Ibupedia

4 Fakta dan Mitos Seputar Menstruasi setelah Melahirkan

4 Fakta dan Mitos Seputar Menstruasi setelah Melahirkan
4 Fakta dan Mitos Seputar Menstruasi setelah Melahirkan

Merawat bayi akan membuat Ibu sangat sibuk dalam beberapa minggu pertama kelahirannya. Namun setelah Ibu mulai terbiasa dengan rutinitas itu, terlebih setelah masa nifas berakhir, Ibu mungkin akan mulai bertanya-tanya kapan menstruasi setelah melahirkan datang.

Satu hal yang harus Ibu ingat adalah: periode menstruasi Ibu sudah lama berada dalam mode 'istirahat' setidaknya dalam 10 bulan terakhir (dengan asumsi Ibu tidak melahirkan bayi prematur). Dengan kata lain, jangan kaget juga bila Ibu mengalami menstruasi setelah melahirkan dengan kondisi yang berbeda dibandingkan dengan menstruasi sebelum melahirkan.

Lalu, kapan tepatnya Ibu akan mengalami kembali menstruasi setelah melahirkan?

Well, ternyata tidak ada jawaban yang pasti atas pertanyaan ini. Beberapa ibu mungkin ada yang langsung bisa merasakan menstruasi enam minggu setelah melahirkan, namun ada juga ibu yang belum melihat tanda-tanda datangnya menstruasi setelah melahirkan setelah satu tahun berselang atau bahkan ibu tidak mengalami menstruasi selama ia masih memberi asi kepada anaknya.

Ibu jangan khawatir karena semua itu adalah hal yang normal. Namun jika Ibu merasa khawatir, tidak ada salahnya menghubungi dokter atau tenaga medis yang kompeten ya.

3 Faktor yang Memengaruhi Menstruasi setelah Melahirkan

Seperti telah dijelaskan secara singkat di atas, menyusui secara eksklusif atau tidak merupakan faktor terbesar dalam menentukan kapan Ibu akan mengalami menstruasi setelah melahirkan. Seperti dikutip dari buku The Womanly Art of Breastfeedingmayoritas ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif akan mengalami menstruasi setelah melahirkan 3 hingga 6 bulan lebih lama dibanding ibu yang dibantu susu formula dalam menyusui bayinya.

Hal ini dikarenakan prolaktin, hormon yang terdapat dalam air susu ibu, bisa menekan hormon yang memengaruhi datangnya haid di tubuh perempuan. Semakin banyak prolakti diproduksi, semakin sedikit hormon menstruasi yang keluar. Peristiwa dalam tubuh perempuan ini dinamakan lactational amenorrhea atau Metode Amenorea Laktasi (MAL).

Meskipun demikian, teori ini tidak serta-merta berlaku kepada setiap ibu. Pasalnya, setiap orang memiliki faktor eksternal yang bisa memengaruhi waktu datangnya menstruasi setelah melahirkan.

  1. Waktu tidur bayi

    Semakin sedikit bayi tidur, maka semakin besar tuntutannya untuk menyusu. Jika ibu memberikannya ASI langsung dari payudara, maka hormon prolaktin akan diproduksi lebih banyak di tubuh Ibu karena hisapan dari mulut bayi merupakan salah satu pemicu munculnya prolaktin. Dengan kata lain, hal ini akan menekan hormon menstruasi alias haid sehingga tidak muncul selama bayi aktif menyusu langsung.

    Hal ini juga berlaku bagi ibu yang melakukan power pumping alias memompa payudara dengan jarak setidaknya dua jam sekali untuk mengejar stok ASI perahan (ASIP). Pada prinsipnya, semakin sering Ibu mengosongkan air susu lewat payudara, semakin banyak pula hormon prolaktin yang keluar sehingga menekan hormon menstruasi.

    Seiring bertambahnya usia bayi, waktu tidurnya pun akan semakin panjang sehingga tidak lagi 'mengganggu' ibu di malam hari. Biasanya, bayi mulai tidur lebih panjang pada malam hari saat usianya menginjak bulan keempat sehingga banyak ibu menyusui yang mendapatkan menstruasi pada saat ini.

  2. Dibantu susu formula atau mulai makan makanan padat

    Ketika bayi berada dalam fase growth spurt di mana ia menyusu lebih sering dan lebih lama, Ibu kadang kala merasa ASI yang ia produksi tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan bayi. Di saat-saat seperti inilah Ibu mulai memperkenalkan tambahan susu formula kepada bayi sehingga bayi juga lama-kelamaan lebih jarang menyusu langsung dari ibu.

    Atau ketika bayi mulai berkenalan dengan makanan solid seperti makanan pendamping ASI (MPASI), maka frekuensi menyusu lewat payudara juga berkurang. Saat-saat seperti inilah yang menyebabkan hormon prolaktin bekurang sehingga hormon menstruasi terpicu untuk muncul.

    Semakin dini bayi berkenalan dengan susu formula atau MPASI dini, maka semakin cepat pula ibu biasanya akan mengalami menstruasi setelah melahirkan.

  3. Hormon ibu sendiri

    Ibu mungkin menyusui bayi secara eksklusif, tapi malah sudah mengalami haid hanya enam minggu setelah melahirkan. Atau Ibu bisa saja menggunakan bantuan susu formula, tapi baru mengalami datang bulan sampai setengah tahun setelah melahirkan.

    Kedua hal itu normal-normal saja karena masing-masing ibu memiliki sensivitas hormon yang berbeda-beda di dalam tubuhnya. Ada baiknya Ibu mendiskusikan hal ini dengan dokter kandungan jika memiliki keluhan atau perasaan was-was mengenai menstruasi setelah melahirkan.

Darah Nifas dan Menstruasi

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai menstruasi setelah melahirkan, ibu wajib tahu tentang darah nifas. Tidak sedikit ibu yang bingung membedakan kedua jenis darah yang keluar lewat vagina selepas melahirkan ini.

Darah nifas merupakan darah yang keluar tepat setelah ibu selesai melahirkan. Di awalnya, darah nifas keluar sangat banyak, berwarna merah kecokelatan, dan disertai dengan gumpalan-gumpalan darah. Seiring berjalannya waktu, darah nifas akan mengalami pengurangan volume, warna lebih terang (merah kecokelatan kemudian merah terang, merah jambu, cokelat muda, dan bening), serta lebih sedikit mengandung gumpalan darah.

Merupakan hal yang normal jika ibu mengalami kram pada masa nifas. Justru, hal itu merupakan pertanda bahwa rahim ibu tengah mengalami penyusutan dari ukuran besar ketika hamil ke ukuran semula, meski kemungkinan untuk rahim ibu kembali ke ukuran sebelum hamil merupakan kemungkinan kecil.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2012, nifas biasanya terjadi selama 24 hingga 40 hari. Namun, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa keluarnya darah nifas bisa memanjang hingga 5 minggu atau lebih.

Nifas bukanlah menstruasi. Meski keduanya dimulai dengan keluarnya darah berwarna merah yang cenderung kecokelatan, darah nifas akan menjadi berwarna lebih terang seiring jalannya waktu, sedangkan darah menstruasi justru menjadi lebih gelap sebelum berhenti total.

Lalu, bagaimana dengan ibu yang merasa sudah berhenti nifas, kemudian kembali menemukan bercak darah dengan jarak beberapa hari dari bercak darah terakhir nifas? Apakah itu masih darah nifas atau sudah memasuki masa menstruasi pertama setelah melahirkan?

Jika darah yang keluar jumlahnya sedikit, terlebih ibu masih dalam periode nifas, kemungkinan itu memang darah nifas yang masih tersisa. Namun jika volumenya bertambah dalam beberapa hari setelah keluar spot, disertai kram, dan warna darah bertambah pekat, maka ada kemungkinan itu merupakan darah menstruasi. Tetapi untuk menegakkan diagnosa, ada baiknya ibu menemui tenaga medis untuk melakukan observasi langsung ya.

4 Mitos dan Fakta Menstruasi setelah Melahirkan

Kondisi ibu menyusui yang berbeda-beda membuat menstruasi yang dialami masing-masing ibu juga berbeda-beda. Hal ini tidak jarang menimbulkan generalisasi berbau kepercayaan awam yang berkembang di tengah masyarakat. Ada yang bisa dijelaskan secara ilmu pengetahuan, tapi ada juga yang hanya merupakan mitos dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

  1. Tidak akan hamil lagi selama menyusui eksklusif

    MITOS!

    Menstruasi setelah melahirkan memang merupakan sinyal bahwa rahim ibu siap untuk kembali dibuahi. Namun bukan berarti belum datangnya menstruasi setelah melahirkan berarti ibu akan aman berhubungan seksual tanpa khawatir terjadinya proses kehamilan lho.

    Bayi yang menyusu langsung dari payudara ibu memang akan otomatis menekan hormon menstruasi yang berarti juga menghambat berkembangnya telur yang siap dibuahi di dalam rahim. Namun, bukan berarti tidak mungkin bagi ibu untuk hamil lagi meski belum merasakan menstruasi setelah melahirkan ya.

    "Saya pernah memiliki pasien yang sudah positif hamil lagi ketika ia berkunjung untuk kontrol di 6 minggu setelah melahirkan," kata Dr. Angela Jones, MD, dokter kandungan yang praktek di Freehold, New Jersey, Amerika Serikat.

    Ingat ya, Bu, masa subur itu berlangsung sebelum menstruasi. Jadi, jika ibu seharusnya mengalami menstruasi pada minggu keenam setelah melahirkan, maka ibu sudah memasuki masa subur di pekan ketiga setelah melahirkan. Jika ibu melakukan hubungan seksual pada masa subur itu, tentu besar kemungkinan ibu akan kembali hamil meski belum kedatangan menstruasi setelah melahirkan.

    Aturan ini juga berlaku bagi ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif. Hal ini dikarenakan bahwa sebentar saja bayi melepas mulutnya dari payudara, maka saat itu juga hormon perangsang haid dan ovulasi bekerja meski kadarnya tergantung pada kondisi hormonal masing-masing ibu.

    Dr. Jones pun menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kehamilan setelah ibu melakukan hubungan seksual setelah melahirkan, sekalipun ibu belum datang bulan, jika memang tidak merencanakan memiliki anak dalam waktu dekat. Atau, ibu juga bisa langsung menggunakan alat-alat keluarga berencana (KB) seperti pil, suntik, maupun spiral (IUD) untuk mencegah kehamilan di luar rencana.

    Satu hal yang perlu diingat adalah pemilihan alat KB harus disesuaikan dengan kondisi ibu. Jika ibu tengah menyusui, ada baiknya melakukan KB non-hormonal seperti IUD atau KB dengan sistem kalender yang tidak memiliki efek atau resiko terhadap proses menyusui. Namun pada akhirnya tetap selalu konsultasikan pemilihan alat KB yang cocok dengan ibu bersama dokter ya.

  2. Menstruasi setelah melahirkan lebih terasa sakit

    FAKTA!

    Menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya memang terasa lebih 'berbeda'. Ibu mungkin akan merasa bahwa perut bagian bawah kram dengan intensitas yang lebih kuat dari terakhir kali ibu haid. Hal ini normal dikarenakan rahim ibu juga tengah mengalami penyesuaian setelah hampir setahun tidak mengalami menstruasi.

    Selain rasa kram yang lebih intens, ibu juga bisa mengalami perubahan pola menstruasi setelah melahirkan sebagai berikut:

    • Terdapat sedikit gumpalan darah

    • Darah haid yang lebih banyak dari biasanya

    • Darah haid yang keluar macet-macet (sehari berhenti, keesokan harinya keluar darah lagi)

    • Sakit pinggang yang lebih intens dari sebelumnya

    • Periode haid yang lebih panjang atau pendek dari sebelumnya

    Ketika hamil, kantong rahim ibu mengembang kemudian mengecil lagi setelah melahirkan. Bagi sebagian besar ibu, rahim ini tidak kembali ke bentuk semula karena tetap berukuran lebih besar dari sebelum hamil sehingga darah menstruasi setelah melahirkan juga biasanya lebih banyak dari biasanya.

    Ibu tidak perlu khawatir karena biasanya keluhan ini akan berkurang seiring dengan menstruasi yang datang di bulan-bulan berikutnya. Namun, ibu perlu waspada jika rasa sakit justru semakin terasa kuat setiap datang bulan karena, meski merupakan kasus langka, ibu bisa saja mengalami komplikasi kelenjar getah bening maupun adenomisis (penebalan dinding saluran kemih).

    Meskipun demikian, terdapat pengecualian bagi ibu menyusui yang sebelum hamil menderita endometriosis. Jika sebelum hamil mereka justru menderita kram parah dan haid seperti perdarahan, sebaliknya setelah melahirkan dan sel endometriosis ikut terangkat, maka kram akan terasa lebih tidak sakit dan darah haid keluar lebih sedikit dari sebelum hamil.

  3. Tidak menstruasi tanda pasti hamil

    MITOS!

    Ibu tidak perlu panik ketika mengalami satu bulan tanpa haid, tapi hasil test pack menunjukkan satu garis alias negatif. Selama Ibu masih menyusui langsung, dengan atau tanpa bantuan susu formula, maka tidak menutup kemungkinan bahwa ibu akan mengalami periode menstruasi yang lompat-lompat meski tidak hamil.

    Bagi ibu yang menyusui eksklusif, sekali lagi, hormon prolaktin merupakan biang keroknya. Sedangkan bagi ibu yang menyusui dengan dibantu susu formula, rahim ibu juga masih menyusui sehingga tidak tertutup kemungkinan merasakan menstruasi yang tidak datang secara reguler seperti saat sebelum kehamilan.

    Menurut Cleveland Clinic, ibu akan mengalami perubahan menstruasi setelah melahirkan. Normalnya, jarak antara satu haid dengan haid berikutnya ialah 21-35 hari dengan masa haid 2 hingga 7 hari. Namun ada juga ibu yang mengalami ketidakteraturan menstruasi, misalnya masa haid yang lebih panjang atau lebih pendek, hingga tidak menstruasi setiap bulan. Jadi jangan heran jika ibu datang menstruasi pada Januari, tapi baru kembali haid di bulan Maret.

    Meskipun cenderung normal, bisa juga ketidakteraturan haid ini memang disebabkan oleh penyakit di dalam tubuh ibu seperti endometriosis atau kista. Sila konsultasikan dengan dokter ya, Bu.

  4. Menstruasi setelah melahirkan membuat ASI berkurang

    FAKTA!

    Disadari atau tidak, volume air susu ibu memang berkurang sedikit atau banyak selama menstruasi. Jadi, jangan heran ketika ibu tengah haid, bayi menjadi lebih rewel karena suplai susunya berkurang.

    Penyebabnya tak lain adalah hormon prolaktin tadi yang jadi berkurang karena hormon ibu sedang terkonsentrasi ke rahim yang tengah memasuki masa ovulasi. Hal ini juga menyebabkan perubahan di puting ibu menjadi lebih sensitif dari biasanya. Tidak sedikit ibu menyusui yang mengeluhkan payudaranya menjadi lebih tegang dari biasanya sehingga terasa sakit ketika bayi menyusu langsung.

    Tetapi ibu tidak perlu khawatir karena semua itu hanya bersifat sementara. Produksi ASI akan kembali normal jika masa menstruasi juga sudah selesai, begitu pula segala sakit yang ibu rasakan saat haid akan hilang dengan sendirinya.

    Nah, yang menjadi mitos itu jika ada yang mengatakan bahwa kualitas ASI selama ibu menstruasi adalah jelek. Tidak benar juga jika ada yang bilang ASI menjadi tidak bergizi selama ibu menstruasi ya.

    Bayi yang biasa meminum ASI eksklusif memang biasanya rewel selama ibu menstruasi, tapi itu semata disebabkan oleh kuantitas ASI yang memang berkurang, bukan kualitas. Selama masa ini, ibu bisa memberi ASI dari payudara kanan dan kiri secara bergantian dalam satu sesi menyusu.

    Selama masa menstruasi, Ibu juga bisa mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium dan magnesium untuk lebih melancarkan peredaran ASI. Namun jika tidak, Ibu bisa memperbanyak waktu memompa payudara di sela-sela menyusu karena pada prinsipnya ASI akan keluar sesuai hukum supply dan demand. Makin sering payudara dikosongkan, makin sering pula ASI diproduksi oleh tubuh ibu.

    Yang lebih penting lagi, ibu jangan sampai stres memikirkan ASI seret saat haid ini ya.

Kapan harus Menemui Dokter?

Mengalami menstruasi setelah melahirkan bisa menjadi pengalaman baru bagi ibu sehingga kadang merasa khawatir. Sila konsultasikan kekhawatiran ibu tersebut kepada dokter kandungan kapanpun, terlebih jika ibu mengalami tanda-tanda berikut:

  • Harus mengganti pembalut tiap satu jam sekali

  • Mengalami perdarahan (bukan spotting) lebih dari 7 hari

  • Terdapat gumpalan darah berukuran besar

  • Kram perut yang tak tertahankan

  • Untuk ibu menyusu dengan dibantu susu formula, maka ibu harus menemui dokter jika tidak mengalami menstruasi dalam tiga bulan berturut-turut. Hal ini juga berlaku untuk ibu yang sudah menyapih bayinya.

(Asni / Dok. Freepik)

Follow Ibupedia Instagram