Ibupedia

3 Jenis Kondisi Bayi Kuning dan Cara Menanganinya

3 Jenis Kondisi Bayi Kuning dan Cara Menanganinya
3 Jenis Kondisi Bayi Kuning dan Cara Menanganinya

Kondisi bayi kuning, yang ditandai oleh adanya warna kuning pada kulit dan mata, sangat umum terjadi pada bayi baru lahir. Sekitar 60 persen bayi tercatat mengalami kondisi bayi kuning beberapa hari setelah kelahirannya. Bayi kuning terjadi ketika ia memiliki tingkat bilirubin yang tinggi pada darah. Bilirubin sendiri adalah pigmen kuning yang dihasilkan dari sel darah merah yang pecah.

Pada kondisi normal, bilirubin masuk ke hati, lalu dilepaskan ke saluran usus. Pada bayi baru lahir, organ hati sering kali belum berkembang dan tidak bisa mengeluarkan bilirubin dari darah. Ketika terjadi kondisi terlalu banyak bilirubin di dalam darah, bilirubin bisa muncul di lapisan kulit. Ini menyebabkan kondisi bayi kuning dimana kulit dan mata terlihat kuning.

    

3 jenis kondisi bayi kuning pada bayi baru lahir

Seperti yang telah disebutkan tadi, kondisi bayi kuning pada bayi baru lahir disebabkan oleh kumpulan bilirubin di dalam darah. Di rahim, janin memperoleh nutrisi dan mengeluarkan produk sisa, seperti bilirubin, melalui tali pusar. Setelah lahir, organ bayilah yang mengambil alih tugas ini.

Bayi baru lahir bisa mengalami kondisi bayi kuning akibat kumpulan bilirubin yang kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal berikut:

 

  1. Physiologic jaundice

    Physiologic jaundice terjadi pada antara 1 sampai 5 hari setelah bayi lahir karena organ tubuhnya belum bisa mengeluarkan sisa bilirubin secara efektif. Terlihatnya warna kuning bergantung pada seberapa tinggi tingkat bilirubin di dalam darah. Bila terjadi penumpukan bilirubin, kulit dan mata yang menguning biasanya muncul sekitar 24 jam setelah kelahiran dan makin jelas pada sekitar hari ketiga atau keempat. Sering kali, tingkat bilirubin di darah perlahan menurun dan warna kuning memudar atau hilang sehingga kondisi bayi kuning pulih sekitar seminggu tanpa masalah berarti.

    Bayi prematur yang organ tubuhnya belum sepenuhnya berkembang, kurang bisa mengeluarkan bilirubin secara efektif dan besar kemungkinannya untuk mengalami kondisi bayi kuning dibandingkan dengan bayi yang cukup umur.

        

  2. Breastfeeding jaundice

    Breastfeeding jaundice umumnya disebabkan oleh dehidrasi ringan. Dehidrasi menyebabkan bayi kuning karena membuat proses pengeluaran bilirubin dari tubuh jadi lebih sulit bagi sistem tubuh bayi yang belum matang.

    Kondisi bayi kuning jenis ini bisa terjadi ketika bayi tidak mendapat cairan yang cukup, paling sering karena jarak menyusui terlalu jauh. Ibu biasanya menghasilkan sekitar 14,2 gram hingga 21,3 gram kolostrum setiap kali menyusui pada beberapa hari sebelum cairan ASI keluar.

     Kebanyakan bayi membutuhkan sekitar 28,4 gram hingga 42,5 gram cairan tiap 4 jam. Bayi yang menyusu dan disusui tiap 4 jam atau lebih lama dari itu akan mengalami dehidrasi, akibatnya tingkat bilirubin dalam darah akan naik dan tercipta kondisi bayi kuning.

    Risiko mengalami breastfeeding jaundice bisa dikurangi dengan cara lebih sering menyusu. Sebaiknya ibu menyusui bayi sekitar 8 sampai 12 kali setiap 24 jam. Bila terlihat tanda-tanda kondisi bayi kuning, menyusui bayi setiap 2 jam sekali bisa membantu mengatasinya.

    Sering menyusui bayi akan meningkatkan produksi kolostrum serta ASI, sehingga mampu memastikan bayi mendapat nutrisi dan cairan yang cukup untuk mengeluarkan bilirubin berlebih dan mengurangi kondisi bayi kuning. Namun yang perlu diingat, penambahan ASI dengan air atau gula tidak membantu menurunkan tingkat bilirubin pada bayi.

        

  3. Breast milk jaundice

    Setelah kedua jenis kondisi bayi kuning di atas yaitu physiological jaundice atau breast-feeding jaundice teratasi, biasanya di hari ke-5 atau ke-7, tingkat bilirubin bisa saja meningkat lagi selama minggu kedua (hari ke-10 sampai ke-14) pada bayi yang menyusu. Jenis kondisi bayi kuning ini kemungkinan berhubungan dengan komponen tertentu pada ASI yang mempengaruhi pengeluaran bilirubin pada bayi.

     Breast milk jaundice merupakan jenis kondisi bayi kuning yang dipengaruhi oleh aktivitas menyusui. Kondisi ini kadang berlangsung hingga 12 minggu, tapi jarang menyebabkan komplikasi pada bayi yang sehat dan aktif menyusu.

    Breast milk jaundice tergolong sebagai jenis kondisi bayi kuning yang sangat jarang terjadi, hanya dialami oleh kurang dari 3 persen bayi. Ketika terjadi, biasanya tidak menyebabkan masalah dan perlahan hilang dengan sendirinya. Tetap aman untuk terus menyusui bayi Ibu.

    Penting untuk diingat ya Ibu, breast milk jaundice tidak terkait dengan breast-feeding jaundice. Breast-feeding jaundice hanya berkembang pada bayi baru lahir yang kesulitan menyusui dan tidak mendapat cukup ASI. Sebaliknya dengan breast milk jaundice, bayi bisa melakukan pelekatan dengan baik pada payudara dan menerima jumlah ASI yang cukup.

    Tanda-tanda bayi kuning harus diperiksa oleh dokter. Dokter bisa pastikan tidak ada penyebab yang lebih serius atau masalah kesehatan lain. Bayi kuning yang parah dan tidak diatasi bisa memicu komplikasi, termasuk kerusakan otak permanen atau hilang pendengaran.

   

Apa saja gejala dan penyebab breast milk jaundice?

Penyebab pasti breast milk jaundice tidak diketahui. Tapi kemungkinan terkait dengan kandungan zat di ASI yang mencegah protein tertentu pada hati bayi untuk memecah bilirubin. Kondisi ini juga bisa terjadi karena turunan dalam keluarga.

Gejala breast milk jaundice sering muncul setelah beberapa minggu pertama, beberapa antara lain:

  • Perubahan warna kuning pada kulit dan bagian putih mata

  • Lelah

  • Lesu

  • Berat badan tidak bertambah

  • Menangis melengking.

Bayi umumnya terlahir dengan tingkat sel darah merah tinggi. Ketika tubuh mulai mengeluarkan sel darah merah lama setelah lahir, pigmen kuning yang disebut bilirubin terbentuk. Biasanya perubahan warna kuning disebabkan oleh bilirubin yang memudar sendiri ketika hati yang mulai matang memecah pigmen. Bilirubin keluar dari tubuh bayi melalui urin atau feses.

Dokter belum mengetahui kenapa kondisi bayi kuning terjadi pada bayi yang beradaptasi dengan baik pada aktivitas menyusui. Tapi ini bisa disebabkan oleh unsur-unsur tertentu pada ASI yang menahan protein di hati dalam memecah bilirubin.

    

Siapa yang berisiko mengalami breast milk jaundice?

Breast milk jaundice bisa terjadi pada bayi baru lahir yang menyusu. Karena dokter tidak tahu pasti penyebab kondisi ini, ada beberapa faktor risiko yang terkait dengannya. Tapi breast milk jaundice bisa juga disebabkan karena keturunan, jadi riwayat bayi kuning pada keluarga bisa meningkatkan risiko bayi Ibu mengalaminya juga.

   

Bagaimana diagnosa breast milk jaundice?

Konsultan laktasi bisa memungkinkan dokter dan Ibu untuk mengamati bayi menyusu sehingga bisa memastikan ia melakukan pelekatan dengan tepat atau tidak, serta apakah produksi ASI cukup. Pula dalam sesi konsultan laktasi, spesialis laktasi yang terlatih akan mengajarkan ibu bagaimana cara menyusui bayinya.

Diagnosa breast milk jaundice bisa terjadi bila konselor laktasi melihat bayi melakukan pelekatan dengan baik di payudara dan mendapat cukup ASI. Dokter kemudian akan menggunakan tes darah untuk memastikan diagnosa tersebut. Tes ini mampu mengukur jumlah bilirubin pada darah bayi. Tingkat bilirubin yang tinggi dapat mengindikasikan kondisi bayi kuning.

   

Bagaimana penanganan breast milk jaundice?

Tak perlu khawatir jika terdiagnosa breast milk jaundice, sebab Ibu tetap aman untuk terus menyusui bayi. Kondisi bayi kuning adalah kondisi sementara yang tidak mengganggu manfaat ASI. Kondisi bayi kuning tingkat menengah atau ringan biasanya bisa dimonitor di rumah. Dokter bisa memberitahu Ibu untuk menyusui bayi lebih sering atau memberi bayi susu formula sebagai tambahan ASI. Ini bisa membantu bayi mengeluarkan bilirubin melalui feses atau urin.

Kondisi bayi kuning yang tergolong berat sering kali perlu diatasi dengan fototerapi, baik di rumah atau di rumah sakit. Selama sesi fototerapi, bayi kuning berada di bawah sinar khusus selama satu atau dua hari. Sinar ini mengubah struktur molekul bilirubin dan membuatnya keluar dari tubuh lebih cepat. Bayi akan mengenakan kaca mata pelindung sepanjang sesi fototerapi untuk mencegah kerusakan pada mata.

Bila tingkat bilirubin masih di bawah 20 mg, beberapa penanganan berikut sering kali digunakan untuk menangani breast milk jaundice pada bayi yang sehat: 

  • Meningkatkan frekuensi sesi menyusui menjadi 8 sampai 12 kali setiap hari. Cara terbaik untuk menurunkan tingkat bilirubin adalah dengan membantu mengeluarkannya. Peningkatan menyusu akan menyebabkan peningkatan buang air, yang pada akhirnya akan mengeluarkan bilirubin. 

  • Bekerja sama dengan konselor laktasi untuk memastikan bayi dapat melakukan pelekatan sempurna pada payudara. Hal in bertujuan agar bayi bisa mengambil ASI sebanyak mungkin. Pelekatan yang tidak tepat bisa secara langsung mempengaruhi asupan ASI yang dapat bayi terima. 

  • Bila suplementasi direkomendasikan untuk meningkatkan asupan bayi, konsultasikan dengan konselor laktasi tentang penggunaan lactation aid. Ibu juga perlu memompa ASI di waktu ini agar tidak mengganggu produksi ASI. Pengunaan lactation aid untuk memberikan ASI perah atau campuran ASI dan susu formula jadi cara terbaik untuk tidak mengganggu proses menyusui antara ibu dan anak. 

  • Kadang berhenti menyusui untuk sementara waktu bisa jadi langkah efektif untuk bayi kuning yang menderita breast milk jaundice. Bila tingkat bilirubin bayi mencapai 20 mg atau lebih, rekomendasi untuk menghentikan menyusui selama 24 jam bisa digunakan sebagai pelengkap fototerapi. Ini biasanya bisa menurunkan tingkat bilirubin secara dramatis. Ibu bisa kembali menyusui setelah 24 jam.  

  • Bila fototerapi dianjurkan untuk bayi kuning, biasanya hanya saat tingkat bilirubin mencapai lebih dari 15 sampai 20 mg, bicarakan ke dokter tentang penggunaan selimut serat optik. Selimut serat optik bisa dibawa pulang dan membuat proses menyusui terus berlanjut tanpa gangguan. Peningkatan menyusui dan penggunaan penyinaran bisa secara efektif menurunkan tingkat bilirubin.

Bila bayi prematur atau mengalami kondisi kesehatan lain, penanganan akan bersifat individual.

   

Efek jangka panjang breast milk jaundice

Bayi dengan breast milk jaundice biasanya pulih dengan penanganan yang tepat dan pengawasan secara saksama. Kondisi ini biasanya membaik setelah satu atau dua minggu bila organ hati bayi menjadi lebih efisien dan ia terus mengonsumsi jumlah ASI yang cukup. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, kondisi bayi kuning bisa terjadi setelah usia 6 minggu meski sudah dilakukan penanganan yang seharusnya. Hal ini bisa jadi mengindikasikan kondisi medis yang membutuhkan penanganan yang lebih intensif.

   

Cara menangani breast milk jaundice

Kebanyakan kasus breast milk jaundice tidak bisa dicegah. Ibu tidak perlu berhenti menyusui bila khawatir bayi terkena bayi kuning. Ibu hanya perlu berhenti menyusui sebentar ketika dokter memintanya. ASI penting untuk menjaga kesehatan bayi baru lahir. ASI memberi semua nutrisi yang dibutuhkan dan melindungi bayi dari penyakit dan infeksi. Bayi dianjurkan menyusu 8 sampai  12 kali setiap hari pada 6 bulan pertama.

Kasus bayi kuning ditengarai bisa mencapai 50 sampai 70 persen dari seluruh jumlah kelahiran yang ada, jadi tidak ada cara untuk menghindarinya. Tapi ada cara untuk mencegahnya berubah menjadi lebih serius dan mencapai situasi dimana kondisi bayi kuning membutuhkan intervensi tambahan:

 

  1. Kurangi risiko kelahiran prematur

    Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 38 minggu memiliki risiko lebih besar mengalami kondisi bayi kuning. Hati pada bayi prematur kurang berkembang dibanding yang cukup umur, membuat lebih sulit bagi hati bayi mengeluarkan bilirubin.

    Beberapa faktor risiko yang menyebabkan bayi kuning seperti usia atau kelahiran kembar tidak bisa diubah, tapi risiko lingkungan bisa dihindari. 

    • Selalu periksakan kehamilan Ibu. Perawatan kehamilan sejak dini yang konsisten akan memastikan Ibu dan bayi tetap sehat selama kehamilan, serta dapat mencegah masalah yang bisa memicu kelahiran prematur dan bayi kuning. 

    • Hindari bahan kimia tercemar. Tembakau, alkohol, obat stres, dan beberapa obat lain bisa meningkatkan kemungkinan kelahiran dini. Bila Ibu ingin berhenti merokok atau mengonsumsi alkohol, konsultasikan dahulu pada dokter. Polutan lingkungan juga bisa menjadi risiko. 

    • Jangan stres. Stres menjadi faktor utama kelahiran prematur. Kurangnya dukungan sosial, pekerjaan yang bersifat fisik, serta kekerasan domestik, baik fisik atau emosi, bisa menyebabkan stres dan memicu kelahiran prematur. Dampaknya, bisa jadi bayi mengalami kondisi bayi kuning.

    • Kurangi risiko infeksi tertentu. Infeksi seperti herpessifilis, dan toksoplasmosis bisa memicu kelahiran prematur, begitu juga kondisi bayi kuning.
         
  2. Segera menyusu setelah bayi lahir

    Penelitian mengenai bayi kuning menunjukkan bahwa proses menyusui memiliki lebih sedikit tantangan dan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi ketika dimulai pada beberapa jam pertama setelah lahir.

    Ibu yang mulai menyusui dalam beberapa jam pertama setelah bayi lahir atau melakukan inisiasi menyusu dini lebih mungkin berhasil dibanding yang menunggu lebih lama. Penambahan berat sedini mungkin bisa membantu perkembangan bayi, sehingga organ hati bayi lebih mudah melakukan tugasnya dan tidak terjadi kondisi bayi kuning.

    Selain itu, kolostrum yang diproduksi ibu bermanfaat bagi sistem pencernaan bayi untuk dapat mengeluarkan kotoran secara maksimal, sehingga membantu mengeluarkan sisa bilirubin dari usus. Dengan kata lain, semakin cepat bayi mulai buang air besar, semakin cepat kondisi bayi kuning akan mereda.

    Bila memutuskan untuk menyusui bayi, konsultasikan dengan spesialis laktasi untuk meningkatkan teknik menyusui Ibu. Spesialis laktasi bisa membantu ibu baru belajar bagaimana melakukan pelekatan yang tepat agar bayi bisa menerima ASI yang cukup.

       

  3. Sering susui bayi

    Sering-seringlah menyusui  bayi di beberapa hari dan minggu pertama untuk menghindari atau mengurangi risiko bayi kuning. Jangan jadwalkan menyusui bayi. Bila bayi mengantuk, usahakan ia terjaga agar bisa menyusu penuh.

       

  4. Menjemur bayi

    Sinar ultraviolet bereaksi terhadap bilirubin, mengubahnya menjadi bentuk yang tidak perlu melewati hati untuk dikeluarkan. Hal ini bisa membuat bilirubin berlebih cepat keluar dari tubuh dan menurunkan risiko bayi kuning.

    Jemur bayi kuning dengan hanya mengenakan popok atau telanjang di bawah sinar matahari. Jangan lebih dari 5 menit dalam satu waktu, lakukan satu atau dua kali sehari. Ingat untuk tidak berlebihan, karena paparan sinar matahari berlebih bisa menyebabkan kulit bayi terbakar dan menciptakan komplikasi serius. Pastikan bayi tidak kedinginan ketika dijemur dengan meningkatkan suhu ruang atau membaringkannya di dada Ibu saat dijemur.

    Sebagai alternatif cara berjemur untuk bayi kuning, coba tempatkan tempat tidur bayi dekat jendela bertirai. Tirai bisa menyaring sinar ultraviolet yang bisa menyebabkan masalah, sehingga bayi berjemur tanpa risiko membakar kulit.

   

Kapan kondisi bayi kuning jadi tanda bahaya?

Kondisi bayi kuning sering kali membaik dengan sendirinya. Tapi pada beberapa kasus yang jarang terjadi, kondisi bayi kuning bisa menyebabkan komplikasi dan membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Meski kondisi bayi kuning biasa terjadi pada bayi baru lahir, tingkat bilirubin yang tinggi dan tidak ditangani—yang disebut severe hyperbilirubinemia pada darah, bisa menyebabkan bilirubin menyerang otak dan memicu komplikasi serius. Meski jarang, komplikasi ini bisa memicu kerusakan otak permanen seperti cerebral palsy, masalah belajar, perkembangan enamel gigi yang terganggu, serta hilang pendengaran.

Dokter bisa merekomendasikan penambahan susu formula bila tingkat bilirubin pada bayi kuning terus naik setelah beberapa hari. Pada kebanyakan kasus, penambahan susu formula tidak diperlukan kecuali tingkat bilirubin bayi mencapai 20 mg atau lebih, atau bila bayi punya faktor risiko kondisi bayi kuning seperti prematur, gangguan darah, atau berat badan berkurang terlalu banyak.

Suplementasi dengan susu formula bisa mempersulit keberhasilan menyusui. Bicaralah pada dokter tentang efek baik-buruk penambahan susu formula saat berusaha mengatasi kondisi bayi kuning.

(Ismawati/Yusrina. Dok. Pixabay)

Follow Ibupedia Instagram