8 Warna ASI Beserta Penyebabnya
Bagi ibu menyusui yang rutin memerah ASI, melihat perubahan warna ASI dan tekstur ASI tentu sudah biasa. Jika tidak berwarna putih bersih, warna ASI biasanya putih kekuningan. Kepekatannya bisa kental, bisa juga encer. Terkadang, saat dikeluarkan dari freezer, ASI seperti terpisah menjadi dua lapisan. Bagian atas memiliki warna ASI yang lebih pekat dan lebih kuning, sementara bagian bawah bersifat lebih cerah dan encer.
Namun, pernahkah Ibu menemui ASI yang berwarna kehijauan, kebiruan, atau malah berwarna oranye? Jangan takut dulu ya, Bu. Ternyata, perubahan pada warna ASI adalah hal yang wajar mengingat warna ASI saat pertama kali keluar juga tidak putih seperti warna ASI pada umumnya. Yuk, ketahui berbagai jenis warna ASI beserta hal yang menyebabkannya!
Warna ASI kekuningan agak oranye
Kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar setelah persalinan berwarna kekuningan, terkadang berwarna agak oranye. Penyebabnya adalah tingginya kandungan beta karoten dalam kolostrum. Teksturnya lebih kental dibandingkan ASI pada umumnya. Karena warnanya ini, ibu baru yang tidak memiliki informasi memadai mengenai ASI bisa menganggapnya ASI yang kurang bersih dan membuangnya. Padahal, kolostrum memiliki kandungan gizi tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi yang baru saja lahir.
Salah satu kandungan nutrisi dalam kolostrum adalah immunoglobulin yang berfungsi sebagai antibodi yang mampu melindungi tubuh bayi dari virus dan bakteri. Immunoglobulin akan melapisi dinding saluran pencernaan bayi sehingga bakteri tidak mudah masuk dan membantu memperlancar sistem pencernaan bayi sehingga mampu mengeluarkan mekonium (feses pertama pada bayi, cirinya berwarna gelap).
Jadi, kolostrum sangat disarankan untuk diberikan bayi. Jika bayi mengalami kondisi darurat hingga tidak dapat menyusu di awal masa kelahirannya, Ibu bisa memerah kolostrum, menyimpannya dalam lemari pendingin, dan memberikannya sebagai ASIP saat bayi siap.
Warna ASI mulai berubah putih
Kolostrum biasanya diproduksi hingga hari kelima pasca persalinan. Setelah itu, payudara akan memproduksi transitional milk atau ASI transisi selama kurang lebih dua minggu. Namun, bagi ibu yang sudah pernah melahirkan sebelumnya, perubahan kolostrum menjadi ASI transisi bisa berlangsung lebih cepat. Pada dasarnya, ASI transisi merupakan percampuran antara kolostrum dan ASI matang (mature milk). Warna ASI ini mulai berubah dari kekuningan menjadi putih. Volumenya pun mulai banyak, tidak seperti kolostrum.
Ibu pun akan mulai merasakan perbedaan pada payudara ketika ASI transisi mulai muncul. Biasanya, payudara akan lebih besar, bengkak, dan berat. Kandungan antibodinya perlahan mulai menurun, namun kandungan gula, lemak, dan kalorinya meningkat untuk membantu bayi mengembalikan berat badannya yang sempat turun beberapa hari pasca persalinan.
Jika awal munculnya ASI transisi masih menunjukkan warna kekuningan yang mulai bertambah putih, lama kelamaan warna ASI akan mulai lebih banyak berwarna putih dengan konsistensi yang lebih encer. Inilah tanda bahwa ASI matang mulai diproduksi.
Warna ASI putih semburat kebiruan
Sekitar dua minggu setelah persalinan, ASI matang mulai diproduksi. Warnanya kini dipengaruhi oleh kandungan lemak yang ada di dalamnya. Biasanya, warna ASI putih mutlak yang terkadang terdapat semburat berwarna biru samar. Inilah yang biasa disebut foremilk, alias ASI yang pertama kali keluar saat proses menyusui atau proses memerah ASI. Teksturnya encer dan bening, dengan kandungan lemak yang rendah.
Warna ASI putih kekuningan
Setelah foremilk muncul, biasanya ASI akan mulai menjadi lebih kental dan warnanya berangsur kekuningan. Inilah yang disebut dengan hindmilk. Warna kekuningan muncul seiring dengan semakin pekatnya tekstur ASI karena kandungan lemak yang meningkat.
Nah, warna ini nanti akan sedikit berubah ketika Ibu menyimpannya dalam freezer. ASI akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisan atas biasanya hanya setebal beberapa millimeter namun berwarna lebih pekat dan kekuningan. Lapisan bawah merupakan bagian terbanyak, namun warnanya lebih cerah, kadang berwarna putih atau putih kebiruan. Penyebabnya adalah naiknya lapisan lemak ke bagian atas saat suhu berubah, dan ini adalah hal yang wajar. Ibu hanya perlu menggoyang botolnya sedikit saat sudah mengencer dan siap disajikan pada bayi, agar kedua lapisan kembali menyatu.
Warna ASI kehijauan
Makanan tertentu ternyata bisa mempengaruhi warna ASI, seperti halnya warna urin dan feses. Jadi, jangan kaget jika ternyata suatu hari Ibu mendapati warna ASI yang biasanya putih menjadi sedikit kehijauan. Warna tersebut muncul dari sayuran berwarna hijau seperti bayam, caisim, rumput laut, yang dikonsumsi terlalu banyak juga pewarna makanan dan minuman yang berwarna hijau, atau vitamin dalam bentuk suplemen yang mengandung rempah atau sayuran hijau.
Warna ASI semburat merah muda
Sama halnya dengan warna ASI kehijauan, ASI yang berwarna semburat merah muda juga dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang Ibu konsumsi. Sayuran dan buah dengan warna merah yang kuat seperti buah bit dan buah naga dapat membuat ASI berwarna sedikit merah muda. Begitu juga dengan minuman dengan pewarna buatan berwarna merah.
Warna ASI kehitaman
ASI dapat berwarna kehitaman saat ibu menyusui mengonsumsi antibiotik Minosiklin. Antibiotik ini digunakan untuk mengobati ISK (Infeksi Saluran Kemih), jerawat akut, klamidia, sifilis, gonore, infeksi saluran pernapasan, atau infeksi kulit. Tidak hanya membuat warna ASI menjadi kehitaman, Minosiklin juga mampu mempengaruhi perkembangan gigi dan tulang bayi maupun janin. Karena itu, beritahu dokter jika Ibu sedang menyusui atau hamil agar dokter tidak meresepkan antibiotik ini.
Warna ASI kecokelatan
Warna kecokelatan pada ASI merupakan indikator bahwa ada darah yang tercampur dengan ASI. Beberapa kondisi yang memungkinkan darah muncul pada warna ASI menurut laman Very Well Family adalah:
Pecah pembuluh darah kapiler di payudara
Berbeda dengan luka, pembuluh darah yang pecah di dalam payudara tidak terlihat secara langsung karena berukuran kecil. Pompa ASI yang kurang baik maupun cara memompa ASI yang salah bisa menjadi penyebabnya. Hal ini juga tidak membahayakan.
Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara. Penyebabnya bermacam-macam, yaitu penyumbatan saluran ASI, infeksi bakteri Staphylococcus dan Streptococcus dari luka puting maupun mulut bayi, bra yang terlalu ketat, menyusui hanya di satu payudara, maupun frekuensi menyusui yang tidak teratur. Gejalanya, Ibu akan mengalami demam dengan payudara yang bengkak, nyeri, dan ada benjolan keras.
Rusty pipe syndrome
Dalam bahasa Indonesia, rusty pipe adalah pipa berkarat. Air yang dihasilkan dari pipa berkarat biasanya berwarna kecokelatan. Itulah yang digunakan untuk menggambarkan warna ASI saat Ibu mengalami rusty pipe syndrome, yaitu meningkatnya aliran darah ke payudara pada minggu pertama produksi ASI pasca persalinan. Aliran darah ini ada yang merembes ke kelenjar payudara dan menyebabkan warna ASI kecokelatan. Warna ini dapat berangsur normal menjadi putih kekuningan seiring dengan normalnya aliran darah. Namun, kondisi ini juga dapat berkembang menjadi mastitis.
Intraductal papilloma
Penyakit ini berbentuk benjolan kecil di kelenjar payudara yang umum diderita oleh wanita di atas usia 40 tahun. Salah satu gejalanya adalah keluarnya cairan bening dengan noda darah dari puting. Inilah mengapa Ibu menyusui yang terkena intraductal papilloma memiliki warna ASI kecokelatan karena tercampur darah. Penyakit ini tidak akan berkembang menjadi kanker payudara meskipun merupakan sel abnormal.
Luka ini dapat disebabkan oleh lecet pada puting maupun areola, luka karena gigitan bayi, pelekatan mulut bayi yang kurang pas, eksim, luka garuk, atau puting pecah-pecah. Darah yang muncul dari luka tersebut bisa masuk ke dalam ASI saat Ibu memerah atau memompa ASI. Tidak perlu khawatir, darah yang tertelan oleh bayi tidak akan membahayakan tubuhnya. Saat luka mengering, warna ASI tidak akan kecokelatan lagi. Ibu bisa menyusui bayi dengan payudara yang sehat, dan memerah ASI dari puting yang sakit untuk menghindari penyumbatan kelenjar ASI sekaligus memulihkan bekas luka.
Bagaimana cara aman mengobati puting yang terluka?
Menyusui dengan puting yang terluka tentu rasanya tak terkatakan. Karena itu, mengobatinya sesegera mungkin adalah pilihan terbaik, mengingat isapan mulut bayi akan memperlama proses penyembuhan. Berikut ini adalah cara memulihkan luka pada puting:
Mengoleskan ASI
Pengobatan paling alami pada puting yang terluka adalah dengan mengoleskan sedikit ASI. Alasannya, ASI memiliki kandungan antibakteri yang dapat mengobati luka. Setelah menyusui, cuci bersih tangan Ibu lalu beri beberapa tetes ASI kemudian oleskan. Biarkan sampai ASI mengering atau meresap, baru kemudian pakai kembali bra atau pakaian. Namun, jika Ibu menderita payudara gatal akibat jamur Candida, hindari melakukan hal ini. Cuci bersih payudara dari ASI setelah sesi menyusui karena jamur dapat tumbuh semakin banyak. Lidah dan mulut bayi pun bisa memiliki lapisan keputihan karena jamur ini, di mana penyakit tersebut sering disebut oral thrush. Obatnya adalah memberi probiotik untuk meningkatkan koloni bakteri baik.
Merendam dengan air garam
Air garam juga dapat menyembuhkan luka di puting. Caranya, rendam puting selama satu menit ke dalam campuran setengah sendok teh garam dan 200 ml air. Lakukan setelah menyusui, lalu keringkan. Ibu juga bisa mengoleskan campuran air garam hingga mengering dengan sendirinya. Namun, jika bayi tidak menyukai rasa asin di payudara Ibu, bersihkan puting dengan air biasa untuk menetralkan rasanya.
Kompres air hangat
Mengompres dengan air hangat memang tidak bertujuan untuk mengeringkan luka, namun untuk meredakan nyeri yang biasanya datang bersamaan dengan timbulkan lecet atau luka pada puting. Caranya, celupkan waslap atau handuk kecil ke dalam air hangat, peras, lalu kompres pada payudara selama beberapa menit. Keringkan.
Mengoleskan nipple cream
Jika cara-cara di atas tidak menunjukkan perubahan signifikan, Ibu bisa mengoleskan nipple cream yang kini banyak dijual bebas. Biasanya, kandungannya aman untuk ibu menyusui dan bayi. Oleskan setelah menyusui dan tidak perlu dibersihkan setelahnya.
Beberapa merk yang bisa Ibu coba adalah Medela Purelan Nipple Cream yang mengandung lanolin ultra, Momilen Nursing Cream dengan kandungan d-panthenol dan vitamin E, Pure Mom Nipple Cream yang mengandung provitamin B5, vitamin E, minyak zaitun, Pigeon Nipple Care Cream yang hypoallergenic dengan lanolin murni, serta Mothercare It’s Your Body Nipple Cream yang mengandung vitamin E.
Selain mengobati dengan cara di atas, Ibu juga perlu mencari tahu penyebab puting lecet. Jika penyebabnya adalah pelekatan yang kurang benar, segera perbaiki posisi menyusui. Pelekatan yang salah dapat membuat mulut bayi serasa mencubit puting. ASI tidak dapat keluar maksimal sehingga bayi jadi sering lapar dan sering menyusu. Puting Ibu menjadi semakin lecet meski sudah diobati. Seharusnya, jika penyebab luka puting ditemukan dan diobati, hal ini akan membaik hanya dalam beberapa hari. Jika tidak, Ibu bisa berkonsultasi ke dokter atau konselor laktasi.
Jadi, keseluruhan penyebab warna ASI kecokelatan di atas tidaklah berbahaya. Namun, jika warna ASI tidak berangsur normal dalam beberapa hari, sebaiknya Ibu berkonsultasi dengan dokter karena ada kemungkinan terjadi kanker payudara atau penyakit sejenis.
Begitu juga dengan bayi. Pada kontaminasi darah yang sangat sedikit pada ASI, seharusnya bayi tidak mengalami efek samping. Namun, bayi dapat mengalami hal-hal berikut jika ternyata ASI Ibu mengandung darah lebih dari yang dapat ditolerir bayi, yaitu:
menolak menyusu karena aroma atau rasa yang berbeda;
muntah; atau
ada bercak darah pada feses atau feses berwarna lebih gelap.
Jika ini yang terjadi, Ibu bisa menyusui bayi dari payudara yang sehat untuk sementara sambil menunggu kondisi payudara yang mengeluarkan darah pulih kembali.
Dari mana ASI berasal?
Pembahasan mengenai warna ASI di atas tentu membuat Ibu penasaran tentang dari mana ASI berasal. ASI diproduksi oleh kelenjar payudara dengan cara mengambil protein, gula, dan lemak dari aliran darah dengan bantuan hormon prolaktin. Kelenjar payudara ini sudah terbentuk sejak Ibu masih bayi, lho! Hanya saja, ukurannya baru mulai membesar ketika memasuki masa puber. Hormon estrogen pada masa puber membuat kelenjar payudara mulai tumbuh dan membesar, dengan otot dan lemak sebagai materi penyusunnya. Mengingat banyak tidaknya jaringan lemak pada payudara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor termasuk keturunan, maka ukuran payudara tidak akan menentukan volume ASI saat melahirkan kelak.
Nah, ketika seorang wanita hamil, tumbuhnya plasenta merangsang produksi hormon estrogen dan progesteron yang akan mengaktifkan produksi ASI pada kelenjar payudara. Kelenjar payudara sendiri hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan anatomi payudara.
Anatomi bagian dalam payudara ibu menyusui terdiri dari banyak jaringan dan jalur, layaknya gelembung balon (yang bernama lobus) bertangkai yang semua ujung tangkainya mengarah ke puting. Itulah sebabnya jika Ibu amati, ASI memancar dari banyak lubang kecil saat diperah. Lubang ini jumlahnya kurang lebih 20 di setiap payudara, yang masing-masing terhubung ke satu lobus.
Kesimpulannya, menjaga kesehatan payudara sejak hamil maupun setelah persalinan menjadi hal sederhana yang besar manfaatnya. Pastikan asupan gizi seimbang, jaga kebersihan payudara, dan pastikan posisi menyusui bayi sudah tepat.
(Menur)