Ibupedia

Yang Harus Dilakukan Jika Sifilis Muncul Saat Bunda Hamil

Yang Harus Dilakukan Jika Sifilis Muncul Saat Bunda Hamil
Yang Harus Dilakukan Jika Sifilis Muncul Saat Bunda Hamil

Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh sejenis bakteri. Jika tidak diobati, sifilis bisa mengakibatkan dampak jangka panjang yang serius. Tapi jika diatasi tepat waktu, penyakit ini bisa disembuhkan dengan penggunaan antibiotik. Sifilis ditularkan melalui kontak langsung dengan luka dari orang yang terinfeksi. Cara paling umum penularannya adalah melalui anal, oral, maupun vaginal seks, tapi juga bisa melalui ciuman ke orang yang memiliki luka sifilis pada sekitar bibir atau mulut.

Sifilis bisa ditularkan ke bayi melalui plasenta selama hamil atau melalui kontak dengan luka selama proses kelahiran. Infeksi sifilis sudah relatif jarang terjadi pada wanita di Amerika, hanya 1 kasus per 100.000 wanita di tahun 2011. Tingkat penyebaran sifilis meningkat pada komunitas dengan tingkat kemiskinan tinggi, pendidikan rendah, dan akses layanan kesehatan yang tidak memadai.

Gejala Sifilis

Sifilis berkembang melalui beberapa tingkatan, dengan gejala yang berbeda dari satu tingkat penyakit dengan lainnya dan dari satu orang ke orang lain. Pada beberapa kasus, gejala tidak terlihat dan Anda tidak menyadarinya hingga Anda menjalani tes.

  1. Sifilis Primer

    Pada tahap pertama, yang dikenal dengan sifilis primer, gejala utamanya tidak menimbulkan rasa sakit dan luka bisa menular melalui bagian pinggirnya yang timbul (chancre). Chancre muncul di area yang terinfeksi, bisanya 3 minggu setelah terpapar bakteri, meski bisa juga muncul lebih awal atau hingga 3 bulan kemudian.

    Karena chancre bisa berada di dalam vagina atau mulut, Anda mungkin tidak bisa melihatnya. Chancre juga bisa muncul di bagian labia, perineum, anus, atau bibir. Jika pada tahap ini Anda mendapat pengobatan yang tepat, infeksi bisa disembuhkan. Jika tidak diobati, luka akan menetap selama 3 hingga 6 minggu dan sembuh dengan sendirinya, tapi bakteri bisa terus menggandakan diri dan menyebar ke aliran darah. Bila ini terjadi, penyakit meningkat ke tahap selanjutnya yang disebut sifilis sekunder.

  2. Sifilis Sekunder

    Di tahap yang kedua (sifilis sekunder), penyakit ini bisa bervariasi gejalanya dan muncul beberapa minggu atau bulan setelah luka pertama muncul, tapi Anda kemungkinan tidak merasakannya. Kebanyakan orang dengan sifilis sekunder mengalami ruam disertai rasa gatal, umumnya pada telapak tangan dan tumit, meski bisa juga muncul di bagian tubuh lain. Anda juga bisa mendapati luka pada mulut dan vagina, juga luka yang tidak terasa sakit di area genital, gejala seperti flu, penurunan berat badan, dan rambut rontok. Pada tahap ini infeksi masih bisa disembuhkan melalui pengobatan.

    Tanpa pengobatan, gejala umumnya hilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan, tapi infeksi tetap berada di dalam tubuh. Bakteri terus berlipat ganda selama fase ini dan bisa menyebabkan masalah yang sangat serius bertahun-tahun kemudian. Sekitar 1 dari 3 orang yang tidak mendapat pengobatan yang semestinya akan berlanjut ke tahap yang disebut sifilis tertier.

  3. Sifilis Tertier

    Tahap terakhir ini berkembang hingga 30 tahun setelah Anda pertama kali terinfeksi dan bisa menyebabkan kondisi jantung yang tidak normal. Luka yang bisa mematikan muncul di tulang, kulit, dan organ tubuh lain.

Efek Samping Yang Ditimbulkan Sifilis

Sifilis juga bisa menyerang sistem saraf pusat, otak, dan saraf tulang belakang. Kondisi ini disebut neurosifilis, dan bisa terjadi pada tahapan penyakit manapun. Pada awalnya neurosifilis bisa menyebabkan masalah seperti meningitis. Neurosifilis yang berlanjut bisa menyebabkan seizure, kebutaan, hilang pendengaran, masalah saraf tulang belakang, dan bahkan kematian.

Sifilis Saat Hamil

Sifilis bisa berpindah dari aliran darah ke plasenta dan menginfeksi bayi kapan saja selama masa kehamilan. Sifilis juga bisa menginfeksi bayi selama proses melahirkan. Jika sifilis terdeteksi dan diobati lebih dini, Anda dan bayi kemungkinan akan baik-baik saja. Tapi bila Anda tidak diobati, kemungkinan besar bayi Anda akan terinfeksi, khususnya bila Anda berada di tahap awal penyakit, ini adalah saat di mana Anda paling berpotensi menularkannya.

Sekitar 50 persen wanita hamil dengan sifilis tahap awal memiliki bayi yang terinfeksi. Ada juga kemungkinaan keguguran, lahir mati, atau kematian segera setelah lahir, serta bayi lahir dengan masalah neurologikal yang berat. Sifilis juga meningkatkan resiko bayi lahir sebelum waktunya dan keterbatasan pertumbuhan di dalam kandungan.

Beberapa bayi yang terinfeksi sifilis yang ibunya tidak diobati selama hamil mengalami masalah sebelum lahir yang terdeteksi melalui USG. Masalah ini bisa berupa plasenta yang terlalu besar, cairan di perut atau bengkak yang parah, dan pembesaran pada hati atau limpa. Bayi yang terinfeksi juga bisa memiliki kondisi abnormal lain saat lahir, seperti ruam kulit dan luka di mulut, area genital, dan anus, sekresi hidung yang tidak biasa, bengkak pada kelenjar getah bening, pneumonia, dan anemia.

Kebanyakan bayi awalnya tidak menunjukkan gejala-gejala ini, tapi tanpa pengobatan mereka akan mengalami gejala dalam bulan pertama atau kedua setelah lahir. Meski ada atau tidak ada gejala, jika penyakit tidak diobati, bayi yang lahir dengan sifilis bisa memiliki masalah yang lebih serius bertahun-tahun kemudian, seperti kelainan pada tulang dan gigi, kehilangan penglihatan dan pendengaran, atau masalah lainnya. Ini menjadi sebab pentingnya wanita untuk dites dan diobati selama hamil, serta janin yang kemungkinan mengidap sifilis untuk dievaluasi dengan baik.

Cara Mendeteksi Sifilis Saat Hamil

Meski infeksi sifilis terhitung jarang, tetap dianggap penting untuk mendeteksi dan mengobatinya selama kehamilan. Disarankan semua wanita hamil menjalani tes infeksi sifilis pada kunjungan pranatal pertama, dan kembali dites saat melahirkan. Jika Anda tinggal di komunitas dengan tingkat penularan sifilis yang lazim atau

Anda beresiko tinggi terjangkit penyakit ini, Anda perlu menjalani tes kembali pada minggu 28 dan saat melahirkan. Anda juga perlu dites lagi jika terkontak dengan penyakit menular seksual lain selama hamil atau jika Anda atau pasangan mengalami gejala sifilis.

Karena diperlukan sekitar 4 hingga 6 minggu setelah terpapar bakteri untuk mendapat hasil positif dari tes darah, hasil tes yang didapat bisa negatif jika Anda dites terlalu dini. Jadi beritahu dokter jika Anda melakukan seks beresiko tinggi beberapa minggu sebelum dites atau pasangan Anda baru saja mengalami gejala sifilis, agar Anda bisa dites lagi pada bagian mulut.

Jika tes menunjukkan hasil positif, lab akan melakukan tes yang lebih spesifik pada sampel darah untuk mengetahui apakah Anda mengidap sifilis. Mengidap sifilis membuat Anda lebih rentan terhadap HIV, jadi jika tes sifilis Anda positif, Anda perlu dites kembali untuk HIV dan penyakti menular seksual lainnya. Dan jika Anda mengidap sifilis primer, Anda perlu melakukan tes HIV kembali dalam 3 bulan.

Menghindari Penularan Sifilis

Untuk menghindari sifilis, lakukan seks hanya dengan pasangan yang melakukan seks hanya dengan Anda dan hasil tes sifilis pasangan Bunda adalah negatif. Kondom memang bisa mencegah penularan HIV dan penyakit menular seksual lain, tapi ini hanya memberi perlindungan dari sifilis jika luka berada pada penis pasangan Anda. Kondom tidak melindungi Anda dari luka yang tidak tertutup olehnya.

Juga perlu diingat, Anda bisa terkena sifilis jika luka pasangan terkena membran mulut atau vagina Anda atau kulit yang terbuka. Pernah mengidap sifilis tidak berarti Anda tidak akan terkena lagi karena Anda bisa kembali terinfeksi.  Jika ada kemungkinan Anda terpapar sifilis atau penyakti menular seksual lain selama hamil, atau Anda atau pasangan menunjukkan gejalanya, segera beritahu dokter agar Anda bisa menjalani tes dan diobati sebagaimana mestinya.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram