Ibupedia

Jangan Asal, Ini lo Panduan Memberikan Air Putih untuk Bayi

Jangan Asal, Ini lo Panduan Memberikan Air Putih untuk Bayi
Jangan Asal, Ini lo Panduan Memberikan Air Putih untuk Bayi

Banyak orangtua masih menganggap bahwa memberikan air putih untuk bayi, khususnya yang berusia di bawah 6 bulan itu aman saja dilakukan. Mereka melakukannya dengan tujuan agar bayinya kenyang dan tidak dehidrasi. Seringkali keyakinan itu diperkuat oleh dorongan dari nenek atau kakek si bayi yang meminta agar cucunya diberikan air putih supaya tidak rewel dan merasa kenyang. Ada juga yang menambahkan gula supaya rasanya lebih manis dan disukai bayi. Biasanya ini terjadi ketika mereka menganggap ASI dari Ibunya tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi, sehingga ia perlu diberikan asupan cairan lain.

Meskipun air putih itu menyehatkan dan menyegarkan bagi orang dewasa, terutama saat hari sedang panas-panasnya, namun bukan berarti air putih juga baik bagi bayi. Pemberian air putih untuk bayi tidak bisa sembarangan dilakukan karena justru bisa menimbulkan masalah kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kejang dan koma! Air putih untuk bayi sebaiknya tidak diberikan saat ia masih berusia di bawah 6 bulan. Walaupun ia sudah mulai makan makanan pendamping ASI, pemberian air putih untuk bayi tetap harus dilakukan dengan hati-hati.

Risiko Pemberian Air Putih untuk Bayi di Bawah 6 Bulan


Jadi, bolehkah bayi minum air putih? Sebenarnya, larangan minum air putih untuk bayi berlaku ketika bayi masih berusia di bawah 6 bulan, atau ketika ia belum diberi makanan pendamping ASI (MPASI). Air putih untuk bayi di usia tersebut akan memberikan lebih banyak dampak berbahaya dibanding manfaatnya. Apa saja risiko memberikan air putih untuk bayi di bawah 6 bulan?

  1. Bayi kekurangan nutrisi atau gizi buruk

    Perlu diketahui bahwa bayi terlahir dengan ukuran perut yang sangat kecil. Saking kecilnya, bayi baru lahir hanya mampu menampung cairan sekitar 1 sampai 2 sendok teh atau 5 sampai 10 mililiter, seperti yang dikutip dari laman Healthline. Hal ini membuat perutnya jadi cepat penuh lalu kosong kembali.

    Memberi air putih untuk bayi akan membuatnya kekurangan nutrisi yang bisa berdampak ke gizi buruk. Air putih akan cepat membuat bayi kenyang, padahal air putih tidak mengandung nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berbeda dengan ASI atau susu formula. Coba bandingkan dengan ASI yang mengandung banyak sekali zat vitamin, mineral, lemak, dan kalori yang baik untuk tumbuh kembang bayi. Tanpa perlu tambahan cairan lain, termasuk air putih, bayi yang diberi ASI atau susu formula sudah cukup terpenuhi kebutuhannya serta bisa terhindar dari dehidrasi, bahkan di cuaca sangat panas sekalipun.

  2. Bayi mengalami diare

    Air putih bisa menyebabkan bayi diare jika proses pematangannya tidak sempurna. Terlebih sistem imun bayi masih belum berkembang sempurna, membuatnya sangat rentan terpapar kuman atau bakteri. Inilah kenapa air putih yang akan digunakan untuk melarutkan susu formula harus dimasak lebih dulu pada suhu minimal 70 derajat celsius, demi memastikan kuman dan bakteri yang terkandung di dalamnya mati.

    Melarutkan susu formula juga tidak disarankan menggunakan air kemasan. Hal ini karena ada beberapa merek air mineral yang kandungan garam, natrium, atau sulfatnya terlalu tinggi sehingga berbahaya bagi pencernaan bayi.

  3. Bayi dapat mengalami keracunan

    Natasha Burgert, MD, FAAP, seorang dokter anak di Kansas City, mengatakan bahwa ginjal bayi yang masih berusia di bawah 6 bulan masih belum mampu menyaring air dengan benar sehingga ia rentan mengalami keracunan air. Keracunan atau intoxication adalah kondisi berbahaya yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

    Selain itu, ginjal bayi di usia ini masih sangat kecil, sehingga ketika ia diberi air melebihi kapasitas ginjal, maka kelebihan air tersebut akan masuk ke aliran darah dan membuat cairan dalam aliran darah mengencer. Kondisi ini juga akan menurunkan konsentrasi elektrolit penting seperti natrium dalam tubuh. Pengenceran darah juga akan membuat bayi berisiko mengalami hiponatremia, atau kondisi ketika garam dalam darah terlalu sedikit. Jika pemberian air putih untuk bayi tetap dilakukan, maka yang terparah bayi bisa mengalami pembengkakan otak, bahkan kematian.

  4. Aktivitas otak bayi bisa terganggu

    Cairan tubuh yang tidak seimbang akibat konsumsi air putih berlebih juga dapat mengganggu kinerja otak dan jantung bayi, lo. Biasanya ini ditandai dengan bayi yang mudah mengantuk dan lemas. Meski ada juga beberapa kondisi yang mengharuskan bayi mendapat cairan tambahan, seperti ketika ia mengalami diare atau dehidrasi parah, tapi ini pun harus atas rekomendasi dokter. Orangtua tetap tidak boleh sembarangan memberikan cairan tambahan untuk bayi di bawah 6 bulan.

  5. Menurunkan atau bahkan menghentikan produksi ASI Ibu

    Memberikan air putih untuk bayi juga secara tidak langsung bisa menurunkan bahkan menghentikan produksi ASI Ibu. Orang dewasa seringkali memberikan air putih untuk bayi supaya ia merasa kenyang, ketika ASI Ibu belum lancar, atau saat Ibu harus pergi namun tidak ada stok ASI perah. Membuat bayi kenyang dengan air putih akan mengurangi jatah menyusu bayi. Padahal payudara yang tidak disusukan akan membuat produksi ASI menurun, bahkan berhenti total. Ibu tentu ingat dengan konsep supply by demand ASI. Semakin sering bayi menyusu, semakin meningkat produksi ASI Ibu.

Kondisi yang Membuat Bayi Minum Air Putih Tanpa Sadar


Memastikan bayi tidak diberi air putih sebelum usianya mencapai 6 bulan ternyata tidak cukup untuk menghindari berbagai risiko berbahaya di atas. Ini karena ada beberapa kebiasaan atau kondisi yang membuat bayi minum air putih tanpa sadar, meski orangtua sudah menghindarinya!

  • Menelan air saat berenang

    Saat ini tidak sedikit orangtua yang sudah memperkenalkan bayinya dengan kolam renang walau usianya masih di bawah 6 bulan. Bahkan beberapa di antaranya memasukkan bayi ke sekolah renang sejak usianya masih 4 bulan. Walau orangtua ikut mendampingi, tapi kegiatan ini bisa berisiko membuat bayi menelan air kolam dan mengalami keracunan lo. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan memperkenalkan bayi ke kegiatan berenang, namun harus benar-benar dipastikan bahwa kegiatan itu dilakukan dengan aman. Jika memang orangtua ingin bayi bisa cepat belajar berenang, ada baiknya menunggu sampai usianya mencapai 6 bulan ke atas ya!

  • Menambahkan air lebih banyak ke susu formula atau ASI

    Kebiasaan ini mungkin tampak tidak berbahaya. Namun, mengencerkan susu formula atau ASI dengan lebih banyak air, melebihi volume yang tertera di petunjuk penggunaannya dapat berbahaya bagi bayi. Ini justru dapat menghilangkan nutrisinya serta membuat ginjal bayi mendapatkan cairan melebihi kapasitasnya. Baik susu formula maupun ASI ini sangat kaya kalori, membuatnya dapat bertahan di dalam tubuh lebih lama. Tanpa perlu menambah air lebih dari yang disarankan, keduanya tetap dapat menjaga si kecil tetap terhidrasi serta memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Waktu Tepat Memberikan Air Putih untuk Bayi


Lalu, sebaiknya kapan bayi boleh minum air putih? Seperti yang sudah disebutkan di atas, memberikan air putih untuk bayi sebaiknya dilakukan saat ia mencapai usia 6 bulan, atau saat ia mulai makan makanan pendamping ASI. Pada usia ini, kondisi tubuh bayi sudah lebih siap diberi asupan cairan lain selain ASI atau susu formula. Namun, perlu dipahami bahwa di awal-awal, orangtua hanya perlu memperkenalkan sedikit air kepada bayi, bukan dengan memberikannya sebotol penuh air putih. Di usia ini merupakan saat yang tepat untuk mulai memperkenalkan konsep bahwa rasa haus dapat dihilangkan dengan air, dengan catatan, sumber hidrasi utama bayi harus tetap ASI atau susu formula.

Di awal perkenalan, sebagian bayi mungkin juga akan menolak saat diberi sesendok air putih. Biasanya ia akan menunjukkan raut wajah jijik, menjulurkan lidah, atau memundurkan kepalanya. Ini terjadi karena memang ia sudah terbiasa dengan rasa ASI atau susu formula yang manis. Jadi ketika diberi cairan yang rasanya hambar, ada kemungkinan ia menolak. Namun, Ibu dan Ayah tidak perlu khawatir, karena seiring berjalannya waktu, bayi akan terbiasa dengan rasa air putih dan mungkin malah jadi sangat menyukainya!

Dosis Tepat Air Putih untuk Bayi Berdasarkan Usia


Orangtua perlu memperhatikan dosis yang tepat saat memberikan air putih untuk bayi. Bayi yang baru dikenalkan dengan air putih tidak boleh diberi terlalu banyak air. Lalu, berapakah dosis yang tepat pemberian air putih untuk bayi berdasarkan usia?

  1. Usia 0 sampai 3 bulan

    Di usia ini bayi sama sekali tidak boleh diberikan cairan lain selain ASI atau susu formula, ini termasuk jus buah dan air putih. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, memberikan bayi air putih di usianya yang masih kecil dapat berisiko mengganggu kesehatannya, seperti membuatnya diare, perut kembung, mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh, hingga mengganggu fungsi otak sampai menyebabkan kematian.

  2. Usia 4 sampai 6 bulan

    Pada dasarnya, memberikan air putih untuk bayi di usia 4 sampai 6 bulan tergolong tidak berbahaya. Tapi sebagian besar ahli menyatakan hal ini sebaiknya tetap tidak dilakukan. Alasannya karena ia masih mengonsumsi ASI atau susu formula sehingga ia tidak membutuhkan asupan cairan lainnya. Namun, pada beberapa kondisi, seperti ketika berat badan bayi kurang, beberapa dokter memperbolehkan bayi mulai diberi MPASI, sehingga ia juga boleh diberi air putih dengan dosis tertentu. Tapi sebaiknya sebelum memutuskan memberikan air putih untuk bayi di usia ini, Ibu dan Ayah tetap berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu, ya!

  3. Usia 6 sampai 8 bulan

    Pada usia ini, kapasitas perut bayi sudah lebih bertambah besar. Namun, ia sebaiknya tetap tidak diberikan air putih dalam jumlah banyak. Dosis yang direkomendasikan adalah sekitar 200 mililiter, atau tidak lebih dari setengah gelas per harinya. Pemberian air putih untuk bayi di usia ini juga lebih untuk perkenalan saja dan diberikan setelah ia makan dengan menggunakan sendok, sedikit demi sedikit. Tidak direkomendasikan juga untuk memberikan air putih untuk membuatkan tetap terhidrasi, karena ASI dan susu formula sendiri sebenarnya sudah cukup bisa mengatasi rasa dahaganya dan membuatnya terhindar dari dehidrasi.

  4. Usia 8 sampai 12 bulan

    Seiring bertambahnya usia, pola makan bayi juga ikut berubah, baik dari segi frekuensi maupun dari segi kuantitas. Ini juga akan berpengaruh pada pemberian air putih untuk bayi. Di usia ini, bayi sudah membutuhkan cairan sebanyak 800 mililiter dalam sehari. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa di usia ini mereka masih minum ASI dan susu formula sehingga jumlah air putih yang dikonsumsi tetap perlu disesuaikan. Sebaiknya tidak lebih dari 1 gelas dalam sehari. Untuk lebih jelasnya, alangkah lebih baik orangtua berkonsultasi ke dokter.

Manfaat Pemberian Air Putih untuk Bayi di Atas 6 Bulan


Air putih untuk bayi di bawah 6 bulan memang bisa membawa dampak buruk. Namun, jika air putih diberikan saat bayi sudah berusia 6 bulan ke atas, ia justru bisa membawa sejumlah manfaat, seperti berikut ini:

  • Air putih dapat membantu bayi tetap terhidrasi;

  • Air putih bisa membantu mengangkut nutrisi dari makanan dan oksigen ke sel-sel dalam tubuh, serta membantu membuang limbah;

  • Air putih bisa membantu menjaga sendi dan jaringan tetap terlubrikasi;

  • Air putih dapat menjaga volume darah; dan

  • Air putih bisa menghilangkan kebutuhan akan jus buah, di mana banyak dokter anak kurang merekomendasikan bayi di bawah 1 tahun untuk mengonsumsi jus buah. Air putih bisa menggantikannya.

Untuk kamu yang tinggal di daerah dengan cuaca panas, mungkin seringkali muncul kekhawatiran bayi mengalami dehidrasi karena terus berkeringat sepanjang hari. Namun, bagi bayi yang masih berusia di bawah 6 bulan, sebaiknya tidak langsung diberikan air putih sebagai pelepas dahaga ya. Bayi yang memang mengalami dehidrasi akan menunjukkan beberapa tanda seperti bibir pecah-pecah, mata cekung, lesu, urin berwarna kuning tua, hanya ganti popok 6 kali dalam 24 jam, rewel, serta tangan dan kaki dingin. Jika si kecil mengalami ini, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis, ya!

Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih