Ibupedia

10 Tips Dasar Merawat Bayi Baru Lahir

10 Tips Dasar Merawat Bayi Baru Lahir
10 Tips Dasar Merawat Bayi Baru Lahir

MERAWAT bayi baru lahir bisa jadi pengalaman yang melelahkan bagi ibu baru, tidak terkecuali bagi ibu yang sudah pernah merawat anak sebelumnya. Dalam merawat bayi newborn ini, ibu mesti ekstra hati-hati karena tulang bayi belum sepenuhnya kokoh dan sistem kekebalan tubuh mereka belum sempurna alias masih rentan.

Kondisi fisik ibu akan diuji hingga titik penghabisan. Mulai dari kewajiban menyusui tiap dua jam, jadwal tidur yang tak menentu, belum lagi jika bayi ibu termasuk golongan high need baby.

Belum lagi, ibu baru akan mendapat banyak masukan dari banyak pihak mengenai cara ideal merawat bayi. Nasehat soal merawat bayi yang mungkin datang dari orang tua, saudara, teman-teman, maupun tetangga bisa jadi hal yang baik, tapi tidak sedikit pula ibu baru yang justru menjadi stres karena merasa tidak bisa menjadi ibu ideal seperti nasehat yang datang dari kanan-kiri tersebut.

10 Tips Dasar Merawat Bayi Baru Lahir (Newborn)

Tidak ada satu pun ibu di dunia ini yang bisa menjadi ibu sempurna ketika merawat bayi. Standar 'ibu ideal' pun bisa berbeda-beda tergantung karakter anak maupun kebiasaan di keluarga ibu sendiri.

Tidak perlu stres ya, Ibu. Jika nasehat dalam merawat bayi itu memang tidak bisa ibu jalankan, sebaiknya memang dihindari saja. Yang terpenting, bayi sehat, ibu bahagia supaya air susu ibu (ASI) selalu lancar.

Merawat bayi baru lahir memang menantang, dengan atau tanpa bisikan dari kanan-kiri. Berikut 10 tips dari praktisi maupun dokter anak mengenai dasar-dasar merawat bayi baru lahir.

  1. Menyusui

    Hal utama yang harus ibu ketahui tentang cara merawat bayi ialah soal menyusui. Merupakan hal yang penting untuk menyusui bayi tepat waktu.

    Bayi yang baru lahir harus disusui setiap dua hingga tiga jam sekali yang artinya ibu harus memberikan ASI atau susu formula sebanyak 8 hingga 12 kali dalam kurun 24 jam. Jika tidak, bayi bukan hanya menjadi rewel, tapi juga ada kemungkinan terjangkit penyakit umum seperti bayi kuning (jaundice) maupun dehidrasi.

    Di periode 6 bulan pertama kehidupannya, bayi sebaiknya hanya mendapat asupan ASI (eksklusif) karena ASI mengandung nutrisi yang paling dibutuhkan oleh tubuh bayi, antibodi yang meningkatkan kekebalan tubuh bayi serta meminimalisir kemungkinan terjadinya alergi, serta ASI merupakan zat yang lebih mudah diserap oleh tubuh bayi dibanding susu formula.

    Bagi ibu yang meng-ASI-hi, sodorkan payudara ibu ke mulut bayi dan biarkan bayi melekatkan mulutnya kemudian menghisap ASI dari payudara ibu. Jika pelekatan mulut bayi ke payudara sudah benar, puting ibu tidak akan terasa sakit, ibu mengalami let down reflex (LDR)dan bayi bisa tertidur sambil menyusu.

    Susuilah bayi minimal 10 menit setiap sesi. Bayi biasanya akan melepas puting dengan sendirinya sebagai tanda bahwa ia sudah cukup menyusu dan kenyang. Namun, ada juga bayi yang suka menempel di payudara ibu untuk mencari kenyamanan sehingga mengonsumsi ASI berlebih yang berakibat gumoh atau bahkan muntah. Kondisi ini sebetulnya normal, tapi ibu bisa melakukan konsultasi dengan dokter jika khawatir dengan kondisi bayi yang sering muntah.

    Karena satu dan lain hal, ada pula ibu yang tidak bisa menyusui langsung bayinya dari payudara. Tidak perlu merasa gagal menjadi ibu ya, karena kondisi ini pun bisa terjadi pada siapa saja. Ibu hanya harus mengonsultasikan susu formula yang tepat bagi bayi kepada dokter anak, terutama jika bayi ibu memiliki alergi terhadap susu sapi. Konsultasikan juga volume pemberian susu formula bagi bayi ibu mengingat kebutuhan tiap bayi berbeda-beda.

  2. Membuat bayi sendawa

    Setelah bayi menyusu, baik dengan ASI maupun susu formula, bayi baru lahir harus disendawakan. Ketika menyusu, udara ikut tertelan yang mengakibatkan gas terperangkap di perutnya. Nah, menyendawakan bayi bertujuan mengeluarkan gas tersebut sehingga bayi tidak menderita kolik dan rewel.

    Caranya, gendong bayi dengan cara meletakkan dadanya di dada ibu dan letakkan dagu bayi di atas pundak ibu. Usahakan ibu berada dalam posisi duduk untuk menjaga keseimbangan karena ibu akan memegang bayi hanya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain menepuk-nepuk punggung bayi secara perlahan sampai ia sendawa. Terkadang, butuh waktu hingga satu atau dua menit hingga bayi sendawa.

  3. Menggendong bayi yang benar

    Bayi baru lahir belum memiliki otot leher yang kokoh untuk menopang kepalanya sendiri sehingga ibu, ayah, atau siapapun yang menggendongnya harus selalu memastikan untuk memegang leher bayi bagian belakang. Biasanya, otot leher bayi baru bisa menopang kepalanya sendiri sekitar usia 3 bulan. Sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan dokter jika leher bayi ibu belum bisa tegak saat menginjak usia 5 bulan ya.

  4. Perawatan tali pusar

    Merawat bayi, terutama tali pusarnya, merupakan hal yang krusial di usia awal kelahiran bayi. Sangat penting bagi orang tua untuk menjaga higienitas tali pusar ini agar tidak terjadi infeksi. Beberapa dokter mungkin tidak menyarankan bayi ibu untuk dimandikan selama tali pusar belum terputus, namun jikapun ibu ingin memandikan bayi, yang terpenting adalah menjaga tali pusar tetap kering dan bersih.

    Pertama-tama, bersihkan tangan ibu sebelum menyentuh tali pusar bayi. Untuk membersihkan tali pusar ini, sebaiknya gunakan kain kasa steril, termasuk ketika membungkusnya kembali. Ibu boleh meneteskan cairan antiseptik, boleh juga tidak. Yang terpenting, gantilah kain kasa minimal sehari tiga kali agar tali pusar tidak lembab dan menempel di kain kasa. Biasanya, tali pusar akan puput dalam 10 hingga 14 hari, tapi bisa juga lebih cepat atau bahkan lebih lambat hingga 21 hari.

    Ibu juga wajib waspada jika menemukan tanda-tanda tali pusar yang seperti terinfeksi, yakni area di sekitar tali pusar bayi menjadi merah, bengkak, berbau tidak sedap dan menyengat, maupun bayi merasa kesakitan saat ibu menyentuh area di sekitar tali pusar itu. Jangan ragu untuk membawa bayi ke dokter atau langsung ke instalasi gawat darurat.

  5. Mengganti popok

    Salah satu indikator bayi mendapat asupan cairan yang cukup terlihat dalam frekuensinya buang air besar, yakni minimal 6 kali dalam 24 jam. Bahkan jangan heran bila ibu harus mengganti popoknya lebih dari 10 kali sehari.

    Popok kain merupakan pilihan yang tepat bagi ibu yang ingin memastikan frekuensi buang air kecil bayi ini. Namun, untuk ibu yang memilih praktis dengan popok sekali pakai pun tidak masalah, asalkan rajin menggantinya setiap kali popok terasa penuh maupun terkena kotoran bayi.

    Untuk menghindari terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) pada bayi, ada baiknya ibu membersihkan kotoran di bokong bayi dari atas ke bawah ya. Ibu juga harus membiarkan bayi tidak menggunakan pospak dalam kurun beberapa jam setiap harinya.

  6. Memandikan bayi

    Memandikan bayi itu gampang-gampang susah. Ibu harus tetap memastikan leher bayi ditopang dengan benar ketika membasahi badan bayi dengan air dan sabun. Bila perlu, lakukan kegiatan ini bersama pasangan atau pengasuh bayi.

    Pemilihan sabun pun harus khusus bayi mengingat kulit bayi baru lahir masih sangat sensitif. Gunakan juga air hangat dan handuk yang lembut untuk mengeringkan badan bayi sehabis mandi. Jangan lupa, penggunaan kosmetik khusus bayi (termasuk minyak telon, bedak bayi, lotion) tidak pernah masuk dalam anjuran dokter ya, tetapi ibu tetap bisa memakaikan bedak dkk asalkan tidak ada tanda-tanda alergi yang diperlihatkan oleh bayi, seperti ruam maupun kemerahan.

  7. Pijat bayi

    Ketika mendengar kata 'pijat bayi', mungkin ibu akan berpikiran bahwa merawat bayi dengan cara ini hanya bisa dilakukan oleh orang profesional di tempat pijat atau salon khusus bayi. Padahal, pijat bayi relatif mudah dan bisa dilakukan sendiri oleh ibu lho!

    Prinsipnya, memijat bayi tidak perlu tenaga banyak. Cukup tekan dengan halus bagian tubuh bayi, terutama lengan dan kaki, boleh menggunakan baby oil. Tujuannya membuat bayi rileks sehingga jika bayi terlihat kesakitan atau rewel ketika dipijat, mungkin ada yang salah dengan teknik pijatan ibu.

  8. Bermain dengan bayi

    Bermain dengan bayi memang menyenangkan, tapi ada beberapa hal yang harus diingat:

    • Jangan mengguncang-guncangkan badan bayi karena organ dalam bayi masih sangat rentan dan bisa rusak jika terkena goncangan yang berlebihan

    • Jangan melempar bayi ke udara

    • Selalu gunakan cairan disinfektan sebelum menyentuh atau merawat bayi baru lahir karena sistem imun mereka belum optimal sehingga bayi baru lahir rentan terkena infeksi yang ditularkan oleh lingkungan di sekitarnya

    • Selalu pastikan sabuk pengaman bayi terpasang ketika ia tengah berada di stroller atau high chair

    • Ketika bayi sudah berusia 3 bulan atau lebih atau otot lehernya sudah terlihat lebih kuat, biarkan ia tengkurap untuk beberapa menit dalam satu hari. Kegiatan yang juga dikenal dengan istilah tummy time ini bisa memperkuat otot lehernya, juga membuat anak belajar melihat lingkungan dengan pandangan lurus, bukan lagi melihat ke atas seperti ketika berada di posisi tidur.

  9. Pola tidur

    Merawat bayi baru lahir menjadi tantangan tersendiri bagi ibu yang nyaris selalu kurang tidur setiap hari. Ini dikarenakan pola tidur ibu memang harus menyesuaikan dengan pola tidur bayi yang cenderung memiliki durasi pendek-pendek.

    Bayi newborn umumnya memiliki waktu tidur hingga 16 jam dalam 2 bulan usia pertamanya. Namun, durasi yang pendek-pendek itulah kerap membuat ibu kelelahan karena lambung mereka memang masih kecil sehingga cepat merasa lapar dan butuh untuk disusui minimal 2 atau 3 jam sekali. Belum lagi, bayi juga akan terbangun ketika tidak merasa nyaman dengan popok atau alas tidurnya.

    Meskipun demikian, tidak ada seorang pun yang bisa memastikan pola tidur bayi baru lahir karena memang setiap bayi memiliki polanya sendiri. Yang pasti, ibu harus memastikan bahwa bayi tidur terlentang, tidak ada benda di sekitarnya yang berpotensi mengganggu jalan napas sehingga bayi terhindar dari kemungkinan sindrom kematian bayi mendadak alias SIDS.

  10. Potong kuku

    Tips merawat bayi terakhir ialah ketika harus memotong kukunya. Sebaiknya, lakukan hal ini ketika bayi tengah tertidur. Jangan potong kuku bayi terlalu dalam karena itu bisa menyakitkan bayi. Sebisa mungkin, gunakan gunting kuku khusus bayi mengingat kuku bayi yang masih sangat lembut.

Merawat Bayi Sakit

Ketika ibu sudah melakukan setiap rekomendasi merawat bayi yang benar, tapi bayi tetap menderita sakit tertentu, rasanya sangat merasa bersalah ya?

Padahal, sedetail apapun cara merawat bayi yang ibu lakukan, ada hal-hal dasar yang memang sudah menjadi sifat alamiah bayi. Salah satunya ialah kondisi imun bayi yang memang belum sempurna sehingga tidak jarang menderita penyakit tertentu di awal kehidupannya.

Berikut 9 penyakit yang biasa menyerang bayi newborn dan cara merawatnya.

  1. Penyakit kuning (jaundice)

    Seperti namanya, bayi divonis menderita penyakit kuning ketika sekujur badannya berwarna kuning, termasuk bagian bola mata yang seharusnya berwarna putih. Jaundice disebabkan oleh meningkatnya kadar bilirubin dalam darah karena fungsi hati bayi yang belum bekerja secara optimal. Pada bayi baru lahir, kadar bilirubin yang normal ialah 12mg/dl.

    Penyakit ini cukup sering ditemui pada bayi baru lahir dan biasanya akan hilang dengan sendirinya lewat asupan cairan (ASI). Namun, ada baiknya ibu dan ayah mengikuti saran dokter jika memang bayi diharuskan untuk menjalani terapi sinar biru karena memang kadar bilirubin yang terlalu tinggi dalam darah bayi bisa mengakibatkan kerusakan otak hingga keterlambatan perkembangan bayi.

  2. Kolik

    Kolik ialah kondisi ketika bayi terus rewel tanpa sebab. Biasanya, bayi merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya, tapi hanya bisa mengekspresikannya dengan tangisan. Biasanya, kecenderungan bayi menderita kolik akan hilang dengan sendirinya ketika bayi berusia 3 tahun, namun ibu bisa berkonsultasi dengan dokter tentang cara merawat bayi dengan kolik jika merasa perlu.

  3. Bercak biru

    Ketika tengah merawat bayi baru lahir, ibu mungkin akan menemukan bercak kebiruan di beberapa bagian tubuh bayi. Bercak ini sebetulnya normal-normal saja, asalkan bukan ditemukan di sekitar area mulut apalagi sampai disebabkan oleh bayi yang sempat berhenti napas (apnea) selama sedikitnya 5 detik. Pasalnya, hal tersebut mungkin mengindikasikan bahwa bayi menderita kelainan fungsi jantung.

  4. Muntah

    Bayi muntah merupakan hal yang biasa selama muntahnya berwarna putih. Merawat bayi muntah pun cukup mudah, yakni diberikan asupan cairan sebanyak-banyaknya untuk mencegah dehidrasi serta disendawakan setiap sehabis menyusu.

    Meskipun demikian, ada baiknya bayi langsung dibawa ke fasilitas medis terdekat jika muntah berwarna hijau ataupun ada bercak darah karena itu bisa menjadi tanda adanya infeksi di saluran pencernaan. Selain itu, muntah yang terus-menerus terjadi juga bisa menandakan adanya alergi susu sapi.

  5. Batuk

    Batuk pada bayi biasanya terjadi ketika bayi tersedak aliran ASI yang terlalu deras ketika menyusu. Batuk yang perlu diwaspadai ibu ialah yang sampai mengakibatkan bayi terengah-engah, bahkan mengeluarkan bunyi 'whoop' karena bisa jadi bayi tengah menderita batuk rejan alias whooping cough. Jika ibu curiga bayi terindikasi batuk rejan, detik itu juga langsung temui dokter atau pergi ke instalasi gawat darurat karena batuk rejan pada bayi di bawa 4 tahun bisa bersifat mematikan.

  6. Demam

    Sama halnya pada anak dan orang dewasa, demam pada bayi merupakan pertanda bahwa di dalam tubuhnya tengah terjadi perlawanan terhadap kuman-kuman jahat. Merawat bayi demam memang memerlukan kesabaran. Berikan parasetamol untuk menurunkan demam bayi dengan dosis sesuai saran dokter. Meskipun demikian, ibu harus langsung membawa bayi ke rumah sakit jika demam lebih dari 38,5 derajat celcius karena dikhawatirkan bayi menderita penyakit yang butuh penanganan segera.

  7. Infeksi saluran telinga

    Demam pada bayi juga bisa disebabkan oleh masuknya kuman ke saluran telinga bayi. Biasanya, bayi yang menderita infeksi jenis ini akan menolak menyusu salah satu payudara ibu karena telinganya akan terasa sakit jika menghadap ke payudara tersebut. Cara merawat bayi dengan infeksi saluran telinga ini sebaiknya langsung dikonsultasikan dengan dokter THT (telinga, hidung, tenggorokan) karena bayi ibu mungkin saja membutuhkan asupan antibiotik untuk menyembuhkan infeksi telinganya.

  8. Ruam popok dan cradle cap

    Ruam popok terjadi bukan hanya karena popok (biasanya pospak) yang kotor dan jarang diganti, namun juga sebagai reaksi alergi bayi terhadap minimal satu bahan pembuat popok itu sendiri, bisa bahannya pembuatnya, jenis kainnya, ataupun pewanginya. Ibu bisa mengoles krim antiruam di daerah bokong agar mengurangi rasa gatal dari ruam tersebut.

    Sedangkan cradle cap adalah kondisi kulit kepala bayi yang seperti ditutup oleh ketombe. Cara merawat bayi dengan kondisi ini cukup mudah, yakni keramas setiap hari dengan sampo berbahan dasar lembut dan aman untuk kulit bayi.

  9. Dermatitis atopik

    Disebut juga sebagai eksim atopik, penyakit ini merupakan kondisi kulit bayi yang kemerahan, kering, dan gatal. Dermatitis atopik biasa terjadi pada bayi dan biasanya merupakan reaksi alergi dari alergen tertentu, semisal susu sapi hingga kosmetik yang dikenakan bayi. Merawat bayi dengan kondisi ini bisa dengan salep khusus yang dosisnya harus dengan resep dokter karena tidak bisa digunakan sembarangan maupun dalam jangka panjang.

(Asni / Dok. Freepik)

Follow Ibupedia Instagram