Ibupedia

9 Cara Memperbanyak ASI, Tidak Selalu Makanan

9 Cara Memperbanyak ASI, Tidak Selalu Makanan
9 Cara Memperbanyak ASI, Tidak Selalu Makanan

Bagi sebagian ibu, menyusui terjadi dengan sangat mudah, nyaris tanpa hambatan apapun. Namun, bagi sebagian lainnya, menyusui bisa menjadi drama 15 episode yang menguras air mata dan menguji kegigihan sebagai seorang ibu, wanita, istri, bahkan menantu. Salah satu masalah menyusui yang umum dialami oleh ibu baru adalah sedikitnya ASI yang keluar. Bahkan, ada yang harus menunggu hingga hari kedua atau ketiga untuk melihat ASI memancar. Problem menyusui ini pun mengundang orang-orang terdekat menyarankan sejumlah cara memperbanyak ASI. Sebelum Ibu mencoba saran tersebut satu persatu, mari kita pahami terlebih dahulu.

Apa sebenarnya yang mempengaruhi banyak sedikitnya ASI?

Ada banyak hal yang mempengaruhi produksi ASI. Situs kesehatan Mayo Clinic menyebutkan beberapa hal berikut  sebagai penyebab sedikitnya produksi ASI, yaitu:

  1. Terlalu lama untuk mulai menyusui (misal, ASI baru keluar di hari ketiga)

  2. Kurang sering menyusui

  3. Pemberian susu tambahan (karena ASI tak kunjung keluar, karena berat badan lahir rendah)

  4. Pelekatan bayi saat menyusu kurang sempurna

  5. Pengaruh obat-obatan

  6. Kelahiran prematur

  7. Obesitas

  8. Diabetes yang kurang terkontrol

  9. Tekanan darah tinggi akibat kehamilan

Nah, dari sekian banyak penyebab sedikitnya ASI, apakah Ibu mengalami salah satu atau beberapa di antaranya? Jika iya, tidak perlu berkecil hati, apalagi hingga stres. Stres pun menjadi pemicu sedikitnya produksi ASI, lho. Karena itu, coba beberapa cara memperbanyak ASI atau merangsang produksi ASI berikut ini agar proses menyusui berjalan lancar. Selamat mencoba!

  1. Hypnobreastfeeding

    Hypnobreastfeeding berasal dari kata hypno yang berarti pikiran tenang dan breastfeeding yang artinya menyusui. Jadi, hypnobreastfeeding adalah memasukkan sugesti positif saat pikiran ibu dalam keadaan tenang dan rileks untuk membuat proses menyusui lebih lancar. Kalimat yang bisa dijadikan sugesti positif tergantung dari kebutuhan masing-masing ibu, namun AIMI (Asosiasi Ibu Menyusi Indonesia) dalam situsnya menyarankan beberapa kalimat seperti, “Saya selalu merasa rileks saat mulai memerah ASI”, atau “ASI saya cukup untuk kebutuhan bayi”. Kalimat-kalimat positif ini dimasukkan ke dalam pikiran saat Ibu dalam kondisi rileks atau saat sedang berkonsentrasi penuh. 

    Hipnosis sendiri adalah keadaan tidak sadar yang terjadi secara alami, dimana dalam kondisi ini seseorang mampu menghayati sugesti tertentu untuk mencapai perubahan psikologis, fisik, dan spiritual. Dengan kata lain, hypnobreastfeeding merupakan cara memperbanyak ASI dengan cara mempengaruhi kondisi psikologis untuk kelak mempengaruhi perubahan fisik (keluarnya ASI dengan lancar). Pikiran positif tersebut akan membuat ibu percaya diri saat menyusui, yang kemudian merangsang keluarnya hormon oksitosin. Semakin Ibu rileks dan bahagia, semakin banyak hormon oksitosin diproduksi, semakin lancar pula ASI mengalir.

    Saat ASI mengalir lancar, bayi dapat menyusu sesuai kebutuhannya. Isapan mulut bayi pada puting secara otomatis akan menjadi sinyal bagi otak untuk merangsang keluarnya hormon prolaktin. Hormon ini akan mempengaruhi sel-sel lain untuk memproduksi ASI. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak pula ASI yang diproduksi. Jadi, secara tidak langsung hypnobreastfeeding merupakan cara memperbanyak ASI yang cukup efektif.

  2. Pijat oksitosin

    Oksitosin, hormon yang diproduksidi kala Ibu diliputi rasa senang, ternyata dapat dirangsang kemunculannya dengan cara melakukan pemijatan di sepanjang tulang belakang. Pijat oksitosin menjadi salah satu cara memperbanyak ASI yang aman, mudah, sekaligus menyenangkan bagi Ibu menyusui, namun tidak dapat dilakukan sendiri. Ibu bisa meminta suami untuk melakukan pijat oksitosin selama 15 menit saja dengan cara sebagai berikut:

    • Ibu duduk di depan meja dengan tangan terlipat di atas meja dan kepala direbahkan di atas tangan. Agar lebih nyaman, Ibu bisa meletakkan bantal di atas meja atau di atas lipatan tangan. Duduk menghadap punggung kursi (duduk terbalik) dan menyangga tangan dan kepala di atas sandaran kursi juga bisa menjadi posisi alternatif.

    • Pijatan dilakukan dengan kedua jempol tangan dengan gerakan memutar di pangkal leher/punggung atas/tulang belikat. Sebaiknya pijatan dilakukan dengan menyentuh kulit secara langsung, bukan di atas baju. Gunakan minyak agar menimbulkan rasa rileks.

    • Setelah itu, pijatan dapat dilakukan dengan gerakan mengurut di sepanjang tepi tulang belakang, dari atas ke bawah. Ulangi beberapa kali di kedua sisi.

  3. Menyusui sesering mungkin

    Nah, setelah dua poin sebelumnya berperan sebagai cara memperbanyak ASI secara psikis, kini Ibu bisa menggunakan pendekatan teknis. Ibu harus ingat bahwa produksi ASI mengikuti hukum supply and demand, dimana semakin tinggi demand (permintaan) maka semakin tinggi pula supply (persediaan ASI). Artinya, semakin sering bayi menyusu –termasuk dengan cara memerah ASI- maka semakin banyak pula ASI yang dapat diproduksi. 

    Bukankah menyusui harus sesuai permintaan bayi? 

    Memang betul, namun ada standar frekuensi menyusui sesuai usia yang mempermudah Ibu untuk memenuhi kebutuhan bayi akan ASI. Apalagi, bayi yang belum berusia sebulan biasanya tidur terus menerus. Jika tidak dipaksa menyusu dengan frekuensi tertentu, produksi ASI Ibu bisa terhambat, pemenuhan nutrisi bayi pun kurang. Agar tidak bingung, Ibu bisa mengikuti panduan frekuensi menyusu dari KidsHealth berikut ini:

    • Pada bayi baru lahir, bayi menyusu sebanyak 8-12 kali sehari atau minimal setiap dua jam sekali. Namun, ada juga bayi yang sudah lapar 90 menit setelah sesi menyusu sebelumnya. Hal ini wajar mengingat ASI dicerna dengan cepat sehingga bayi mudah lapar. Yang penting, jangan sampai bayi tidak menyusu selama 4 jam, di malam hari sekali pun.

    • Bayi berusia 1-2 bulan menyusu sebanyak 7-9 kali sehari. Semakin fasih bayi menyusu, dibutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk memenuhi kebutuhan ASInya. Hal ini pun berpengaruh pada frekuensi menyusu. Setidaknya, bayi usia ini paling lama menyusu setiap 3 jam sekali. Frekuensi menyusu dihitung dari waktu mulai menyusu pertama hingga bayi menyusu lagi di sesi berikutnya. Jadi, durasi menyusu tidak dihitung. Misal, bayi menyusu jam 2, lalu menyusu lagi jam 4 dan jam 6. Berarti, ia menyusu setiap 2 jam sekali meskipun sekali menyusu membutuhkan waktu 30 menit. 

    • Jadi, untuk memperbanyak ASI, Ibu bisa mengingat selalu kapan terakhir bayi menyusu. Catat bila perlu. Dengan frekuensi yang teratur, produksi ASI pun ikut teratur. Ini yang membuat ASI ibu merembes, atau terjadi let down reflex (rasa menjalar pada detik-detik ASI akan memancar), ketika jadwal menyusu terlewat. Agar tidak mengganggu pasokan ASI, segera susui bayi. Jika Ibu sedang tidak bersama bayi, Ibu bisa memerah ASI tersebut atau mengeluarkan untuk dibuang. Hal ini penting agar tidak terjadi penyumbatan saluran ASI (engorgement) dan menyebabkan mastitis.
  4. Menyusui lalu perah

    Terkadang, saat bayi menyusu, payudara masih terasa setengah isi alias belum benar-benar kosong. Apalagi, semakin besar usia bayi, semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk menyusu. Boleh-boleh saja Ibu perah lalu simpan untuk stok ASI. Banyak yang lebih memilih pumping secara manual dalam kasus ini, namun Ibu bisa memilih mana yang lebih nyaman dan efektif sesuai kondisi masing-masing.

    Memerah sisa ASI yang belum dikeluarkan oleh payudara dapat menjadi cara memperbanyak ASI, yaitu dengan tujuan menjaga “sinyal” berapa banyak ASI yang harus dikeluarkan oleh payudara. Hal ini penting, khususnya bagi Ibu bekerja yang memerlukan stok ASI cukup banyak. Menurunnya suplai ASI beberapa milliliter pun sungguh sangat berarti. Jadi, mengetahui kapan payudara sudah kosong dan belum sepenuhnya kosong merupakan skill yang harus Ibu miliki.

  5. Memerah ASI di sela jadwal menyusui 

    Mengingat Ibu tidak mungkin memaksa bayi menyusu kala ia masih kenyang, maka cara memperbanyak ASI ketika standar frekuensi menyusu telah terpenuhi adalah dengan memerah ASI di antara jadwal menyusui. Hal ini sangat membantu menaikkan produksi ASI, mengingat semakin banyak dikeluarkan, semakin banyak pula ASI diproduksi. Kapan memerah ASI di waktu jeda menyusui bisa dilakukan? 

    Menurut situs What to Expect, pada usia 4-6 minggu biasanya bayi sudah lancar menyusu dan sudah memiliki jadwal menyusu yang relatif teratur. Pada usia inilah Ibu bisa mencoba cara memperbanyak ASI melalui jadwal pumping tambahan. Atau, jika bayi sudah memiliki jadwal menyusu setiap 4 jam sekali, Ibu bisa membuat jadwal memerah ASI setiap dua jam sekali.

  6. Menyusui sekaligus memerah ASI

    Jika pumping di sela waktu menyusui terlalu melelahkan (atau Ibu tidak memiliki waktu), mengapa tidak memerah ASI sekaligus menyusui? Ini juga bisa menjadi cara memperbanyak ASI, lho! Jadi, saat bayi menyusu di payudara kanan, Ibu bisa memerah payudara kiri. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Jika Ibu berencana untuk segera kembali bekerja, paling lambat 2-3 minggu sebelumnya masuk kerja Ibu bisa mulai memerah ASI dan menyimpannya untuk stok ASIP (ASI perah) di freezer.

  7. Cek posisi dan pelekatan menyusui

    Ibu merasa sudah menyusui lama, tapi bayi lapar terus. Bisa juga, ASI tidak memancar dengan deras saat payudara penuh. Bisa jadi posisi menyusu dan pelekatan mulut bayi dengan puting yang kurang tepat adalah penyebabnya. Apalagi, jika Ibu sering merasa kesakitan saat menyusui. Karena itu, mengoreksi cara bayi menyusu bisa menjadi cara memperbanyak ASI yang tidak Ibu sadari. Agar tahu benar salahnya posisi dan pelekatan menyusui bayi, berikut ini adalah panduan pelekatan yang benar dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia):

    • Mulut bayi terbuka lebar hingga sebagian besar areola (lingkaran gelap di sekitar puting) masuk ke mulut bayi, khususnya areola bagian bawah

    • Dagu bayi menempel ke payudara Ibu

    • Tidak ada bunyi decak/cecap. Adanya bunyi menandakan ASI tidak tertelan sepenuhnya

    • Pipi tidak kempot. Pipi yang kempot menandakan bayi menghisap ASI, bukan menelan ASI

    • Bibir bayi terlihat dari luar (tidak masuk ke dalam)

    • Mendapatkan proses menyusui yang “pas” bagi Ibu dan bayi terkadang membutuhkan trial and error. Tidak masalah, selama Ibu terus semangat mencoba.
  8. Konsumsi galactogogue/ makanan pelancar ASI

    Istilah galactogogue berasal dari bahasa Yunani yang artinya makanan, obat, maupun rempah yang dipercaya mampu meningkatkan produksi ASI. Di Indonesia, daun katuk, pare, susu kedelai mungkin bisa dianggap sebagai galactogogue. Sementara di negara Yunani (dan negara Eropa lain), mengonsumsi makanan seperti fenugreek, oats, milk thistle, flax, dan air kelapa dipercaya salah satu  cara memperbanyak ASI. 

    Pertanyaannya, apakah hal tersebut terbukti dapat memperbanyak ASI?

    Terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini. Pengalaman pribadi para ibu banyak yang menganggap galactogogue bukanlah mitos. Namun, hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa galactogogue mampu menaikkan produksi ASI. Kemungkinan besar, ada efek placebo yang terjadi. Efek placebo adalah sugesti bahwa makanan atau rempah tersebut bisa memperbanyak ASI, sehingga Ibu merasa ada peningkatan jumlah ASI setelah mengonsumsinya, walau bisa saja tidak. 

    Ada juga pendapat bahwa galactogogue berfungsi layaknya makanan sehat lainnya dimana konsumsi dalam jumlah tertentu mampu membuat kinerja organ tubuh lebih maksimal, termasuk dalam hal produksi ASI. Jika kandungan nutrisinya yang menjadi alasan, maka Ibu bisa mengonsumsi beberapa makanan di bawah ini:

    • Daun katuk
      Kandungan steroid dan polifenol pada daun katuk ternyata dapat merangsang produksi hormon prolaktin yang dapat meningkatkan produksi ASI. Ibu bisa mengonsumsinya dalam bentuk sayur maupun lalap. Menambahkan sayur daun katuk dalam menu harian Ibu bisa menjadi cara memperbanyak ASI yang murah meriah. Namun, jika Ibu hanya mampu makan semangkok kecil daun katuk, suplemen menyusui yang menggunakan daun katuk sebagai bahan dasarnya juga tidak apa-apa walau harganya lebih mahal.

    • Bayam
      Cara memperbanyak ASI yang mungkin paling familiar dalam keseharian ibu adalah makan sayur bayam. Selain mudah didapat dan diolah, sayur bayam mengandung fitoestrogen yang dapat melancarkan proses menyusui. Alternatif lain pengganti bayam yang juga kaya akan fitoestrogen adalah kale dan arugula.

    • Wortel, bit, ubi manis
      Sayur dan umbi berwarna merah kekuningan ini kaya akan beta karoten yang penting sebagai bahan baku pembuat ASI. Selain itu, sayuran ini juga kaya akan mineral dan zat besi.

    • Jadi, apakah itu keyakinan Ibu, ataupun kecukupan nutrisi sebagai bahan baku ASI yang didapat dari konsumsi galactogogue, tidak ada salahnya jika Ibu ingin mencoba. Apalagi, kini banyak dijual ASI booster siap saji dan memiliki rasa yang enak seperti biskuit dan susu almond yang tentu saja membuat Ibu senang dan kenyang, seperti saat memakan kudapan pada umumnya. Hanya saja, untuk rempah tertentu perlu diketahui efek sampingnya karena ada yang menimbulkan alergi bagi sebagian ibu.
  9. Makan makanan bergizi dan minum air putih

    Ya, inilah yang jelas akan berpengaruh positif pada produksi ASI sekaligus kondisi kesehatan Ibu. Meskipun sebagian bahan makanan bergizi dianggap sebagai galactogogue, namun secara umum sayur, buah, protein memiliki kandungan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh agar dihasilkan ASI yang bernutrisi. 

    Jangan lupa, pastikan Ibu minum cukup air. Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak asupan makanan bernutrisi karena ia “makan untuk dua orang”. Tambahkan jadwal makan di antara waktu makan utama. Bisa juga, Ibu sediakan camilan sehat yang bisa dimakan segera setelah selesai menyusui atau memerah ASI sebagai cara memperbanyak ASI yang menyenangkan dan mengenyangkan. 

(Menur)

Follow Ibupedia Instagram