Ibupedia

7 Gangguan Pencernaan pada Bayi yang Sering Jadi Langganan

7 Gangguan Pencernaan pada Bayi yang Sering Jadi Langganan
7 Gangguan Pencernaan pada Bayi yang Sering Jadi Langganan

Salah satu masalah kesehatan yang sering membuat orangtua khawatir berlebih adalah gangguan pencernaan pada bayi. Meski beberapa gangguan pencernaan pada bayi sangat umum dialami, sebagai orangtua rasanya sulit untuk tidak khawatir bila itu terjadi pada anak kita sendiri. Apalagi kalau baru punya anak pertama ya, Bu, ada yang tidak beres sedikit saja pada si kecil pasti sudah panik luar biasa.

Panik itu boleh dan wajar saja kok, Bu. Namun, jangan sampai panik tersebut sampai membuat kita tidak bisa berpikir jernih. Karena biar bagaimanapun, yang kita butuhkan saat anak sakit adalah otak yang bisa berpikir rasional. Meski panik, kita harus tetap bisa merawat anak dengan optimal, mencari penyebab penyakitnya, membaca informasi terkait, atau berkonsultasi ke tenaga medis. Semua itu sulit dilakukan jika kita panik berlebihan.

Nah, gangguan pencernaan pada bayi ini merupakan salah satu penyakit yang sering sekali terjadi, terutama pada bayi yang baru lahir. Ini karena fungsi pencernaannya memang belum sempurna. Ada juga gangguan pencernaan pada bayi yang disebabkan karena salah makanan. Tapi apa pun penyebabnya, gangguan pencernaan pada bayi perlu diatasi sebab bila terus berlanjut dan makin parah, tumbuh kembangnya jadi ikut terganggu. Bantuan medis sangat dibutuhkan, terlebih jika penyakit tersebut sampai membuat berat badan bayi stuck atau turun drastis, atau bahkan bila bayi sampai sangat lemas.

Gangguan Pencernaan pada Bayi

Gangguan pencernaan bayi ada banyak ragamnya. Sebenarnya tidak semua gangguan pencernaan pada bayi ini memerlukan penanganan medis. Sebagian ada yang normal dialami bayi. Tapi meski begitu, jika gejalanya berlanjut dan malah makin parah, disarankan untuk segera menghubungi dokter. Apa saja sih gangguan pencernaan pada bayi yang perlu kita waspadai? Berikut ini gangguan pencernaan pada bayi seperti yang disampaikan dr. Dimple Nagrani, SpA, BMedSC dalam Zoom Class bersama Ibupedia Februari 2021 lalu. Simak, yuk, Bu!

1. Kembung


Gangguan pencernaan bayi yang satu ini cukup sering dialami bayi baru lahir. Penyebab utamanya karena fungsi pencernaannya belum normal. Tanda bayi kembung yang paling umum dan mudah dilihat adalah perut yang tampak buncit. Perut bayi yang kembung akan tampak sangat cembung karena terdapat banyak gas di dalamnya. Saat kembung, ia juga akan tampak sering mengejan dan tidak suka jika diposisikan terlentang. Kembung pada bayi sering terjadi setelah minum ASI atau susu. Namun, gas dapat ikut masuk ke perut bayi saat ia menangis. Saat bayi menangis, ia bisa menelan lebih banyak gas, dan gas ini bisa terperangkap di dalam perut dan menimbulkan rasa tidak nyaman.

Untuk mencegah gangguan pencernaan pada bayi ini, sebaiknya gendong bayi di dada selama beberapa saat setelah ia kenyang minum. Jika ia minum ASI, perhatikan juga asupan makanan Ibu. Hindari makanan pedas dan yang banyak mengandung gas.

2. Kolik

Kembung yang sudah sangat mengganggu bisa berubah menjadi kolik. Gangguan pencernaan pada bayi kolik sangat umum terjadi. Dr. Dimple Nagrani dalam Zoom Class bersama Ibupedia menyebutkan bahwa satu dari 4 bayi mengalami kolik. Kembung yang berkepanjangan dapat membuat bayi menangis sampai berteriak, wajahnya memerah, dan badan dikakukan. Kolik biasanya muncul di waktu-waktu tertentu, umumnya di malam hari atau selepas magrib. Tak heran bila bayi kolik sering dibilang “diganggu setan”, seperti kepercayaan banyak orang tua. Padahal, bila bayi menangis di jam-jam tertentu, sangat mungkin karena ia mengalami kolik. Tanda lain bayi mengalami kolik bila ia menangis lebih dari 3 jam per hari, lebih dari 3 hari per minggu, dan terjadi lebih dari 3 minggu.

Tidak ada cara lain untuk mengatasi bayi kolik selain menyendawakan bayi. Setelah bayi puas minum susu, gendong bayi di dada Ibu atau Ayah selama minimal 30 menit. Kamu juga bisa melakukannya sambil duduk bersandar. Bayi bisa sendawa sampai 25 kali, ini termasuk sendawa yang tidak terdengar. Jadi, penting untuk menjaga bayi pada posisi tersebut sampai sendawanya benar-benar tuntas (minimal 30 menit).

Apakah kolik bisa dicegah? Tentu saja bisa. Kolik bisa dicegah dengan menghindari overfeeding. Overfeeding bisa terjadi jika bayi terus menerus disusui. Perlu diingat bahwa tidak semua tangisan bayi itu sama dengan lapar. Ketika bayi sudah kenyang tapi masih menangis, bisa jadi dia butuh diserdawakan. Jadi ketika dia menangis tapi malah disusui, yang terjadi bayi bisa overfeeding, ini akan membuat perut bayi semakin tidak nyaman dan dia jadi semakin rewel. Selain itu, bila bayi menyusu eksklusif, Ibu sebaiknya menghindari makanan yang dapat menyebabkan bayi kolik. Dilansir dari Mom Junction, beberapa makanan yang dikonsumsi Ibu dan bisa jadi penyebab bayi kolik adalah cokelat, kafein, produk susu sapi, dan kacang.

3. Gumoh


Gumoh disebut juga sebagai “refluks” atau bahasa medisnya “gastroesofageal refluks”. Gangguan pencernaan pada bayi satu ini biasanya terjadi setelah bayi menyusu. Saat gumoh, bayi biasanya masih terlihat aktif, nyaman, dan pertumbuhan berat badannya pun sesuai kurva. Untuk membedakan dengan muntah, gumoh keluarnya mengalir dari mulut bayi, bukan menyemprot. Bedakan juga dengan GERD. GERD atau gastroesophageal reflux disease bisa dibilang adalah gumoh yang tidak wajar, karena menyebabkan anak terlihat kesakitan, tidak nyaman, rewel, dan pertumbuhan berat badannya pun terganggu.

4. Muntah


Kondisi ini bisa ditandai dengan keluarnya isi lambung dengan tekanan. Bayi yang muntah akan terlihat mengejan terlebih dahulu, sebelum isi perutnya benar-benar keluar, terkadang juga sampai menyemprot. Beda dengan gumoh yang keluarnya tanpa usaha, mengalir dari bibir dan kadang dibarengi dengan sendawa. Nah, muntah juga biasanya tidak berwarna putih, melainkan kuning atau hijau. 

Beberapa penyebab gangguan pencernaan pada bayi ini selain karena GERD di atas, bisa juga disebabkan karena adanya sumbatan pada usus, infeksi telinga atau paru, infeksi usus, radang otak, atau alergi protein. Bila si kecil mengalami muntah berulang dengan warna kuning atau hijau, serta terlihat lebih rewel dari biasanya, segera periksakan ke dokter, ya, Bu!

5. Masalah Buang Air Besar (BAB)


Untuk mengetahui apakah BAB kecil normal atau tidak, ada beberapa hal yang perlu Ibu ketahui. Pertama adalah frekuensi BAB si kecil, seberapa sering ia BAB dalam sehari. Lalu, penting juga untuk memerhatikan bentuk feses bayi. Gunakan bristol stool chart untuk mengetahui apakah feses anak normal atau tidak. Dalam chart tersebut, ada 7 tipe feses.

  1. Tipe 1: berbentuk seperti kotoran kambing, bulat-bulat dan teksturnya keras;
  2. Tipe 2: bentuknya lonjong dengan permukaan menonjol-menonjol dan tidak rata;
  3. Tipe 3: berbentuk mirip sosis dengan ada sedikit retakan di permukaannya. Bentuk tinja seperti ini merupakan tinja yang normal;
  4. Tipe 4: bentuknya seperti sosis yang lembut atau ular. Tipe tinja ini juga termasuk normal;
  5. Tipe 5: ciri tinja pada tipe ini berbentuk bulatan-bulatan lembut, permukaannya halus, serta mudah dikeluarkan. Ini tanda seseorang kekurangan serat;
  6. Tipe 6: tinja tipe ini teksturnya mirip bubur kasar dan sangat mudah keluar. Tinja ini merupakan bentuk tinja penderita diare; dan
  7. Tipe 7: tinja tipe ini teksturnya seperti air dan tidak ada bagian yang padat sama sekali. Ini merupakan tinja penderita diare kronis.

Selain bentuk, Ibu juga perlu memerhatikan warna dan bau dari feses anak. Feses bayi yang normal memiliki warna hijau, kuning, atau hijau kekuningan. Sedangkan yang tidak normal, biasanya warnanya putih, abu-abu, atau putih pucat.

6. Konstipasi atau sembelit


Gangguan pencernaan pada bayi selanjutnya adalah konstipasi. Sebenarnya, 90 persen kasus konstipasi pada bayi merupakan konstipasi fungsional. Artinya, konstipasi itu bukan disebabkan oleh masalah kesehatan yang serius. Biasanya konstipasi pada bayi dikarenakan ia kekurangan cairan, sering menahan BAB, atau karena asupan makanan yang kurang benar. Sedangkan sisanya, biasanya karena ada kelainan anatomi usus.

Konstipasi bisa ditandai dengan bayi yang tampak mengejan saat BAB (lebih parah dari biasanya, dan terkadang sampai menangis), lalu fesesnya keras dan kecil-kecil, serta bayi mengalami nyeri perut (rewel dan sering menangis). Jika sudah parah, konstipasi juga bisa menyebabkan pup berdarah. Ini terjadi karena ada luka di lubang anus.

Penyebab bayi sembelit atau konstipasi bisa beragam. Bayi-bayi yang baru mulai MPASI, biasanya akan mengalami sembelit. Ini karena ususnya masih proses adaptasi mencerna makanan, bukan lagi hanya susu. Selain itu, sembelit juga bisa disebabkan oleh kurangnya asupan cairan Ibu. Ibu menyusui harus minum lebih dari 2 liter air setiap harinya. Kurangnya asupan cairan akan membuat ASI juga berkurang. Hal ini dapat berpengaruh pada BAB bayi. Ada juga konstipasi yang disebabkan bayi terlalu banyak mengonsumsi serat soluble atau serat yang bisa larut. Serat soluble ini bisa menyebabkan feses keras. Biasanya serat ini banyak terkandung dalam alpukat, umbi-umbian, tahu, jeruk. Kebalikannya, ada juga jenis serat insoluble atau serat yang tidak larut. Serat ini justru dapat membuat feses lunak. Kedua serat ini penting bagi tubuh khususnya fungsi pencernaan. Namun yang perlu diperhatikan, asupan keduanya haruslah seimbang.

Selain yang sudah disebutkan di atas, penyebab gangguan pencernaan pada bayi satu ini juga bisa karena ia alergi pada susu sapi. Ada juga yang dipengaruhi oleh cara atau posisi BAB. Biasanya ini seringkali dialami anak-anak yang baru belajar toilet training.

Bagaimana cara mengatasi gangguan pencernaan bayi di atas? Sebelum bicara soal cara mengatasi sembelit pada bayi, sebaiknya orangtua mengamati dulu apakah sembelit itu merupakan bagian dari adaptasi si bayi. Ini kerap terjadi terutama saat bayi baru mulai MPASI. Nah, yang bisa dilakukan orangtua untuk mengatasi sembelit bayi bisa dengan menerapkan pijat ILU (pijat I Love You). Pijat perut searah jarum jam ini dapat membantu bayi lebih mudah BAB. Selain pijat ILU, Ibu juga bisa mengatur posisi BAB bayi seperti jongkok. Jika ia berbaring telentang, angkat kakinya seperti seolah-olah sedang bersepeda. Atau jika bayi sudah bisa jongkok, Ibu bisa memposisikannya berjongkok agar keluarnya feses lebih mudah. Cara terakhir, bisa juga dengan memberikan pelumas pada anus bayi. Ibu dapat menggunakan minyak kelapa atau petroleum jelly.

7. Diare


Gangguan pencernaan pada bayi yang paling sering bikin stres adalah diare. Jika bayi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan tekstur cair, itu sudah bisa disebut sebagai diare. Namun perlu diperhatikan juga usia bayi. Banyak bayi baru lahir yang BAB sampai 12 kali sehari dengan tekstur agak cair. Dan itu biasanya masih sangat normal. Apalagi jika anaknya tampak ceria, tidak lesu dan rewel, dan tumbuh kembangnya baik-baik saja.

Nah, penyebab diare sendiri bisa sangat beragam. Ada yang karena alergi susu sapi, karena pengaruh asupan makanan Ibu (misalnya saat Ibu makan pedas), adanya infeksi, terlalu banyak antibiotik, makanan yang dimakan bayi kurang higienis, atau karena pengenceran susu yang tidak benar.

Bayi yang diare sangat rentan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Ibu dan Ayah perlu memerhatikan tanda-tanda dehidrasi pada bayi, seperti ubun-ubun di atas kepala yang mulai cekung, mata juga terlihat cekung, saat menangis tidak keluar air mata, kehausan, berkurangnya frekuensi kencing atau warna urin berwarna oranye, menangis tapi sangat lemas. Jika ada satu saja tanda dehidrasi di atas terjadi pada anak, segera bawa si kecil ke dokter, ya. Jangan ditunda-tunda lagi!

Tips Meningkatkan Fungsi Pencernaan Bayi

Beberapa tips berikut ini dapat membantu meringankan masalah atau gangguan pencernaan pada bayi sekaligus meningkatkan sistem pencernaan bayi secara keseluruhan. Apa saja?

  • Menyusui bayi sampai mereka berusia enam bulan;
  • Menyendawakan bayi setiap kali bayi selesai menyusu;
  • Mengajak bayi tummy time setiap hari saat bayi bangun (sebaiknya hindari menengkurapkan bayi saat ia tidur);
  • Jika Ibu menyusui, hindari rokok, alkohol, dan makanan atau minuman yang dapat meningkatkan kemungkinan kolik pada bayi;
  • Memijat lembut perut bayi. Bisa menerapkan pijat ILU setiap selesai mandi;
  • Saat bayi mulai makanan padat, mulailah dengan hanya satu jenis makanan dalam satu waktu. Perkenalkan jenis makanan lain beberapa hari setelah bayi terbiasa dengan yang sudah diberikan. Ini akan membantu menentukan alergi makanan dan memberi perut bayi cukup waktu untuk terbiasa dengan makanan baru;
  • Menerapkan diet seimbang pada bayi saat ia mulai makan makanan padat. Diet seimbang dapat membantu mencegah kondisi seperti sembelit; dan
  • Hindari memberikan junk food dan gorengan tinggi minyak pada bayi.

Itulah sederet informasi penting mengenai gangguan pencernaan pada bayi sekaligus cara mengatasinya. Semoga membantu, ya, Bu!

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram