematian.

Banyak orang yang memiliki virus ini tapi tidak menyadari dan tidak menunjukkan gejalanya. Jika Anda salah satunya, Anda bisa menularkan virus tersebut ke bayi saat melahirkan. Tes darah akan menentukan apakah Anda membawa virus hepatitis B atau tidak. Jika hasilnya positif, ini akan sangat membantu dokter dalam memberi perawatan pada bayi segera setelah lahir untuk mencegah terjadinya infeksi.

Jika tes menunjukkan hasil negatif dan Anda belum menerima vaksin hepatitis B, dokter akan menyarankan agar Anda melakukan imunisasi jika memang punya risiko besar terkena penyakit ini. Suntikan hepatitis B aman diberikan kepada wanita hamil dan tidak memberikan efek samping pada janin. Hepatitis B adalah infeksi virus menular yang menyebar melalui darah, air mani, dan cairan tubuh lain.

Penyebab Penyebaram Virus Hepatitis B

Jika Anda pembawa virus ini (carrier), Anda bisa terkena penyakit tersebut melalui:

  • Melalui kontak seksual dengan pembawa lain.

  • Saat lahir, jika ibu Anda adalah seorang carrier juga.

  • Dengan berbagi jarum suntik atau tanpa sengaja tertusuk jarum suntik yang mengandung virus ini.

  • Penggunaan sikat gigi atau pisau cukur yang terdapat sedikit bercak darah dari pembawa virus Hepatitis B.

  • Dengan men-tato bagian tubuh yang tidak disarankan bagi kesehatan.

Karena hepatitis B ditularkan melalui paparan darah dan cairan tubuh, yang paling mungkin terinfeksi penyakit ini antara lain para pekerja kesehatan, orang yang memiliki pasangan seks dengan penyakit ini, orang dengan pasangan seks lebih dari satu, dan pengguna obat melalui alat suntik.

Tanda Infeksi Hepatitis B

Saat Anda terkena hepatitis B, Anda biasanya akan merasa sangat lelah. Anda juga akan mengalami nyeri di bagian perut, mual dan muntah, kehilangan selera makan, sakit pada persendian atau sakit kuning. Tapi banyak juga orang yang tidak menunjukkan gejala dan tidak tahu kalau telah terinfeksi virus ini.

Hepatitis B Ada Di Tubuh Seumur Hidup

Sekitar 10 hingga 15 persen orang yang berusia 5 tahun ke atas ketika terkena hepatitis B akan secara otomatis menjadi pembawa hepatitis B selama hidupnya, yang artinya virus ini akan hidup terus di tubuh mereka jika tidak diobati. Sekitar seperempat dari mereka yang menderita hepatitis kronis juga akan mengidap penyakit hati kronis. Tidak hanya itu, sekitar 20 persen orang penderita penyakit hati kronis juga mengalami kanker hati.

Melakukan Tes untuk Mendeteksi Virus Hepatitis B

Sebagai permulaan prosedur tes untuk hepatitis B, dokter akan meminta Anda menjalani tes darah untuk mendapatkan informasi rinci mengenai kondisi dan fungsi hati Anda. Dokter akan memberi suntikan immunoglobulin hepatitis B (HBIG). Suntikan ini adalah antibodi yang dapat membantu Bunda untuk menghindari gejala hepatitis B dalam bentuk yang lebih parah. Anda harus sepenuhnya menjauhi alkohol karena virus ini menyerang hati.

Bunda juga perlu bertemu spesialis untuk menjalani pengobatan lebih lanjut, termasuk mendapat evaluasi periodik tentang fungsi hati Anda. Semua orang yang tinggal bersama Bunda, termasuk pasangan seksual Anda, juga harus menjalani tes. Mereka perlu divaksinasi jika memang bukan pembawa virus. Gunakan kondom saat berhubungan seks untuk menghindari penularan ke pasangan Anda.

Jika Ibu Hamil Mengidap Hepatitis B

Melahirkan secara normal maupun caesar sama-sama aman bagi pembawa hepatitis B. Ibu yang mengidap hepatitis B juga tetap bisa menyusui selama ia dapat menjaga putingnya agar tidak pecah atau berdarah. Setelah Anda melahirkan, tim medis akan memberi suntikan antibodi hepatitis B kepada bayi Anda untuk melindunginya dari infeksi dalam jangka waktu singkat. Ia juga akan menerima suntikan vaksin hepatitis B pertama dalam 12 jam setelah lahir. Lalu si kecil akan diberi suntikan dosis kedua dan ketiga saat melakukan kunjungan rutin ke dokter berikutnya.

Disarankan semua bayi mendapatkan vaksin Hepatitis B untuk perlindungan jangka panjang. Secara bersamaan, antibodi dan vaksin bekerja efektif hingga 90 persen untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi. Lakukan perawatan lanjutan setelah melahirkan karena pembawa hepatitis B kronis beresiko mengalami penyakit hati yang serius.

Jika Anda pembawa hepatitis B dan belum mendapat suntikan antibodi, kemungkinan penularan virus ke bayi saat lahir sekitar 10 hingga 20 persen, kecuali jika bayi mendapat pengobatan dalam 12 jam setelah lahir. Risiko penularan bisa meningkat menjadi 80 hingga 90 persen jika Anda terinfeksi hepatitis B pada kehamilan trimester ketiga.

Bayi Terinfeksi Hepatitis B

Bayi yang terinfeksi hepatitis B mungkin tidak segera menunjukkan gejala infeksi, tapi ia memiliki kemungkinan besar untuk menjadi pembawa virus yang kronis. Pembawa hepatitis B kronis bisa menyebarkan virus selama hidupnya dan beresiko lebih tinggi mengalami penyakit hati atau kanker hati. Hepatitis B tidak bisa disembuhkan, tapi obat tertentu bisa berfungsi sekitar 40 persen efektif untuk mengontrol penyakit hati pada orang yang terinfeksi.

Pencegahan Hepatitis B dengan Vaksin

Berita baiknya, vaksinasi bisa melindungi Bunda jika Anda belum memiliki virus ini. Jika Anda beresiko terkena hepatitis B, pastikan untuk melakukan vaksinasinya. Vaksin hepatitis B pertama kali diperkenalkan di tahun 1981 dan kemudian menjadi bagian imunisasi yang disarankan di Amerika Serikat pada tahun 1991. Sejak saat itu, jumlah kasus hepatitis B akut menurun hingga lebih dari 95 persen pada anak dan remaja, dan lebih dari 75 persen secara keseluruhan. Jumlah infeksi baru tiap tahun menurun dari rata-rata 260.000 kasus di tahun 1980 menjadi sekitar 18.800 pada tahun 2011. Penurunan terbesar terjadi pada usia anak dan remaja.

Jumlah dosis vaksin hepatitis B yang dianjurkan sebanyak 3 kali suntikan. Sedangkan umur yang disarankan untuk mendapatkan vaksin ini adalah pada saat lahir, di usia 1 hingga 2 bulan, serta pada antara usia 6 hingga 18 bulan. Anak yang mengalami reaksi alergi berat ketika diberi vaksin hepatitis B tidak boleh menerima vaksin ini kembali.

Kondisi Yang Membuat Bayi Tidak Boleh Divaksin Hepatitis B

Jika anak Anda belum menerima suntikan hepatitis B saat bayi dan dia memiliki reaksi alergi yang berat pada ragi roti, maka si kecil tidak boleh menerima vaksin hepatitis B. Hal ini karena vaksin hepatitis B terbuat dari jenis ragi yang sama. Bayi prematur yang memiliki berat badan kurang dari 4 ½ pounds juga harus menunggu untuk divaksin hingga berusia 1 bulan atau setelah keluar dari rumah sakit. Anak yang sakit parah juga perlu menunggu hingga sembuh sebelum diberikan vaksin hepatitis B, dengan begitu, mereka bisa merasakan efek samping vaksin tersebut.

Efek Samping Vaksin Hepatitis B

Beberapa anak ada yang mengalami bengkak pada area suntikan, dan ada juga yang menderita demam tingkat rendah. Reaksi alergi yang berat jarang ditemukan tapi mungkin saja terjadi pada pemberian vaksin manapun. Anda tidak perlu khawatir karena tidak ada bukti yang menghubungkan antara pemberian vaksin hepatitis B dengan SIDS (sindrom kematian mendadak pada bayi) atau gangguan kekebalan diri, seperti multiple sclerosis atau diabetes. Segera hubungi dokter jika anak Anda menunjukkan reaksi berlebihan pada pemberian vaksin apapun.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram