Belajar Cara Menyimpan ASI, Jaga Nutrisi Tetap Optimal
Kebutuhan untuk memerah ASI membuat Ibu menyusui perlu mengetahui cara menyimpan ASI dengan tepat. Tujuannya tidak lain adalah untuk memastikan ASI tidak terkontaminasi dan kandungan nutrisinya terjaga. ASI merupakan cairan hidup yang memiliki sel aktif di dalamnya. Sehingga cara menyimpan ASI tidak bisa sembarangn. Perlu penanganan khusus dan kesesuaian suhu.
Memerah ASI
Ada banyak alasan yang membuat Ibu memilih untuk memerah ASI. Mulai dari alasan karena harus ditinggal bekerja, Ibu mengalami oversupply, atau hanya untuk menjaga stabilitas produksi ASI. Ada pula Ibu yang mengalami masalah saat menyusui langsung sehingga harus menjadi Ibu perah atau exclusive pumper.
Kunci pengeluaran ASI ada pada LDR atau let down reflex, di mana Ibu merasakan sensasi geli dan ASI akan memancar keluar. Saat memerah, LDR adalah tujuan kita. Maka dari itu, untuk memancing LDR, Ibu bisa mengundang aktifnya hormon oksitosin atau hormon cinta dengan cara membayangkan bayi, melihat foto atau video bayi, mengomres payudara dengan handuk hangat, pijat lembut kedua payudara, bahkan laman Women’s Health menyarankan Ibu untuk membayangkan ASI yang sedang mengalir keluar dan duduk sambil rileks.
Sebelum mengetahui cara menyimpan ASI, Ibu perlu tahu bahwa saat memerah, tangan dan peralatan yang digunakan untuk memerah ASI haruslah dalam kondisi steril. Cuci tangan terlebih dahulu, sterilkan alat pompa, dan pastikan memerah di ruangan yang cukup bersih. Bila memungkinkan, hindari memerah di toilet ya. Karena ruangan toilet masih memiliki potensi adanya bakteri yang dapat mengontaminasi ASI.
Cara Menyimpan ASI dengan Tepat
Setelah proses memerah ASI, ada proses penyimpanan ASI yang perlu diperhatikan. Apa sajakah itu?
1. Kebersihan Media Penyimpanan
Media penyimpanan ASI dapat berupa botol kaca, botol plastik, dan plastik ASI. Bila memilih botol kaca ASI, cuci bersih dan sterilkan terlebih dahulu dengan alat steril uap atau UV. Bila tidak ada, bisa dengan cara merebus botol dalam air mendidih selama 5 menit. Botol plastik juga bisa digunakan sebagai media penyimpanan ASI perah. Tetapi sebaiknya digunakan untuk menyimpan ASI yang tidak terlalu lama. Misalnya seperti ASI perah yang rencananya akan diminum, atau yang disimpan hanya dalam 5 hari kedepan. Metode pensterilan botol plastik sama seperti botol kaca. Sedangkan plastik ASI diproduksi dalam keadaan sudah steril di bagian dalam yang akan tersentuh ASI. Untuk itu, berhati-hatilah saat membuka agar tangan tidak mengontaminasi bagian dalam plastik ASI.
2. Proteksi Ganda dan Batas Maksimal Pengisian
Cara menyimpan ASI juga perlu memerhatikan kemungkinan bocor dan situasi ledakan tutup botol. Plastik ASI masih memiliki potensi bocor dan botol kaca memiliki potensi ledakan tutup botol (tutup botol loncat saat ASI dibekukan). Proteksi ganda bisa Ibu lakukan sebagai cara menyimpan ASI agar lebih aman. Masukkan plastik ASI ke dalam wadah kontainer yang tertutup rapat. Selain untuk menjaga kerapian, ini baik untuk menghindari ASI terkontaminasi udara luar. Apalagi jika kulkas atau freezer yang digunakan bukan khusus ASI. Sedangkan pada botol kaca bertutup karet, ASI perah yang dituangkan hanya disarankan diisi 90% kapasitas botol. 10% digunakan sebagai ruang untuk ASI yang dibekukan memuai. Jika diisi penuh, maka tutup karet bisa lompat dan membuat botol terbuka. Maka kontaminasi terhadap ASI dapat terjadi.
3. Mengatur Suhu dan Perpindahan ASI
Karena ASI adalah cairan yang hidup, maka perubahan suhu dapat mempengaruhi kandungan nutrisi di dalamnya. Agar tidak rusak, maka perubahan suhu sebaiknya diatur bertahap dan tidak naik atau turun secara drastis. Misal, ASI baru diperah sebaiknya tidak langsung masuk freezer. Karena ada lonjakan suhu yang berbeda jauh. Sebaiknya masukkan ASI baru diperah ke kulkas bawah (chiller). Setelah 30 menit-1 jam naikkan ke freezer.
Hal ini juga berlaku sebaliknya. Jika ingin mencairkan ASI dari freezer, maka turunkan dahulu ke chiller baru disajikan untuk bayi. Jika ingin menyajikan dalam keadaan hangat, setelah ASI perah bersuhu ruang, rendam dalam air hangat suam kuku.
Daya tahan ASI terhadap suhu berbeda juga akan berbeda. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), cara menyimpan ASI dibedakan menjadi 3 suhu, yaitu suhu ruang 25°C, suhu kulkas bawah 4°C dan suhu freezer -18°C atau lebih dingin lagi.
Suhu Ruang
Menurut CDC, ASI yang baru diperah memiliki ketahanan hingga 4 jam pada suhu 25°C. Sedangkan yang dicairkan bertahan selama 1-2 jam. Bila menyesuaikan suhu di Indonesia yang lebih tinggi (sekitar 30-32°C), maka ketahanan ASI baru diperah hanya 2 jam dan ASI yang dicairkan 1 jam. Kecuali, ASi berada pada ruangan berpendingin udara dengan suhu pengaturan 25°C.
Suhu Kulkas Bawah
ASI yang baru diperah bertahan hingga 4 hari lamanya di chiller. Bila Ibu merencanakan akan memberikan ASI perah dalam 4 hari ke depan, maka cara menyimpan ASI adalah cukup diletakkan di kulkas bawah. Tidak perlu sampai dibekukan.
ASI yang baru turun dari freezer dan sudah benar-benar cair, bertahan selama 24 jam di kulkas bawah. Bila masih ada bagian ASI yang beku, ASI masih bisa dibekukan kembali. Sebagai informasi tambahan, ASI di dalam cooler bag bertahan hingga 24 jam, dan sebaiknya segera dimasukkan ke chiller setelah sampai di rumah.
Suhu freezer
Pada suhu freezer, ASI yang baru diperah bisa bertahan selama 6 bulan untuk masih dikatakan baik. Tetapi CDC masih membolehkan ASI berusia 12 bulan penyimpanan untuk dikonsumsi. ASI yang sudah dicairkan sampai tidak ada lagi titik beku pada ASI-nya, tidak boleh dibekukan kembali.
Perbedaan jenis freezer juga mempengaruhi masa simpan ASI. Freezer pada kulkas 1 pintu hanya mampu bertahan selama 14 hari. Freezer pada kulkas 2 pintu tahan hingga 3 bulan. ASI pada chest freezer, deep freezer atau freezer khusus ASI dapat bertahan 6-12 bulan.
ASI yang sudah diminum bayi sebaiknya tidak diberikan lagi pada bayi satu jam setelahnya, meski CDC merekomendasikan 2 jam. Karena suhu di Indonesia lebih dari 25°C.
4. Beri Keterangan dengan Jelas
Tulis tanggal, bulan, tahun dan jam ASI diperah, kemudia susun berurutan. Metode apapun yang Ibu gunakan, baik FIFO (first in first out) maupun LIFO (last in first out), data ini akan mempermudah Ibu mengambil ASI.
Cara menyimpan ASI tidak sulit. Meski beberapa orang merasa ini cukup merepotkan. Tetapi demi menjada nutrisi di dalam ASI, maka cara menyimpan ASI dengan tepat mampu mempertahankan nutrisi terbaik pada ASI.
Penulis: Mega Pratidina Putri
Editor: Dwi Ratih