Ibupedia

Cara Menekan Penularan HIV Ke Janin Saat Hamil

Cara Menekan Penularan HIV Ke Janin Saat Hamil
Cara Menekan Penularan HIV Ke Janin Saat Hamil

HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus, yakni virus yang menyebabkan AIDS (acquired immune deficiency syndrome). HIV secara perlahan menghancurkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan beberapa jenis kanker. Orang yang terdiagnosa AIDS bisa menderita berbagai penyakit yang mengancam nyawa disebabkan oleh virus atau bakteri yang biasanya bisa dilawan oleh orang yang sehat.

Dibutuhkan 10 tahun atau lebih untuk virus menjadi AIDS setelah terinfeksi HIV meski jika Anda tidak diobati, namun bisa juga terjadi lebih cepat. Tapi dengan terapi pengobatan yang sesuai, kondisinya akan lebih baik. Memang tidak ada obat yang bisa menyembuhkan HIV, tapi ada berbagai terapi yang dapat membantu menekan virus agar fungsi sistem kekebalan tubuh membaik untuk periode waktu yang lama dan melawan infeksi yang mengancam nyawa serta menunda munculnya berbagai jenis kanker.

HIV bisa ditularkan melalui hubungan seks vaginal, oral, ataupun anal dengan pasangan yang terinfeksi, dengan berbagi jarum suntik atau pisau cukur bersama orang yang terinfeksi, atau dari ibu ke bayinya selama hamil, melahirkan, atau menyusui. HIV juga bisa ditularkan melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.

Penularan HIV Pada Janin

Terinfeksi HIV di saat hamil membuat Anda berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi seperti kelahiran prematur atau bayi lahir mati. Risiko komplikasi semakin tinggi pada ibu dengan kasus sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah.

Anda juga bisa menularkan virus ke bayi selama hamil, melahirkan, atau menyusui. Tanpa pengobatan, bayi memiliki kemungkinan 25 persen terinfeksi. Tapi Anda bisa mengurangi risiko bayi terinfeksi menjadi kurang dari 1 persen jika Anda mendapat pengobatan yang tepat selama kehamilan. Pengobatannya termasuk monitoring muatan virus, mengonsumsi obat yang diresepkan, menghindari prosedur kehamilan tertentu, menjalani operasi sesar jika muatan virus terlalu tinggi, dan tidak memberi ASI.

Tes HIV Saat Hamil

Jika ternyata Anda positif mengidap HIV, lakukanlah pengobatan yang tepat supaya dapat mengurangi risiko penularan virus pada bayi secara signifikan. Ini pun penting untuk melindungi kesehatan Anda sendiri. Untuk alasan ini, kini banyak organisasi kesehatan yang menyarankan semua ibu hamil dites HIV pada kunjungan pranatal pertama. Jika Anda berisiko tinggi terkena infeksi HIV, Anda juga perlu dites lagi di trimester ketiga (idealnya sebelum minggu 36). Tentu saja, tes ini bersifat sukarela, jadi Anda punya hak untuk menolaknya.

Jika Bunda memang benar terinfeksi, lebih baik memulai pengobatan selama hamil, tapi penanganan yang terlambat juga masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Jika Anda belum melakukan tes HIV selama hamil, dokter akan menyarankan supaya Bunda melakukan tes saat sebelum menjalani persalinan. Tapi jika Anda tidak melakukan tes sama sekali, bayi Bunda akan menjalani tes HIV setelah lahir karena pengobatan HIV yang diberikan dalam 12 jam setelah kelahiran dapat mengurangi risiko bayi terinfeksi.

Gejala HIV

Banyak orang yang tidak menunjukkan gejala apapun ketika pertama kali terinfeksi HIV. Beberapa orang lainnya mengalami gejala menyerupai flu, seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, kelelahan, dan kelenjar yang membengkak, pada beberapa minggu setelah terpapar virus.

Gejala HIV dalam bentuk yang lebih parah akan berkembang dalam waktu bertahun-tahun setelah terjadi infeksi. Gejalanya bisa mencakup kelenjar yang bengkak, rasa lelah, berat badan berkurang, sering demam dan berkeringat, mengalami infeksi ragi pada mulut atau vagina, ruam kulit, dan bahkan hilang ingatan jangka pendek.

Selama waktu ini kebanyakan orang mengalami tahapan penurunan jumlah sel CD4+ di dalam darah. Sel ini adalah pelawan infeksi pada sistem kekebalan tubuh. Orang dewasa yang sehat memiliki 1000 atau lebih sel ini pada tiap kubik meter darah. JIka Anda memiliki kurang dari 200, Anda diangggap mengidap AIDS.

Penanganan HIV Saat Hamil

Jika Anda telah mulai menjalani pengobatan HIV ketika hamil, jangan berhenti mengonsumsi obatnya. Jika Anda berhenti meminum obat walau hanya beberapa hari saja, ini bisa menyebabkan virus menjadi lebih kuat. Cari dokter yang memiliki pengalaman mengobati ibu hamil yang menderita HIV atau spesialis untuk penderita HIV positif.  Jika Anda tidak menemukan spesialis penanganan HIV positif pada ibu hamil, setidaknya  pastikan dokter kandungan Anda bekerja sama dengan dokter yang mengobati dan merawat HIV Anda.

Dokter akan melakukan tes darah selama kehamilan untuk memeriksa muatan virus (jumlah virus di darah) dan jumlah sel CD4+. Hasil tes ini akan membantu menentukan kapan mulai dilakukan pengobatan untuk menekan virus HIV serta jenis terapi terbaik untuk Anda. Jika ditemukan infeksi baru atau pengobatan yang dilakukan tidak berjalan baik, Anda akan dites untuk melihat apakah tubuh Anda mengalami perkembangan dalam menolak virus.

Jika jumlah sel CD4+ telalu rendah, Anda akan diberi antibiotik untuk melindungi dari pneumonia atau infeksi lain. Menjelang akhir kehamilan, muatan darah Anda akan membantu dokter memutuskan apakah Anda perlu melahirkan melalui bedah sesar.
Pada beberapa kasus, Anda sebaiknya melahirkan melalui operasi sesar jika Anda positif HIV, misalnya jika Anda memiliki muatan virus yang tinggi mendekati akhir kehamilan, sudah jelas operasi sesar bisa membantu mencegah penularan HIV pada bayi. Tapi penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa ibu yang melakukan terapi kombinasi dan mereka yang level HIVnya kurang dari 1,000 memiliki tingkat penularan kurang dari 1 persen.

Jadi bagi ibu dengan muatan virus rendah, menjalani bedah sesar tidak menurunkan risiko penularan yang sudah kecil jumlahnya. Operasi sesar bisa berkaitan dengan risiko komplikasi yang lebih besar bagi ibu. Jika Anda memilih menjalani sesar, dokter akan menjadwalkannya dalam minggu ke 38, satu minggu lebih awal dari waktu persalinan umumnya.

Penanganan HIV Pada Bayi Baru Lahir

Setelah bayi Anda lahir, ia akan melakukan tes HIV di hari pertamanya. Sekitar 40 persen bayi yang terinfeksi menunjukkan hasil positif pada tes ini. Mengingat pentingnya bayi yang terinfeksi untuk memulai pengobatan segera setelah lahir, Bayi Anda akan menjalani pengobatan HIV selama 6 minggu pertamanya meski jika hasil tes awal menunjukkan hasil negatif. Ia juga akan diberi obat untuk 4 hingga 6 minggu untuk melindunginya dari pneumonia.

Walaupun jika bayi Anda akhirnya dinyatakan tidak terinfeksi, ia masih perlu dimonitor selama beberapa tahun ke depan untuk mengetahui efek dari pengobatan antiretroviral selama di dalam kandungan. Jika bayi Anda terinfeksi, ia akan diobati dengan obat kombinasi untuk mengontrol virus.

Cara Menghindari HIV

Salah satu cara untuk menghindari HIV adalah dengan melakukan hubungan seks hanya dengan pasangan yang berkomitmen untuk melakukan seks hanya dengan Anda saja. Pasangan Bunda juga perlu menjalani tes untuk membuktikan bahwa ia tidak mengidap HIV. Jika tidak demikian, gunakan kondom lateks dengan baik saat berhubungan seks untuk mengurangi risiko terkena HIV dan penyakit menular seksual lainnya. Bunda juga harus menggunakan pelumas yang berbahan dasar air ketika menggunakan kondom, karena pelumas berbahan dasar minyak bisa melubangi lateks.

Hindari juga kontak dengan benda apapun (misalnya jarum suntik atau pisau cukur) yang mengandung darah dari orang yang terinfeksi. Segera beri tahu dokter jika ada kemungkinan Anda terpapar HIV atau penyakit menular seksual lainnya. Beberapa penyakit menular seksual bisa menyebabkan masalah kesehatan untuk Anda dan bayi, serta membuat Anda semakin rentan terkena HIV.


(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram