9 Penyebab Asfiksia, Kurang Oksigen Pada Bayi
Asfiksia berarti kondisi kekurangan oksigen yang wajib Ibu waspadai. Birth asphyxia terjadi ketika otak bayi dan organ lainnya tidak mendapat cukup oksigen sebelum, selama, dan setelah lahir. Kondisi ini bisa terjadi tanpa diketahui siapapun. Tanpa oksigen, sel tubuh bayi tidak bisa bekerja dengan baik. Dalam kondisi paling fatal, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan sementara atau permanen.
Penyebab asfiksia
Beberapa penyebab birth asphyxia antara lain:
Terlalu sedikit oksigen di darah ibu sebelum atau selama kelahiran
Masalah pada plasenta yang terpisah dari rahim terlalu dini
Kelahiran yang sangat lama dan sulit
Masalah dengan tali pusar selama kelahiran
Infeksi serius pada ibu atau bayi
Tekanan darah tinggi atau rendah pada ibu
Saluran udara bayi tidak terbentuk dengan baik
Jalan udara bayi tersumbat
Sel darah bayi tidak bisa membawa oksigen yang cukup.
Asfiksia pada bayi
Asfiksia terjadi pada 4 dari tiap 1000 kelahiran cukup umur. Asfiksia umumnya terjadi ketika bayi lahir prematur. Tingkat bahaya pada bayi bergantung berapa lama dan berapa parah periode asfiksia, dan seberapa cepat penanganan yang tepat diberikan.
Dua tahap cedera bisa terjadi karena asfiksia. Tahap pertama terjadi dalam hitungan menit tanpa oksigen. Kerusakan sel terjadi karena kurangnya aliran darah dan oksigen. Tahap kerusakan kedua disebut "reperfusion injury" dan bisa berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Cedera ini terjadi setelah restorasi aliran darah dan oksigen normal ke otak, juga karena racun terlepas dari sel yang rusak.
Bayi dengan tingkat asfiksia ringan atau menengah bisa sepenuhnya pulih. Bayi yang sel tubuhnya tidak mendapat cukup oksigen untuk waktu lebih lama bisa mengalami cedera permanen pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, atau organ lain.
Ketika bayi prematur mengalami asfiksia, kerusakan bisa memicu cerebral palsy, gangguan perkembangan, kurang perhatian, gangguan hiperaktif, atau masalah penglihatan. Pada kasus yang paling parah, asfiksia bisa memicu gagal organ bahkan kematian.
Gejala asfiksia
Gejala asfiksia pada bayi saat lahir bisa berupa:
Bayi tidak bernafas atau bernafas sangat lemah
Warna kulit memar atau pucat
Detak jantung lemah
Kelenturan dan refleks otot lemah
Terlalu banyak kandungan asam di darah (acidosis)
Cairan ketuban terkena mekonium (feses bayi)
Bayi mengalami seizure.
Diagnosa asfiksia
Saat lahir, dokter dan perawat memeriksa kondisi bayi dengan seksama dan memberi sejumlah penilaian dari rentang 0 sampai 10. Nilai ini disebut nilai Apgar. Apgar menentukan warna kulit, detak jantung, kelenturan otot, refleks, dan usaha nafas. Nilai Apgar yang sangat rendah (0 sampai 3) yang berlangsung lebih lama dari 5 menit bisa jadi tanda asfiksia. Bayi yang tidak memiliki aliran darah atau oksigen yang cukup ke tubuh bisa mengalami nafas abnormal, sirkulasi buruk, kurang energi, sedikit urin yang keluar, dan pembekuan darah yang abnormal.
Pilihan penanganan untuk asfiksia
Bayi dengan asfiksia ringan saat lahir diberikan bantuan nafas hingga bisa mandiri bernafas dengan cukup baik, dan kemudian dimonitor dengan seksama.
Bayi dengan kondisi asfiksia lebih serius membutuhkan alat bantu nafas mekanik, terapi pernafasan, cairan, dan obat untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah seizure. Dokter kadang meminta ibu menunda menyusui untuk memberi bayi waktu untuk pulih.
Bila dibutuhkan, bayi bisa menerima pilihan penanganan lebih lanjut:
Ventilator frekuensi tinggi merupakan bentuk ventilator mekanis yang lebih lembut (alat bantu nafas) yang mengirim udara dalam jumlah kecil dan cepat ke paru-paru bayi. Alat ini digunakan menggantikan mesin nafas konvensional, yang kadang perlu tekanan tinggi dan bisa merusak paru-paru bayi yang rapuh.
Oksida nitrat yang terhirup digunakan untuk mengatasi gagal nafas dan tekanan darah tinggi pada paru-paru (pulmonary hypertension). Oksida nitrat diberikan langsung melalui selang nafas ke saluran udara. Ini membantu pembuluh darah paru-paru membuka sehingga membawa darah yang mengandung oksigen ke tubuh.
Penelitian menunjukkan mendinginkan suhu internal bayi menjadi 33,5 derajat Celsius selama 72 jam bisa membantu melindungi otak bayi dari kerusakan selama tahap kedua asfiksia. Tahap ini disebut “reperfusion” dimana aliran darah dan oksigen normal tersimpan di otak. Penanganan ini paling baik bila dimulai dalam 6 jam setelah bayi lahir dan bisa menurunkan kerusakan otak. Bayi harus setidaknya di usia 36 minggu kehamilan untuk mendapat manfaat dari penanganan ini.
Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO), merupakan bentuk extracorporeal life support. ECMO menggunakan pompa jantung dan paru-paru untuk memberi dukungan kehidupan ketika jantung dan paru-paru bayi tidak berfungsi seperti yang seharusnya atau membutuhkan waktu untuk pulih. Dengan ECMO, darah yang kekurangan oksigen ditarik oleh mesin yang mengangkat karbon dioksida berlebih, menambah oksigen, dan lalu mengembalikan darah yang kaya oksigen ke tubuh bayi. Bayi Ibu akan dimonitor oleh perawat dan spesialis ECMO.
Tingkat keparahan gejala bayi turut mempengaruhi penanganannya. Waktu bayi menerima diagnosa juga mempengaruhi penanganan. Misalnya, ibu bisa menerima tambahan oksigen sebelum melahirkan untuk meningkatkan oksigen bayi sebelum lahir. Bedah sesar menjadi penanganan potensial pada kelahiran yang lama dan sulit.
Setelah lahir, bayi dengan kondisi asfiksia bisa membutuhkan ventilator untuk membantu nafas. Menjaga bayi tetap hangat juga terbukti menurunkan efek berbahaya. Dokter akan memonitor tekanan darah dan asupan cairan bayi untuk memastikan ia mendapat oksigen yang cukup.
Beberapa bayi bisa mengalami seizure sebagai akibat dari asfiksia. Dokter perlu seksama menangani bayi ini untuk menghindari cedera akibat seizure. Beberapa penanganan berikut bisa membantu bayi:
Obat anti peradangan
Magnesium
Vitamin
Allopurinol, yang merupakan obat untuk menurunkan kumpulan asam di tubuh.
Kondisi bayi bergantung pada berapa lama bayi tanpa oksigen. Bayi yang bertahan bisa mengalami mulai dari masalah kecil hingga masalah besar jangka panjang.
Asfiksia merupakan penyebab utama kerusakan otak dan kematian pada bayi di seluruh dunia. Menurut data WHO, diperkirakan sebanyak 900.000 bayi mati tiap tahun di seluruh dunia karena asfiksia. Kebanyakan kematian ini terjadi di negara berkembang. Diagnosa awal dan penanganan yang tepat untuk kondisi ini menjadi hal penting untuk menyelamatkan bayi dan mengurangi komplikasi.
Faktor risiko asfiksia
Bayi prematur berisiko lebih tinggi mengalami kondisi asfiksia. Bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi yang mempengaruhi kehamilan, seperti diabetes mellitus atau preeklampsia, juga berisiko lebih tinggi mengalami asfiksia. Sebuah penelitian menunjukkan kalau usia ibu atau berat lahir bayi yang rendah juga menjadi faktor risiko. Asfiksia juga lebih umum berkembang di negara dimana ibu kurang mendapat akses perawatan saat kehamilan dan pasca melahirkan.
Efek jangka pendek asfiksia
Kondisi yang dikenal dengan hypoxiamerupakan tahap awal asfiksia. Hypoxia ditandai dengan tingkat oksigen yang tidak mencukupi di darah dan jaringan tubuh bayi. Tingkat karbon dioksida pada bayi juga akan meningkat, yang dikenal dengan hypercarbia. Ketika hypoxia terjadi, janin mulai mengalirkan energi tanpa oksigen, di proses yang dikenal dengan anaerobic metabolism. Kondisi ini menyebabkan asam lactat berkumpul di darah bayi.
Tingkat karbon dioksida yang tinggi bersama dengan kumpulan asam lactat menyebabkan bayi mengalami acidosis, kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi. Acidosis dan hypoxia bisa menyebabkan penurunan fungsi jantung, yang bisa menyebabkan bayi mengalami tekanan darah sangat rendah dan penurunan aliran darah ke otak.
Tingkat oksigen yang tidak mencukupi disebabkan oleh asfiksia menyebabkan penurunan darah ke otak (ischemia), dan ischemia menyebabkan hypoxia lanjutan. Hypoxia dan ischemia menyebabkan berbagai gangguan jalan energi di sel yang memicu cedera sel otak lebih jauh. Ketika otak di kondisi hypoxic-ishemic, menyebabkan asfiksia jangka waktu lama, otak tidak hanya kekurangan oksigen, tapi juga kekurangan glukosa dan nutrisi lainnya.
Pengangkatan kotoran juga terganggu. Kotoran tetap berada di dalam sel, menyebabkan kerusakan sel otak tambahan. Secara umum, semakin lama otak di kondisi hypoxic-ischemic, semakin parah cedera otak yang terjadi.
Tingkat cedera otak hypoxic-ischemic pada bayi bergantung pada:
Keparahan afiksia
Berapa lama asfiksia berlangsung
Usia bayi
Penanganan medis pada bayi selama dan setelah lahir.
Efek jangka panjang asfiksia
Bila asfiksia cukup parah dan mencederai otak, bayi akan biasanya mengalami hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE)segera setelah lahir. HIE biasanya mulai terjadi selama proses kelahiran, dengan ditandai masalah seperti seizure dan kesulitan menyusu mulai terjadi segera setelah kelahiran. HIE merupakan cedera otak yang bisa meningkat menjadi kerusakan otak permanen atau kondisi jangka panjang seperti cerebral palsy.
Tanda klinis HIE pada bayi antara lain:
Seizure
Hypotonia, dimana tungkai bayi menjadi lunglai
Kesulitan menyusu
Penurunan kesadaran
Masalah pada organ seperti paru-paru, liver, jantung, usus, dan lain-lain
Refleks batang otak buruk karena masalah pernafasan, respon abnormal terhadap cahaya, tekanan darah, dan masalah jantung.
Hypoxic-ischemic encephalopathy juga paling umum menyebabkan seizure pada bayi baru lahir. Seizure harus segera terdiagnosa dan ditangani karena bisa dengan cepat menyebabkan cedera otak. Tim medis juga perlu mewaspadai masalah lain yang dialami bayi agar bisa memberi penanganan yang tepat. Misalnya, bayi mengalami masalah jantung yang membutuhkan obat cardiac. Bayi dengan masalah nafas membutuhkan selang nafas dan alat bantu nafas. Gagal menangani dengan baik jantung, tekanan darah, dan nafas bayi bisa menyebabkan cedera otak lanjutan dan memperburuk efek jangka panjang dari asfiksia.
Bayi prematur bisa tidak menunjukkan tanda asfiksia seperti pada bayi cukup umur. Satu alasannya karena sistem saraf bayi prematur dan bayi cukup umur berbeda. Cedera otak hypoxic-iscehmic pada bayi yang lahir prematur bisa tidak terlihat, atau bayi mengalami beberapa tanda yang tidak jelas.
Ibu, banyak bayi yang mengalami asfiksia terdiagnosa hypoxic-ischemic encephalopathy segera setelah lahir. Tidak semua anak dengan HIE berakhir dengan kerusakan otak permanen. Beberapa anak tidak mengalami efek jangka panjang asfiksia atau masalah lainnya akibat HIE. Bayi yang mengalami kerusakan otak disebabkan asfiksia atau HIE bisa mengalami:
Cerebral palsy
Epilepsi dan gangguan seizure
Gangguan motorik
Perkembangan tertunda
Kesulitan belajar
Gangguan perilaku dan emosi
Masalah pendengaran
Masalah penglihatan
Masalah makan, masalah nutrisi, dan masalah kesehatan oral
Gejala rasa sakit
Kondisi pernafasan
Masalah kulit
Masalah ortopedik
Kondisi kesehatan mental
Efek jangka panjang asfiksia bergantung bagian otak yang cedera dan keparahan cedera. Ketika bayi mengalami asfiksia parah atau total, disebut juga “acute profound asphyxia,” struktur otak dalam biasanya rusak. Ini termasuk bagian basal ganglia, thalamus, dan batang otak. Efek jangka panjang asfiksia akan lebih parah pada kondisi ini.
Ketika bayi mengalami asfiksia tingkat menengah hingga parah dan cukup lama (acute profound) cedera biasanya terlihat pada cerebral cortex serta struktur otak dalam, khususnya thalami, hippocampi, putamen, dan bagian dorsal pada otak tengah.
Asfiksia pemicu cedera lahir
Saat ibu melahirkan di ruang bersalin, ini sering kali menjadi momen yang paling membahagiakan dalam hidup sang ibu. Ketika ada masalah yang terjadi, seperti cedera lahir, ini bisa dengan cepat jadi hal yang sangat menakutkan. Satu cedera lahir paling umum dikenal dengan asfiksia.
Baik selama atau langsung setelah kelahiran, bayi berisiko kekurangan oksigen ke otak atau organ lain yang dikenal dengan istilah birth asphyxia. Ini bisa terjadi sebelum, selama, atau tepat setelah lahir. Ketika bayi kekurangan oksigen, sel tubuh tidak bisa bekerja normal, mengakibatkan asam berkumpul di sel dan menyebabkan kerusakan sementara atau pemanen. Kondisi ini sering memicu masalah seumur hidup, cacat lahir, dan kadang memicu kematian bayi. Semua kemungkinan ini akan sangat menakutkan.
Asfiksia selama kehamilan bisa dikenali selama kelahiran atau tepat sebelumnya dengan memonitor tanda vital bayi. Pada kasus ini, bedah sesar darurat dilakukan. Pada kasus lain, kondisi tidak dikenali, menyebabkan bayi lahir normal tapi mengalami stres. Biasanya, stres ini menyebabkan bayi tidak bersuara setelah dilahirkan.
Mencegah asfiksia dengan operasi caesar
Asfiksia disebabkan oleh bayi tidak mendapat oksigen yang cukup selama proses kelahiran. Rumah sakit perlu bersiap melakukan operasi caesar dalam waktu 5 menit untuk mencegah asfiksia. Kadang perawat atau dokter tidak menemukan indikasi bayi tidak mendapat oksigen yang cukup, jadi bedah sesar tidak dilakukan tepat waktu dan kerusakan otak terjadi.
Ibu bisa menghindari asfiksia dengan menjalani bedah sesar darurat. Sebanyak 8 persen asfiksia terjadi di proses kelahiran. Bayi tidak bisa menerima proses kelahiran, yang sangat traumatis bagi bayi, dan tidak mendapat cukup oksigen untuk otaknya dan mengalami asfiksia.
Rumah sakit perlu bisa melakukan bedah sesar setidaknya dalam waktu 30 menit, atau bahkan lebih cepat dari ini. Bila Ibu pernah mendengar isitlah ‘crash C-section,’ ini situasi di mana kebanyakan rumah sakit membantu kelahiran bayi melalui bedah sesar dalam waktu sekitar 5 menit. Bayi perlu keluar dari lingkungan yang membuatnya tidak mendapat oksigen. Bila bayi dilahirkan melalui bedah sesar sebelum asfiksia terjadi, ia akan baik-baik saja.
Sering kali situasi yang terjadi adalah bayi tidak mendapat oksigen yang cukup dan alat fetal monitor tidak digunakan atau perawat atau dokter tidak bisa membaca fetal monitor sehingga bayi tidak menerima oksigen dalam waktu cukup lama dan mengalami cedera otak. Karenanya dibutuhkan langkah penyelamatan untuk segera mendeteksi kondisi ini dan pihak rumah sakit segera melakukan bedah sesar darurat dalam hitungan menit.
(Ismawati, Yusrina)