10 Tips Untuk Ibu Melahirkan Saat Suami Harus Balik Kerja
Ibu melahirkan pastinya merasakan tantangan tersendiri saat merawat sang buah hati. Tubuh Ibu melahirkan mungkin belum pulih seratus persen ketika harus mencurahkan kasihnya pada makhluk kecil dalam gendongan. Tak jarang, dalam situasi ini ibu melahirkan mungkin saja merasa stress dan butuh waktu menyendiri sebentar saat merasa kesusahan. Di sinilah suami dituntut berperan lebih dari sekedar kepala keluarga.
Suami ibu selalu siap dan tanggap dalam membantu menjaga bayi. Bahkan suami menjadi kunci penting agar ibu melahirkan terhindar dari stress dan kegalauan saat merasa salah dalam merawat bayi. Karena bagaimanapun, suami adalah teman terdekat dan terbaik bagi seorang istri.
Namun ada waktunya ketika suami harus kembali bekerja setelah cutinya habis. Tugas ibu menjadi terasa lebih berat dari sebelumnya. Pasti muncul kekhawatiran yang membuat ibu stress dan sedih. Nah, berikut ini ada beberapa tips untuk Ibu yang akan meringankan tugas dan perasaan Ibu ketika suami kembali bekerja:
1. Sesuaikan harapan
Ibu, cobalah untuk lebih rileks tetapi tetap bersiap menghadapi kemungkinan yang terburuk. Tetaplah percaya diri bahwa setelah ibu melahirkan, Ibu makin kuat dan siap merawat bayi meskipun sendirian. Ibu sudah berhasil melalui proses melahirkan yang penuh perjuangan dan ini adalah proses setelahnya yang harus dihadapi. Jangan berharap bahwa Ayah akan pulang tepat waktu atau rumah akan selalu bersih dan rapi.
Sesuaikan harapan dan tetaplah realistis. Berikan pemakluman kepada diri sendiri ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan Ibu. Ayah mungkin saja akan pulang dalam keadaan yang sama lelahnya seperti Ibu, jadi jangan berharap dia akan siap selalu untuk menggantikan Ibu menjaga bayi. Ibu melahirkan harus bersiap menghadapi kesulitan dan masalah, tapi dengan menurunkan ekspektasi saat banyak hal yang tidak sesuai rencana, Ibu bisa mengatasinya dengan lebih baik.
2. Cari bantuan
Ibu tidak harus melakukan semuanya sendirian, lho. Ibu bisa gunakan jasa doula pasca melahirkan untuk membantu selama beberapa hari pertama pasangan kembali bekerja. Bila ada teman atau kerabat yang datang untuk menemani bayi, minta mereka untuk membawakan kopi, bantu mencuci piring atau melipat pakaian. Bila ada anak yang lebih besar, Ibu bisa menitipkannya di rumah orang tua atau mertua. Kalau ada pendapatan lebih, tidak ada salahnya setelah Ibu melahirkan bisa mulai menggunakan jasa asisten rumah tangga.
Yang terpenting adalah kondisi setelah ibu melahirkan harus tetap merasa bahagia dan tidak terlalu terbebani karena harus bisa melakukan semua. Meminta tolong untuk beberapa hal adalah normal dan akan ada beberapa keluarga atau teman dekat yang dengan senang hati akan memberikan bantuan setelah Ibu melahirkan.
3. Buat jadwal tidur
Meski suami butuh istirahat setelah bekerja, bukan berarti Ibu tidak perlu tidur sama sekali ketika bersama bayi di rumah. Merawat bayi baru lahir cukup menguras fisik, apalagi saat Ibu masih di masa pemulihan setelah melahirkan.
Sendirian melakukan tugas mengurus bayi di malam dan siang hari bisa dengan cepat memicu kelelahan emosi dan fisik bahkan beberapa minggu setelah Ibu melahirkan. Jadi, buatlah rencana yang tepat untuk Ibu berdua. Misalnya, Ibu harus rela mengalah mengurus bayi selama tengah malam, agar Ayah bisa istirahat dan bekerja dengan baik. Sebelum Ayah tidur, ia bisa membantu Ibu menjaga si kecil agar Ibu bisa memperoleh istirahat yang cukup juga.
Mungkin suami tipe orang yang tidur larut malam, jadi Ibu bisa tidur lebih awal untuk beristirahat, sedangkan suami bisa bersama bayi. Atau mungkin suami terbiasa bangun dini hari, itu artinya ia bisa menjaga bayi ketika Ibu harus beristirahat saat suami bangun.
Tiap situasi berbeda, tiap pekerjaan punya tuntutan berbeda, dan pola tidur bayi bervariasi, tapi penting untuk punya rencana tidur untuk memastikan tiap orang mendapat istirahat yang cukup.
4. Manfaatkan cuti suami dengan baik
Durasi cuti ayah bervariasi. Bila suami punya cuti bekerja yang fleksibel, coba manfaatkan dengan baik. Misalnya, bila suami hanya punya 8 hari cuti, coba gunakan 4 hari pertama berturut-turut dan lalu simpan hari cuti lain untuk berjaga ketika Ibu sangat kelelahan di minggu-minggu berikutnya. Bila jam kerja suami fleksibel, ia bisa beberapa kali bekerja setengah hari atau bekerja satu atau dua jam lebih sedikit di beberapa hari pertama.
5. Perencanaan sebelum bayi lahir
Bila si kecil belum lahir, buatlah perencanaan sekarang agar transisi bisa jadi lebih mudah nantinya. Bagi sebagian orang, keuangan jadi masalah terbesar yang menyebabkan setelah Ibu melahirkan harus kembali bekerja. Bila memungkinkan, mulailah menabung sebelum bayi lahir. Bila suami tidak dapat cuti, berapapun anggaran Ibu, mulailah menabung untuk membayar doula atau asisten rumah tangga buat bersih-bersih rumah dan memasak.
Mengobrollah dengan keluarga. Pikirkan siapa yang bisa membantu menemani Ibu selama beberapa hari pertama ketika suami harus kembali bekerja. Siapa yang bisa menamani Ibu saat pemeriksaan rutin bayi ke dokter, atau yang bisa membantu menyiapkan makan untuk Ibu. Biasanya mereka yang dengan senang hati menemani saat-saat kritis Ibu melahirkan, akan setia menolong ketika Ibu butuh bantuan mengurus si kecil.
Saat ada suami di rumah, orang yang tahu rutinitas Ibu dari hari ke hari, bisa sangat membantu dan menenangkan kondisi selama periode setelah Ibu melahirkan. Memikirkan ia kembali bekerja bisa terasa menakutkan. Memiliki ekspektasi yang realistis dan dukungan untuk bisa beristirahat yang cukup bisa memberi perbedaan besar.
6. Keluar rumah bila cuaca memungkinkan
Ibu bisa berjalan-jalan setiap hari setelah suami mulai kembali bekerja. Gunakan stroller bila perlu, jadikan ini sebagai rutinitas. Baik pula untuk Ibu melahirkan mampir ke warung terdekat untuk membeli beberapa keperluan. Akan terasa menyenangkan bisa keluar rumah, menikmati sedikit udara segar, dan bercengkerama dengan siapa saja yang Ibu temui. Ibu akan merasa tidak terlalu terisolasi, dan setelah beberapa hari, Ibu menyadari kalau Ibu melahirkan pun bisa melakukan ini.
7. Nyalakan TV
Mungkin Ibu bukan tipe orang yang suka menonton TV, meski ketika sedang tidak beraktivitas. Tapi setelah suami kembali bekerja, cobalah nyalakan TV. Kadang Ibu melahirkan bisa merasa lebih baik bila ada suara background dan Ibu juga punya bayangan tentang apa yang terjadi di luar sana.
8. Bicara pada seseorang
Bicaralah pada orang lain yang pernah mengalami hal serupa, melakukan ini akan sangat membantu. Tapi Ibu harus jujur. Tak perlu bersikap seolah Ibu bisa mengontrol semuanya. Ibu tak perlu buktikan ini ke siapapun. Keluarkan semua unek-unek dan akui kalau Ibu merasa sendirian dan cemas.
9. Ciptakan rutinitas menyusui
Bila Ibu melahirkan langsung menyusui, maka waktu menyusui tidak akan terlalu merepotkan. Tapi bila Ibu memberikan susu formula, Ibu perlu buat perencanaan.
Ya, kata perencanaan terulang lagi. Memberikan susu dari botol jadi rutinitas sepanjang waktu. Coba kuasai rutinitas minum susu bayi. Ini akan mengurangi stres. Ingat, bayi baru lahir perlu menyusu tiap 2 sampai 3 jam sepanjang hari.
Pastikan semua botol susu bayi bersih dan steril untuk esok hari sebelum Ibu tidur. Percayalah, berurusan dengan botol susu kotor di jam 7 pagi setelah hanya 3 jam tidur di malam hari akan membuat Ibu melahirkan kerap stres.
Cara terbaik untuk menyiapkan susu formula untuk bayi adalah dengan membuat setidaknya 2 sampai 3 botol lebih dulu. Ibu lalu bisa menyimpannya di kulkas dan dihangatkan ketika dibutuhkan. Ini akan sangat membantu karena susu formula bisa bertahan selama 24 jam di kulkas.
10. Biasakan tidur siang
Istirahatlah ketika bayi tidur. Ibu pasti sudah sering mendengar nasihat ini. Tubuh Ibu butuh istirahat seperti yang bayi lakukan. Jangan lupa Ibu masih berada di masa pemulihan setelah melahirkan dan Ibu perlu merawat tubuh juga. Ibu, bayi selalu tidur siang. Bayi baru lahir tidur setidaknya 17 jam dalam sehari. Manfaatkan waktu tidur bayi dengan bijak.
Bila perlu, selalu prioritaskan tugas penting selesai di pagi hari. Ingat, membersihkan semua bagian rumah bukan agenda penting untuk saat ini. Bukan juga mengurus cucian. Yang Ibu harus lakukan hanyalah memastikan ada cukup baju bersih untuk bayi.
Pastikan Ibu makan dengan baik atau tidurlah bersama bayi. Mulai dari pagi hingga siang, Ibu perlu tidur ketika bayi tidur. Ini penting karena Ibu melahirkan perlu melunasi hutang tidur di malam hari.
Yang ada di pikiran ibu melahirkan di hari pertama ayah kembali bekerja
Terkadang meskipun saat suami punya cuti beberapa minggu, Ibu mungkin masih punya bayangan tidak sanggup menjalani semuanya sendirian. Karena beberapa minggu pertama setelah melahirkan akan penuh dengan menyusui, mengganti popok, kurang tidur, mencuci tanpa henti, dan tangisan si kecil.
Bila beruntung, Ibu melahirkan punya waktu setidaknya beberapa minggu untuk menyesuaikan diri dengan kehadiran anggota keluarga baru sebelum suami kembali ke dunia kerja. Beberapa ayah tidak bisa cuti bekerja karena ibu melahirkan. Banyak yang harus kembali bekerja beberapa hari setelah ibu melahirkan.
Ini terasa berat, tapi setidaknya Ibu punya seseorang untuk membantu. Jadi apa yang terjadi ketika suami kembali bekerja? Berikut ini beberapa hal yang ada di pikiran ibu melahirkan pada hari pertama berdua bersama bayi:
1. “Saya tak sanggup melakukannya”
Ibu dan suami adalah team. Bagaimana Ibu bisa mengatasi semua sendirian? Saat Ibu lelah, ia membantu agar Ibu bisa istirahat. Bila Ibu lapar dan terjebak di bawah bayi yang tidur, ia bisa membuatkan roti isi. Ia juga memberi pelukan dan mengingatkan kalau Ibu cantik.
Suami punya tugas penting di rumah, ia seharusnya tidak segera kembali bekerja ketika bantuannya sangat dibutuhkan. Ibu tidak sanggup lakukan ini sendirian. Ia harus berhenti dari pekerjaannya dan cukup menjadi ayah.
2. “Saya berhasil melakukannya!”
Tak ada kebanggaan yang lebih besar selain rasa bangga ibu melahirkan yang menyadari ia sanggup melakukan perannya. Tugas multitasking seperti membukakan pintu ketika menyusui seolah bisa Ibu lakukan dengan mahir. Tak apa sedikit sombong dalam hal ini. Mulai dari menenangkan tangisan bayi, membersihkan popoknya, dan Ibu melakukan semua tugas lainnya seperti seorang profesional.
3. “Duh, saya akan sendirian mengganti popok kotor bayi”
Ibu mungkin tidak menghargai bantuan pasangan saat ia ada di rumah, tapi Ibu baru benar-benar menyadarinya ketika ia tidak ada, ketika Ibu harus berurusan dengan pup bayi.
Seharian berulang kali mengganti popok bayi terasa berlebihan untuk satu orang. Ibu menyusui bayi, dan ia berurusan dengan popok kotornya. Ini cukup adil. Tidak adil bila melakukan semua tugas ini sendirian.
4. “Ternyata baru waktu makan siang...”
Ibu mengerjakan semua dengan baik tapi kemudian melakukan kesalahan karena melihat jam. Jangan pernah melihat jam. Selalu anggap baru jam 7 pagi dan Ibu tidak perlu merasa kecewa ketika waktu tidak berlalu dengan cepat seperti yang Ibu harapkan.
Ibu sudah berkali-kali mengganti popok, sehingga beranggapan suami akan segera pulang. Tapi salah, ini baru juga jam makan siang.
5. “Berapa banyak foto yang dianggap terlalu banyak?”
Ibu tidak mau suami kehilangan satu momen sekalipun hanya karena ia harus kembali bekerja. Jadi Ibu berbaik hati dengan terus mengirim kabar tentang si bayi. Berikut ini daftar waktu Ibu menghubunginya setiap hari:
Ibu mengirim foto bayi yang tidur dengan caption “kangen ayah”
Ibu mengirim foto bayi dengan baju pertamanya di hari itu
Lalu foto bayi dengan baju kedua karena ia muntah di baju pertama
Lalu foto bayi dengan baju ketiga karena ia pup di baju kedua
Lalu Ibu mengirimkan foto pup karena terlihat berbeda dari biasanya dan merasa cemas
Lalu Ibu mengirim foto selfie Ibu dan bayi
Ibu juga menelepon untuk memberitahu Ibu kangen padanya.
Tak masalah, Bun. Suami butuh update terbaru. Tak ada jumlah yang dianggap terlalu banyak untuk foto bayi yang menggemaskan.
6. “Gapapa kan kalau saya masih pakai baju tidur?”
Ya, waktu tidak berlaku ketika Ibu punya bayi baru lahir. Jadi tak ada orang yang bisa menilai Ibu. Lagi pula baju tidur pun terasa nyaman. Tak masalah bila Ibu mengenakan baju tidur sepanjang hari, setiap hari.
Setelah Ibu melahirkan untuk pertama kali, semua orang bisa memakluminya. Ketika berada di minimarket, cukup melihat ke bawah dan katakan, “Ya ampun, saya lupa ganti baju sebelum keluar rumah.” Semua yang mendengar akan tersenyum dan memaklumi betapa lelahnya menjadi orangtua baru. Suami mungkin sudah berpakaian rapi di jam 8 pagi, tapi jangan menilai diri Ibu dengan standarnya.
Ia belum menghabiskan sepanjang waktu bersama gumoh dan pup bayi. Sekali lagi, tak masalah bila Ibu melahirkan keluar hanya dengan berpiyama.
7. “Mungkin saya harus kembali bekerja”
Setelah selama 6 jam lebih bergelut dengan pup, tangisan, serta menyusui, Ibu mulai hilang kewarasan. Ibu mulai berfantasi tentang hari yang dilewati suami. Ibu membayangkan ia duduk nyaman di kursi kerjanya, menikmati secangkir kopi hangat tanpa ada kotoran bayi berceceran di mejanya.
Ia tertawa mendengar lelucon temannya, lalu ia mengetik email penting dan eksis di dunia nyata. Mungkin ia yang harus tinggal di rumah dan Ibu yang kembali bekerja, itu yang ada di pikiran Ibu ketika membayangkan bisa menikmati minuman hangat tanpa ada bayi kecil yang menempel di payudara Ibu.
8. “Satu jam lagi..”
Menghitung mundur dimulai segera setelah suami keluar rumah untuk bekerja. Ibu selalu melihat jam yang seolah bergerak sangat perlahan. Ibu merasa jam kerja berlangsung sangat lama. Sementara belum banyak yang Ibu kerjakan setelah Ibu melahirkan. Rumah seperti kapal pecah. Ada baju bayi dan alas payudara di lantai dan popok kotor berjatuhan di tangga.
Abaikan semua itu. Setelah Ibu melahirkan, Ibu hanya perlu fokus menenangkan bayi yang ada di gendongan.
(Ismawati, Yusrina / Dok. Pexels)