Ibupedia

12 Mitos Perawatan Bayi Yang Berkembang di Indonesia

12 Mitos Perawatan Bayi Yang Berkembang di Indonesia
12 Mitos Perawatan Bayi Yang Berkembang di Indonesia

Bedong, gurita, cabe rawit untuk membuat lesung pipi bayi hingga menggunakan uang logam untuk menutupi tali pusar bayi yang sudah puput, merupakan tradisi dari orang tua yang kiranya sudah melekat pada kehidupan masyarakat Indonesia. Beberapa orang tua baru ada yang masih percaya dengan mitos tersebut dan ada pula yang justru cuek dan tidak mempercayainya.

Kalau Ibu sendiri tipe yang bagaimana, nih? Yup, seperti kata orang tua jaman dahulu, dalam merawat bayi memang harus telaten dan tidak boleh sembarangan. Karenanya, muncullah beragam mitos tentang perawatan bayi baru lahir yang beredar di masyarakat secara turun temurun.

Namun, secara medis mitos-mitos tersebut belum tentu terbukti kebenarannya. Bahkan ada juga mitos yang tidak masuk akal dan secara medis justru dapat berbahaya bagi kesehatan bayi.

Nah, apa saja sih mitos-mitos soal perawatan bayi lainnya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia? Yuk, simak ulasan berikut ini.

12 Mitos Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir

  1. Membedong bayi

    Mitos yang paling sering di dengar adalah dalam hal membedong bayi. Tak sekadar membedong, cara mengikat bedongan ini pun harus dililit kencang sejajar lurus dengan kaki bayi. Orang tua jaman dahulu menganggap bahwa dengan metode ini, dapat mencegah kaki bayi berentuk huruf O, bengkok atau pengkor.

    Meski tujuannya baik, namun secara medis efek dari membedong kaki bayi terlalu kencang ternyata sangat berbahaya, lho Bu. Menurut kutipan dari Kompas.com membedong bayi terlalu kencang dapat menghambat perkembangan motoriknya. Hal ini karena tangan dan kakinya tidak mendapatkan kesempatan bergerak.

    Membedong juga tak ada hubungannya dengan bentuk kaki. Secara alami bentuk kaki bayi saat baru lahir memang bengkok, karena tulangnya masih lentur dan sedang dalam proses penguatan. Nantinya kaki bayi akan lurus seiring dengan pertumbuhan usianya.

    Walau begitu, di mata medis membedong masih tetap boleh dilakukan. Terutama setelah bayi mandi, dengan tujuan untuk menghangatkan tubuhnya dan membuat bayi lebih tenang. Akan tetapi, cara membedongnya pun tidak boleh terlalu kencang. Membedong bayi yang benar hanya boleh di balut longgar.

  2. Cabe rawit untuk membentuk lesung pipi

    Memiliki bayi yang punya lesung pipi pasti sangat menggemaskan dan menjadi sebuah dambaan tersendiri bagi para orang tua baru. Menurut mitos yang dipercaya oleh orang tua jaman dahulu, lesung pipi bayi bisa dibentuk dengan cara rajin menusuk ujung cabe rawit ke pipi bayi.

    Cara perawatan bayi ini tentu terlihat tidak masuk akal. Sebab lesung pipi sejatinya terjadi karena adanya gerakan susunan otot di bagian wajah terutama pipi. Pada orang tertentu susunan otot tersebut membentuk lekukan sehingga terjadilah lesung pipi ketika otot bergerak.

    Lesung pipi ini memang akan terlihat ‘manis’ pada orang yang memilikinya, terutama ketika tersenyum. Sehingga wajar jika banyak orang tua menginginkan anaknya memiliki lesung pipi.

  3. Uang logam untuk menutup pusar bayi

    Ketika seorang bayi mulai puput tali pusar, kurang lebih setelah 3-7 hari pasca dilahirkan maka pusar bayi harus diganjal dengan koin dan dilapisi dengan kain kasa steril agar tidak bodong. Wah, siapa disini yang masih menerapkan hal tersebut?

    Dikutip dari Haibunda, dr Piprim Basarah Yanuarso SpA (K) mengatakan menutup pusar dengan koin yang dililit kasa steril tidaklah dilarang. Namun bukan berarti jika tidak ditutup koin maka pusar bayi menjadi bodong.

    Setiap bayi yang sudah puput pusar memang ada kemungkinan memiliki pusar bodong. Akan tetapi, tidak semua bayi pasti mengalami hal tersebut jika tidak diganjal dengan uang logam, ya Bu.

    Dalam istilah medis, pusar bodong adalah hernia umbilicalis. Faktor risiko terjadinya hernia umbilikalis antara lain adalah bayi prematur dan juga faktor genetik. Jadi, yuk coba cek pusar Ibu dan Ayah apakah kiranya memiliki pusar bodong?

  4. Selama 40 hari bayi tidak boleh ke luar rumah

    Selain berjemur di halaman rumah dan pergi imunisasi ke dokter, bayi tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Sebab, bayi dikhawatirkan terkena penyakit atau sawan karena bertemu makhluk halus di luar rumah. Hayooo… siapa yang pernah mendengar mitos ini? Atau jangan-jangan masih menerapkannya pada bayi Ibu yang baru lahir?

    Secara medis, bayi di bawah usia 40 hari memang sangat rentang terkena berbagai macam penyakit. Terlebih antibodi dalam tubuhnya belum terlalu kuat. Sehingga disarankan bayi tidak boleh bepergian ke tempat yang penuh keramaian di bawah usia ini. Misalnya saja pergi ke mall, café maupun playground anak.

    Namun, di atas usia dua minggu, bayi tetap boleh di bawa ke luar rumah. Asalkan orang tua harus pandai memilih tempat yang aman, nyaman dan tidak terlalu ramai untuk mencegah bayi mudah tertular penyakit. Mitos tentang perawatan bayi seperti ini kurang lebih memiliki tujuan sama dengan para medis, meski alasannya tidak sepenuhnya benar.

  5. Menyiram air dingin ke leher bayi saat di mandikan

    Mandi merupakan cara terbaik untuk membersihkan bayi dari kotoran yang menempel pada tubuh mungilnya. Perawatan bayi seperti ini tidak boleh sampai dilewatkan, agar bayi tetap bersih, segar dan nyaman.

    Ketika mandi, bayi harus di usap dengan waslap dan air hangat (suam-suam kuku). Sebaliknya, bayi justru tidak boleh dimandikan dengan air dingin seperti yang dikatakan orang tua jaman dahulu berdasarkan mitos yang ada. Mitos-mitos tersebut menganggap bahwa memandikan bayi dengan air dingin, terutama menyiram lehernya dengan air dingin dapat membuat tubuh dan leher bayi menjadi lebih kuat.

    Secara medis, air dingin justru dapat membuat pembakaran dan metabolisme tubuh bayi meningkat, sehingga makanan dalam tubuh bisa terkuras untuk mengatur suhu tubuh. Pada akhirnya yang terjadi justru bayi  bisa kehabisan tenaga dan rentan sakit.

    Untuk itu, memandikan bayi dengan air hangat merupakan cara terbaik. Pastikan mengangkat tubuh bayi segera setelah membilasnya dengan air hangat, hal ini bertujuan agar bayi tidak kedinginan. Setelahnya, Ibu bisa membedong tubuh bayi dengan longgar agar ia tetap merasa hangat setelah mandi.

  6. Bayi rewel tanda kurang ASI dan harus diberi makan pisang

    Mitos yang satu ini benar-benar big no ya, Bu! Perlu diingat bahwa bayi rewel tidak selalu karena lapar dan kurang ASI. Ia bisa saja rewel karena popoknya penuh, BAB, mengantuk atau merasa kegerahan.

    Sebaiknya jangan buru-buru ambil kesimpulan bahwa bayi menangis karena lapar dan harus diberikan pisang. Noooooo! Menurut paduan dari World Health Organization (WHO) bayi baru boleh diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) atau solid food minimal pada usia 6 bulan.

    Sebab, di bawah usia 6 bulan saluran cerna bayi belum terbentuk sempurna. Akibatnya jika dipaksakan untuk menelan makanan, dapat berisiko tinggi terhadap tubuh bayi. Misalnya saja, dapat membuat bayi sembelit, terjadi gangguan pada usus bayi, rentan terkena alergi serta penyakit berbahaya lainnya. Bahkan pada kasus terparahnya dapat menyebabkan kematian.

    “Tapi, orang jaman dahulu bayi baru berumur 4 hari sudah di beri makan pisang dan sampai sekarang sehat-sehat saja tuh”. Perlu diketahui bahwa seiring dengan perkembangan jaman, penyakit-penyakit yang ada di dunia pun ikut berevolusi dan terus berkembang. Sehingga kita tidak boleh asal mengikuti mitos-mitos tentang perawatan bayi yang memiliki risiko cukup berbahaya seperti ini.

  7. Rambut bayi harus selalu dicukur botak selama 7 bulan agar lebat

    Tidak semua bayi lahir ke dunia memiliki rambut yang lebat. Berbagai mitos mengenai cara perawatan bayi pun akhirnya bermunculan. Misalnya saja mencukur rambut bayi hingga botak selama 7 bulan setiap minggunya. Tujuannya tak lain adalah dengan harapan rambut bayi akan tumbuh dengan lebih lebat nantinya.

    Padahal secara medis, rambut bayi yang lebat maupun tipis tergantung dari faktor genetik orang tuanya. Meski sering dicukur botak, tak menjamin rambut yang tumbuh nantinya akan lebih lebat.

    Selain itu, mencukur habis rambut bayi dengan menggunakan alat cukur yang tidak steril dapat berisiko membuat kulit kepala bayi menjadi alergi. Bahkan dapat membuat kulit kepala bayi yang tipis menjadi terluka, sehingga jika tetap ingin mencukur rambut bayi hingga botak sebaiknya perlu memperhatikan kebersihan alat cukur dan harus mencukurnya secara perlahan.

  8. Tidak boleh memotong kuku bayi sebelum 40 hari

    Bayi yang lahir ke dunia memang biasanya cenderung memiliki kuku yang panjang dan sangat lembek. Akibatnya banyak orang tua yang merasa tidak tega atau belum berani memotong kuku bayi mereka sebelum 40 hari.

    Mitos tentang perawatan bayi yang satu ini memang masih sering dilakukan oleh para orang tua baru. Padahal memotong kuku bayi yang baru lahir sangat penting dilakukan untuk mencegah bayi melukai wajah dan matanya dengan kuku panjangnya tersebut.

  9. Memakai gurita

    Memakaikan gurita pada perut bayi dianggap dapat mengurangi bayi mengalami perut kembung. Terlebih jika bayi sudah puput pusar. Pada kenyataannya, di mata medis menggunakan gurita pada perut bayi dapat membuat organ dalamnya sulit berkembang dan kekurangan oksigen saat ia bernafas.

    Terlebih jika gurita yang dikenakan diikat terlalu kencang. Hal ini justru akan sangat berbahaya dan bayi menjadi kesulitan untuk bernapas. Meskipun perawatan bayi dengan menggunakan gurita ini sudah terjadi secara turun temurun, namun sebaiknya tidak lagi dilakukan demi kenyamanan bayi kita.

  10. Memakai sarung tangan dan kaki

    Sarung tangan dan kaki biasanya sengaja dipakaikan oleh orang tua saat bayi baru lahir atau masih berusia dibawah 40 hari. Tujuannya agar tangan dan kaki bayi tetap hangat meski sudah di bedong. Tak hanya itu, sarung tangan dan kaki ini berfungsi untuk melindungi kuku bayi yang tajam agar tidak melukai tubuh dan wajahnya.

    Sebenarnya boleh saja dilakukan, terutama ketika udara di sekitarnya terasa dingin. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tangan dan kaki bayi perlu berlatih untuk merasakan benda di sekitarnya. Selain itu, dengan tidak menggunakan sarung tangan dapat melatih indera peraba dan motorik bayi agar lebih peka terhadap sentuhan.

  11. Mencubit hidung bayi agar mancung

    Siapa sih yang nggak mau punya anak yang memiliki hidung mancung? Semua orang tua di dunia ini pasti tentu menginginkan hal ini. Nah, konon katanya jika ingin hidung bayi mancung orang tuanya harus rajin mencubit pelan hidung mereka setiap pagi.

    Waduh, benar nggak ya? Sekali lagi, mancung atau tidaknya hidung bayi secara medis merupakan sebuah faktor genetik dan tidak aka nada pengaruhnya jika sering dicubit setiap pagi. Umumnya, bayi yang lahir tidak semua memiliki hidung tinggi dan mancung. Semua akan terlihat seiring dengan pertumbuhannya.

  12. Bayi bau tangan karena terlalu sering digendong

    Nah! Ini juga salah satu mitos tentang perawatan bayi yang salah, ya Bu. Menurut psikolog anak dari Brazelton Institute at Children's Hospital in Boston bayi membutuhkan perhatian melalui sentuhan dan perhatian secara fisik untuk membantu meningkatkan hubungan emosional dengan orang tuanya.

    Menggendong merupakan kegiatan emosional yang sangat baik untuk meningkatkan kedekatan antar orang tua dan juga bayinya. Sayangnya mitos perawatan bayi yang beredar justru menyebutkan bahwa bayi yang terlalu sering di gendong akan menjadi bau tangan dan cenderung manja.

    Tips agar bayi tidak semakin manja ketika di gendong, sebaiknya jangan terlalu terburu-buru menggendong bayi ketika ia menangis. Cek terlebih dahulu popoknya dan jam menyusuinya.

    Sebab, ketika bayi menangis dan terburu-buru di gendong ia justru akan belajar bahwa setiap kali menangis orang-orang tercinta akan datang untuk menggendong dan menenangkannya. Alhasil ia akan tetap menangis sebelum ada orang yang menggendongnya.

4 Mitos dan Fakta Terkait Perawatan Bayi dan Ibu Menyusui

  1. Bayi sariawan

    Mitos: Bibir dan mulut bayi yang masih menyusui sariawan, akibat ibu mengonsumsi air hangat setiap hari.

    Fakta: Sariawan bisa terjadi pada bayi yang masih menyusui di bawah usia 10 bulan. Penyebabnya beragam, karena perlekatan dengan puting Ibu yang kurang tepat, akibat sistem kekebalan tubuh bayi yang belum sempurna, adanya jamur pada rongga mulut maupun puting ibu dan lain sebagainya.

    Sariawan pada bayi tidak ada hubungannya sama sekali dengan Ibu yang minum air hangat. Sebab apapun minuman yang dikonsumsi Ibu menyusui, tidak akan mempengaruhi rasa ASI. ASI yang keluar akan tetap hangat meskipun Ibu minum minuman dingin sekalipun.

  2. Ibu makan sayur daun katuk selama 40 hari

    Mitos: Agar ASI lancar, Ibu menyusui wajib mengonsumsi sayur daun katuk setiap hari selama 40 hari. Ini merupakan salah satu bentuk perawatan bayi yang dilakukan melalui Ibunya.

    Fakta: Sayur daun katuk memang sangat baik untuk meningkatkan kualitas ASI. Namun, tidak harus dikonsumsi setiap hari selama 40 hari, kok. Ada banyak sayuran yang bisa meningkatkan kualitas ASI misalnya, pare, daun torbangun, sayur bayam serta bermacam sayuran hijau lainnya.

  3. Ibu tidak boleh mandi air dingin selama 40 hari

    Mitos: Ibu menyusui yang mandi menggunakan air dingin selama 40 hari pasca persalinan, dapat membuat ASI menjadi dingin dan tidak baik dikonsumsi bayi.

    Fakta: Mandi air hangat dipercaya dapat membantu merelaksasi otot-otot Ibu yang baru melahirkan serta melancarkan peredaran darah. Tidak ada hubungannya dengan kualitas ASI yang dikonsumsi bayi.

  4. Membubuhkan bedak di area genital bayi

    Mitos: Agar area genital bayi tetap bersih dan tidak bau harus diberikan bedak.

    Fakta: Menurut American Academy of Pediatrics bedak yang dibubuhkan pada area genital bayi dapat menyebabkan iritasi dan penyakit kanker ovarium. Waduh! Bahaya banget kan, Bu. Selain itu, bedak tabur yang terhirup bayi dapat mengganggu pernapasan bahkan menyebabkan pneumonia. Untuk itu, sebaiknya hindari menggunakan bedak tabur dalam perawatan bayi.

(Aprilia / Dok. Freepik) 

Follow Ibupedia Instagram