10 Masalah Kesehatan Bayi Prematur dan Cara Merawatnya di Rumah
Ada banyak komplikasi kesehatan yang biasanya dialami bayi prematur dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup umur. Hal ini dikarenakan semakin lama bayi berada dan berkembang di dalam rahim, maka tubuhnya makin siap dan risiko komplikasi setelah dilahirkan juga semakin berkurang. Bayi late preterm (bayi yang lahir pada usia kehamilan 32 hingga kurang dari 37 minggu) biasanya mengalami masalah kesehatan yang lebih ringan atau lebih sedikit daripada bayi dilahirkan di usia kandungan yang kurang dari 32 minggu.
Masalah Medis Pada Bayi Prematur
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 32 sampai 34 minggu biasanya lebih rentan mengalami sejumlah komplikasi, dari ringan hingga berat. Berikut ini beberapa masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada bayi prematur:
Apnea
Bayi prematur kadang suka berhenti bernafas selama 15 detik atau lebih. Interupsi pada pernafasan ini disebut apnea, dan bisa disertai detak jantung yang lambat.
Apnea pada bayi prematur akan diawasi secara seksama. Bila si kecil berhenti bernafas, perawat akan menstimulasi si kecil untuk mulai bernafas kembali dengan menepuk-nepuk tubuhnya atau menyentuh bagian tumit kakinya.
Penyakit paru-paru kronis
Penyakit paru-paru kronis, juga disebut bronchopulmonary dysplasia atau BPD, paling sering terjadi pada bayi prematur yang membutuhkan penanganan lanjutan berupa suplemen oksigen. Bayi yang berisiko BPD termasuk bayi yang mengalami respiratory distress syndrome (RDS) berat dan membutuhkan penanganan lama dengan peralatan nafas dan oksigen.
Bayi dengan masalah kesehatan seperti ini memiliki cairan pada paru-paru, mengalami luka, atau kerusakan paru-paru, yang bisa terlihat pada saat penyinaran dengan sinar X. Bayi di kondisi ini ditangani dengan ventilator dan obat yang membuat bernafas jadi lebih mudah.
Paru-paru bayi biasanya membaik dalam dua tahun pertama usianya. Tapi banyak anak mengalami penyakit paru-paru kronis mirip asma.
Anemia
Bayi prematur biasanya mengalami masalah anemia, yang berarti jumlah sel darah merah dalam tubuh si kecil tidak cukup. Biasanya, bayi menyimpan zat besi selama bulan-bulan di akhir kehamilan dan menggunakannya nanti setelah lahir untuk membentuk sel darah merahnya sendiri. Bayi yang lahir prematur tidak memiliki cukup waktu untuk mengumpulkan zat besi.
Bayi dengan anemia cenderung mengalami masalah makan dan biasanya tumbuh lebih lambat. Anemia juga bisa memperburuk masalah jantung atau pernafasan. Bayi yang mengalami anemia bisa ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, obat yang meningkatkan produksi sel darah merah, atau pada kasus yang berat, si kecil harus melakukan transfusi darah.
Respiratory distress syndrome (RDS)
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu sering mengalami masalah pernafasan serius ini. Bayi dengan RDS kekurangan protein bernama surfaktan yang menjaga kantung udara kecil di paru-paru agar tidak rusak.
Penanganan dengan surfaktan membantu bayi bernafas dengan lebih mudah. Setelah penanganan dengan surfaktan diperkenalkan di tahun 1990, jumlah kematian akibat RDS telah berkurang menjadi setengahnya.
Dokter bisa mencurigai si kecil mengalami RDS bila ia kesulitan bernafas. Penyinaran paru-paru dengan sinar X dan tes darah biasanya mengonfirmasi diagnosa RDS. Bersama dengan penanganan surfaktan, bayi dengan RDS membutuhkan oksigen tambahan dan bantuan pernafasan mekanik.
Si kecil bisa menerima penanganan yang disebut continuous positive airway pressure (C-PAP), yang mengantarkan udara ke paru-paru bayi. Udara disalurkan melalui selang yang dimasukkan ke hidung atau saluran nafas. C-PAP ini akan membantu bayi bernafas lebih mudah. Bayi dengan kondisi yang cukup parah biasanya akan membutuhkan alat bantu nafas hingga paru-paru matang.
Infeksi
Bayi prematur memiliki sistem kekebalan yang belum matang sehingga tidak bisa melawan bakteri, virus, dan organisme lain yang bisa menyebabkan infeksi.
Infeksi serius yang umumnya terjadi pada bayi prematur antara lain pneumonia (infeksi paru-paru), sepsis (infeksi darah), dan meningitis (infeksi membran di sekitar otak dan sumsum tulang belakang).
Si kecil bisa terkena infeksi ini saat baru dilahirkan lho, atau bisa juga baru terinfeksi setelah lahir. Infeksi biasanya akan ditangani dengan antibiotik atau obat anti virus.
Penyakit kuning
Bayi prematur lebih berisiko mengalami penyakit kuning dibanding bayi cukup umur karena liver mereka belum matang untuk mengangkat sekresi tubuh yang berupa bilirubin dari darah.
Selain itu, bayi prematur bisa sangat sensitif pada efek yang ditimbulkan oleh jumlah bilirubin berlebihan dalam tubuhnya. Bayi dengan penyakit kuning biasanya akan mengalami warna kekuningan pada kulit dan mata. Penyakit kuning ini bersifat ringan dan biasanya tidak berbahaya. Tapi bila tingkat bilirubin terlalu tinggi, ini bisa menyebabkan kerusakan otak.
Penyakit kuning umumnya bisa dicegah karena tes darah bisa menunjukkan tingkat bilirubin yang terlalu tinggi. Jadi begitu si kecil mengalaminya, ia bisa ditangani segera dengan sinar khusus yang membantu tubuh mengatasi bilirubin. Tapi kalau keadaannya sangat parah, kadang si kecil membutuhkan transfusi darah.
Necrotizing enterocolitis (NEC)
Beberapa bayi prematur mengalami masalah usus yang berisiko tinggi di 2 hingga 3 minggu setelah ia lahir. Permasalahan usus ini muncul karena persediaan darah berkurang. Bakteri yang biasanya ada di usus menyerang area usus yang luka, dan menyebabkan kondisinya lebih parah. Kondisi ini disebut dengan istilah necrotizing enterocolitis (NEC) yang dampaknya bisa membuat si kecil mengalami kesulitan menyusu, bengkak di perut, dan komplikasi lainnya.
NEC bisa diketahui melalui tes pencitraan seperti sinar X dan tes darah. Bayi yang terkena NEC akan ditangani dengan antibiotik melalui infus. Pada beberapa kasus yang jarah terjadi, si kecil akan membutuhkan proses pembedahan untuk mengangkat bagian usus yang rusak.
Patent ductus arteriosus (PDA)
Kondisi yang satu ini merupakan masalah jantung yang umum terjadi pada bayi prematur. Sebelum lahir, arteri besar yang disebut ductus arteriosus membiarkan darah melewati paru-paru karena janin mendapat oksigen melalui plasenta.
Ductus biasanya menutup segera setelah lahir jadi darah bisa mengalir ke paru-paru dan mendapat oksigen. Ketika ductus tidak menutup dengan baik, ibi bisa memicu gagal jantung.
PDA bisa terdiagnosa melalui USG khusus (echocardiography) atau tes pencitraan lainnya. Bayi dengan PDA ditangani dengan obat untuk membantu ductus menutup. Tapi jika obat tidak bekerja, si kecil akan membutuhkan proses pembedahan.
Intraventricular hemorrhage (IVH)
Intraventricular hemorrhage (IVH) atau pendarahan pada otak, terjadi pada beberapa bayi prematur. Bayi yang berat badannya sekitar 1,3 kg atau kurang dari itu biasanya lebih berisiko untuk mengalami masalah kesehatan ini. Pendarahan biasanya terjadi pada 3 hari pertama setelah lahir dan umumnya terdiagnosa melalui pemeriksaan USG.
Kebanyakan pendarahan otak bersifat ringan dan membaik dengan sendirinya dengan tanpa atau beberapa masalah berarti. Semakin parah pendarahan yang terjadi bisa membuat ventrikel di otak melebar dengan cepat, dan menyebabkan tekanan pada otak yang bisa memicu cerebral palsy serta masalah belajar dan perilaku.
Saat ini terjadi, ahli bedah biasanya akna memasukkan selang ke otak untuk mengeringkan cairan dan mengurangi risiko kerusakan otak. Di kasus yang lebih ringan, biasanya selang tidak terlalu diperlukan dan dokter akan menggunakan obat untuk menurunkan cairan yang berkumpul di otak.
Retinopathy of prematurity (ROP)
Retinopathy of prematurity (ROP) merupakan pertumbuhan abnormal dari pembuluh darah di mata yang bisa membuat si kecil kehilangan penglihatan. ROP sering terjadi pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 30 minggu. ROP akan terdiagnosa selama pemeriksaan oleh dokter mata.
Kebanyakan kasus ROP biasanya bersifat ringan dan sembuh dengan sendirinya dengan sedikit atau tanpa masalah penglihatan. Pada kasus yang lebih parah, dokter mata bisa mengatasi kondisi ini dengan laser atau dengan membekukannya (cryotherapy) untuk melindungi retina dan penglihatan.
Merawat Bayi Prematur Di Rumah
Sejak hari pertama bayi masuk NICU, Ibu mungkin mulai menghitung hari hingga ia bisa pulang. Ibu pastisudah tidak sabar menunggu si kecil keluar dari rumah sakit. Tapi ketika hari yang dinanti semakin dekat, banyak Ibu yang merasa gelisah. Ibu akan mengalami perasaan tidak enak berupa rasa cemas dan takut karena Ibu tidak yakin apakah bisa merawat buah hati yang prematur di rumah sendirian. Bukan cuma Ibu kok yang mengalami perasaan ini.
Untuk mempersiapkan disi, ada sejumlah hal yang bisa Ibu lakukan sebelum bayi keluar dari rumah sakit agar transisi dari rumah sakit ke rumah berjalan lacar. Simak yuk!
Rencanakan konsultasi
Jadwalkan pertemuan dengan tim dokter yang merawat si kecil sebelum ia pulang. Pastikan Ibu sudah paham betul tentang diagnosa masalah kesehatan si kecil yang lalu dan sekarang. Pastkan juga Ibu tahu semua obat yang harus dikonsumsi si kecil. Bahas juga dokter spesialis mana saja yang perlu didatangi setelah keluar dari rumah sakit dan rencanakan dengan jelas jadwal pemeriksaan berikutnya. Bila perlu, minta rencana ini dalam bentuk tertulis dari tim medis bayi Ibu.
Dokter biasanya akan bicara intens dengan Ibu sebelum bayi meninggalkan rumah sakit. Pastikan dokter menjelaskan hal berikut ini:
Bagaimana cara merawat bayi di rumah
Kapan Ibu perlu menghubungi dokter atau menuju rumah sakit jika si kecil mengalami masalah kesehatan
Bagaimana cara tahu si kecil sudah menyusu dengan baik, cukup tidur, dan sudah menambah cukup berat badan
Obat apa yang harus diberikan untuk si kecil
Seberapa sering Ibu perlu membawa si kecil untuk pemeriksaan.
Menjaga komunikasi dengan dokter anak sangat penting bagi kesehatan si kecil. Pastikan untuk membahas kecemasan yang Ibu alami tentang si kecil juga ya dengan dokter..
Mencari dokter anak terbaik untuk bayi
Tidak semua dokter anak punya pengalaman menangani bayi prematur. Cari tahu info mengenai dokter anak di area Ibu yang berpengalaman dalam menangani pasien seperti si kecil
Cari tahu juga berapa banyak pasien dengan komplikasi medis seperti si kecil yang ditangani oleh dokter tiap tahunnya. Jangan lupa untuk melakukan survey untuk mencari dokter spesialis yang si kecil butuhkan. Yang paling penting, pastikan dokter pilihan Ibu bersikap suportif dan membuat Ibu merasa nyaman.
Siapkan teman dan keluarga
Setelah menunggu berhari-hari, minggu, atau bulan untuk membawa bayi pulang, teman dan keluarga tentu juga ikut merasa senang. Tapi kepulangan bayi prematur membutuhkan beberapa pertimbangan. Bayi prematur, terutama dengan penyakit paru-paru kronis, memiliki paru-paru lebih lemah dibanding bayi tidak prematur.
Karenanya, mereka tidak boleh kontak dengan orang sakit, perokok, semprot aerosol, dan asap cat. Juga, bayi prematur lebih mudah terstimulasi dengan cepat dibanding bayi yang cukup umur. Jadi sebaiknya persiapkan orang-orang di rumah yang akan menyambut kedatangan si kecil dengan membahas kondisi kesehatannya, batasi tamu yang akan berkunjung, dan pastikan semua orang yang dekat dengan si kecil dalam keadaan sehat.
Bangun rasa percaya diri Ibu
Di akhir penanganan di NICU, minta perawat mengajari Ibu melakukan semua hal untuk merawat si kecil, seperti memberikan obat, mengganti popok, menyusui, dan mengatur peralatan kesehatan yang perlu dibawa pulang.
Ibu juga perlu mengikuti kelas CPR sebelum si kecil pulang. Ini akan membuat Ibu lebih percaya diri untuk mengatasi kondisi darurat yang mungkin terjadi di rumah.
Buat catatan
Janji konsultasi dengan dokter, jadwal terapi, dan jadwal minum obat, semua ini akan membuat kepala Ibu pening. Jangan sampai ada yang terlewat ya! Jadi gunakan menggunakan catatan untuk menulis semua hal penting setelah setiap berkonsultasi dengan dokter atau saat memberi obat.
Kenali tanda PTSD
Bagi banyak orang tua, mengalami kelahiran prematur dan memiliki bayi yang dirawat di NICU bisa menyebabkan stres dan memunculkan gejala post-traumatic stress disorder (PTSD). Menghindari orang atau hal yang mengingatkan pada waktu menakutkan itu atau terbangun di tengah malam karena mimpi buruk akan sering dialami oleh kebanyakan orang tua dengan bayi prematur.
Bila gejala ini mempengaruhi keseharian Ibu, mengganggu tidur, atau berdampak pada mood, kemungkinan besar Ibu mengalami PTSD. Jika Ibu curiga mengalami ini, segera cari bantuan profesional untuk mengatasinya agar tidak semakin parah.
Ibu akan merindukan NICU
Memang benar, ketika berada di NICU, Ibu selalu membayangkan hari-hari bersama si kecil di rumah. Tapi Ibu mungkin tidak membayangkan tanggung jawab besar dan stres yang akan dialami ketika harus merawat bayi prematur di rumah.
Ibu akan rindu pada masa-masa di NICU, di mana Ibu mendapat informasi dari tim medis atau merasa lega saat mengetahui banyak tenaga kesehatan yang mengawasi si kecil sepanjang waktu. Selain itu, Ibu juga akan merindukan aspek sosial dari NICU seperti berbicara dengan perawat, dokter, serta orang tua dari bayi prematur lainnya. Wajar kok jika Ibu merindukan hari-hari di NICU dan berharap bisa mendapat support seperti yang pernah Ibu dapat selama di sana.
Jangan lupakan diri sendiri
Setelah menghabiskan waktu di NICU, membawa bayi prematur ke rumah akan terasa sangat melelahkan. Dengan banyaknya hal yang harus dilakukan, orang tua pasti bisa merasa cepat lelah.
Cobalah untuk bergantian dengan suami untuk merawat bayi agar Ibu bisa beristirahat. Hirup udara segar, berendam di bak mandi, atau bertemu dengan teman juga penting dilakukan lho agar Ibu tetap 'waras'.
Percaya insting Ibu
Ibu akan selalu berada di sisi si kecil sejak hari ia dilahirkan dan Ibu mengenal si kecil lebih baik dibanding orang lain. Jadi percayalah pada diri sendiri kalau Ibu bisa mengenali petunjuk dari si kecil dan Ibu pasti akan tahu apa yang harus dilakukan bila ada sesuatu terjadi. Lagi pula, rumah sakit tidak akan memperbolehkan bayi pulang hingga mereka merasa bayi siap untuk pulang ke rumah dan orang tua siap merawatnya.
Biarkan diri Ibu merasakan apa yang ingin Dirasakan
Tak apa bila kepulangan bayi dari rumah sakit ke rumah tidak selalu jadi momen yang penuh kebahagiaan. Setelah tiba di rumah dan melanjutkan rutinitas dengan normal, wajar bila Ibu merasakan berbagai bentuk emosi yang mungkin tidak Ibu rasakan ketika berada di NICU. Emosi seperti rasa bersalah, sedih, marah, frustasi, takut, dan berduka jadi perasaan yang sangat wajar bagi orang tua yang memiliki bayi prematur. Konsultasikan dengan dokter atau sharing dengan orang tua lain yang mengalami kondisi serupa bisa membantu Ibu mengatasi emosi campur-aduk ini.
Hari kepulangan si kecil adalah hari besar untuk Ibu dan keluarga. Meluangkan waktu untuk mempersiapkan fase baru ini bisa meringankan masa transisi pada Ibu, si kecil, dan anggota keluarga lain. Ingat, jangan terlalu menuntut orang rumah beradaptasi cepat dengan kondisi si kecil. Semua pasti butuh waktu.
(Ismawati, Yusrina)