Bayi Lahir, Ini Fase Setelah Melahirkan Bagi Orang Tua Baru
Momen melahirkan selesai, Ibu kini mulai menghadapi fase setelah melahirkan. Tak hanya satu, setidaknya ada 3 fase dalam menghadapi kehidupan setelah melahirkan.
Apa saja fase setelah melahirkan yang akan Ibu hadapi? Bisakah Ibu survive dan berhasil menjalani semua fase tanpa perlu merasa depresi?
Fase setelah melahirkan yang orang tua hadapi
Baik Ibu maupun Ayah rupanya sama-sama menghadapi perubahan secara psikologis setelah kelahiran bayi. Utamanya bagi Ibu, jika perubahan ini tidak disikapi dengan benar akan membawa dampak permanen dalam psikisnya yang mengarah ke postpartum depression.
a. Fase setelah melahirkan bagi para Ibu
1. Fase menerima (taking-in phase)
Fase menerima terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Ibu masih belum banyak mengambil alih dalam urusan bayi. Ibu bergantung sepenuhnya pada orang lain yang membantu seperti tenaga kesehatan, atau orang terdekat yang mendampingi.
Berdasarkan laman Nurseslabs, kebergantungan ini karena Ibu masih merasa tidak nyaman di tubuhnya. Bisa karena rahim masih sakit, jahitan caesar, perineum yang masih terasa nyeri, atau tubuh yang belum begitu bugar usai melahirkan.
Dalam fase menerima inilah kebugaran tubuh sedang kembali dikumpulkan. Istirahat lebih banyak untuk memulihkan diri. Bantuan dari orang terdekat dalam hal mengasuh bayi dan kepentingan Ibu (makan, mandi atau ke toilet) sangat bermanfaat agar Ibu cepat pulih.
Menariknya, meski si kecil yang sudah diidam-idamkan kelahirannya telah lahir, Ibu lebih suka membicarakan tentang pengalaman melahirkannya serta masa-masa kehamilannya. Ini bukan sesuatu yang buruk, kok. Karena memang dalam fase ini Ibu sedang menyiapkan mental dari yang hanya membawa bayi dalam perut, kini harus in charge dalam pengasuhan sepanjang waktu.
Fase ini penting untuk menumbuhkan kepercayaaan diri Ibu sebelum mulai mengasuh bayi sendiri. Untuk itu keberadaan tenaga kesehatan dan orang terdekat yang mendukung serta tidak menghakimi amat penting.
2. Fase memegang kendali (taking hold phase)
Dilanjutkan dengan fase memegang kendali, yang terjadi di hari ke 3 sampai 10, Ibu mulai fokus pada bayi dan mengesampingkan dirinya dulu. Ibu sudah bisa memutuskan mau melakukan apa untuk si kecil dan kebutuhan pribadi Ibu juga sudah bisa dikerjakan sendiri.
Meski begitu, bantuan masih Ibu perlukan dari orang sekitar karena tak jarang Ibu masih merasa insecure atau bahkan kewalahan dalam pengasuhan bayi. Psikis mungkin masih naik turun, tapi Ibu sangat bersemangat untuk mempelajari hal baru terkait bayinya.
3. Fase melepaskan (letting go phase)
Akhirnya, Ibu masuk ke fase ketiga. Ibu sudah bisa menerima peran dan tanggung jawab sebagai Ibu. Ibu mulai meninggalkan kebiasaan lama Ibu sebagai perempuan tanpa anak, dan menghabiskan banyak waktu Ibu untuk si kecil.
Waktu ketika Ibu memasuki fase ini berbeda antara 1 dengan yang lain. Lingkungan yang mendukung tentu jadi kunci lebih cepatnya Ibu mencapai fase ini.
Fase inilah yang kemudian menentukan akankah Ibu mengalami depresi atau tidak. Karena jika dalam fase sebelumnya Ibu sudah tidak mendapatkan dukungan yang suportif, maka kemungkinan besar Ibu akan tenggelam dalam depresi.
b. Fase setelah melahirkan bagi para Ayah
Tak hanya Ibu, Ayah pun mengalami perubahan psikologis setelah si kecil lahir. Tentu ini terjadi, karena saat bayi terlahir, seorang Ibu dan Ayah juga sama-sama terlahir.
Berbeda dari Ibu yang mengalami 3 fase, Ayah justru mengalami 4 fase. Melansir dari laman Autism Spectrum News, berikut fase perubahan psikologis yang dialami Ayah
1. Fase satu
Di fase ini, Ayah merasa sangat bahagia dengan hadirnya individu baru. Bahkan, Ayah sudah punya ekspektasi sendiri tentang bagaimana nanti bayi akan mengambil peran dalam keluarga. Perasaan Ayah sedang membuncah dan bonding dengan bayi sedang menggebu-gebu.
2. Fase dua
Kemudian datanglah kenyataan yang tak seindah ekspektasi di fase kedua. Ayah mulai frustrasi ketika menghadapi bayi. Sering bingung dan merasa bersalah tentang bagaimana turut serta mengasuh.
Kalaupun ingin melibatkan diri, hati dipenuhi rasa khawatir bagaimana jika bayi menangis, rewel, popoknya perlu diganti, atau sulit ditenangkan.
3. Fase tiga
Inilah mula Ayah mulai memutuskan untuk berdiskusi dan ambil peran langsung bersama Ibu. Di fase ini, Ayah benar-benar berusaha keras terlibat dan banyak belajar tentang pengasuhan bayi, membangun interaksi dengan bayi dan berusaha untuk menghadirkan dirinya sebagai orang yang juga dibutuhkan bayi selain Ibu.
4. Fase empat
Puncak dari segala usaha keras Ayah terbayar saat Ayah memasuki fase keempat ini. Ayah mendapatkan kepuasaan utuh saat bayi tersenyum melihat Ayah, atau mencari-cari Ayah ketika Ayah tak ada.
Di sinilah Ayah merasakan perubahan, bahwa kini dirinya bukan lagi seorang pria yang bisa mementingkan dirinya sendiri. Ia telah terlahir sebagai seorang Ayah.
Tips untuk orang tua menjalani fase setelah melahirkan
- Penting bagi Ayah untuk menjadi support system terdekat bagi Ibu. Pelajari banyak hal sebelum kelahiran bayi agar bisa membantu Ibu pulih setelah melahirkan.
- Ibu disarankan untuk banyak mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang agar tetap bugar dan tubuh pulih lebih cepat. Tak lupa juga asupan cairan yang cukup dari air minum, makanan berkuah, minuman favorit bernutrisi, serta buah dan sayuran.
- What to Excpect menyarankan Ibu untuk tetap bergerak dengan melakukan olahraga ringan seperti jalan santai sambil menjemur bayi atau jalan-jalan dengan stroller. Olahraga membantu melancarkan peredaran darah dan membentuk otot. Ditambah lagi, olahraga membantu mood Ibu lebih baik dan mengurangi gejala depresi.
- Kerjasama yang solid antara Ibu dan Ayah bisa saling membantu mengontrol emosi masing-masing. Dengan begitu, merawat bayi akan terasa menyenangkan dan nikmat dijalani.
Ibu dan Ayah yang baru saja melahirkan bayi, sedang di fase mana kali ini?
Editor: Aprilia