Fetal Ejection Reflex, Apa Benar bisa Dilakukan?
Parents, pernahkah kamu mendengar istilah fetal ejection reflex?
Istilah ini berkaitan dengan proses melahirkan yang unik dari masing-masing Ibu. Nah, apa cerita dibalik proses melahirkan yang Ibu alami?
Tiap orang pasti punya kisahnya sendiri. Ada Ibu yang mendadak gagal melahirkan pervaginam dan harus menjalani prosedur caesar, ada yang terpaksa dibius ulang karena bius pertamanya tidak bekerja sebagaimana mestinya, ada juga yang mengalami pembukaan hingga berjam-jam.
Ternyata, ada juga lhi Ibu yang melahirkan ‘nggak pakai’ mengejan. Maksudnya, Ibu melahirkan hanya dengan beberapa dorongan, seakan-akan janin keluar dengan sendirinya. Hal ini disebut dengan fetal ejection reflex.
Apa Makna Fetal Ejection Reflex?
Singkatnya, situs healthline.com menjabarkan, fetal ejection reflex atau yang disebut juga dengan istilah the Ferguson Reflex, adalah proses melahirkan cepat tanpa aktif mengejan.
mendekati waktu persalinan, tubuh menghasilkan hormon oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim. Artinya, rahim siap untuk bereaksi terhadap hormon tersebut.
Selama persalinan berlangsung, setiap melakukan dorongan (mengejan), oksitosin dilepaskan dan reseptor tersebut menstimulasi kontraksi. Kontraksi menipiskan dan melebarkan serviks, kemudian mendorong janin keluar.
Istilah fetal ejection reflex ini, pertama kali dikemukakan oleh Niels Newton pada tahun 1960, ketika ia sedang meneliti mengenai dampak lingkungan terkait proses melahirkan pada seekor hewan.
Kemudian di sekitar tahun 1980-an, seorang pakar kandungan Michel Odent yang mendukung ‘natural birth’, menyarankan bahwa fetal ejection reflex atau FER bisa diterapkan pada manusia.
Apa Penyebab bisa Melahirkan Cepat?
Informasi yang tertera pada situs bellybelly.com.au, fetal ejection reflex dikaitkan dengan mamalia yang melahirkan di alam bebas. Mamalia tersebut akan mencari tempat yang tertutup dan dirasa aman, sehingga mereka bisa melahirkan dengan cepat dan mudah. Nah, mamalia ternyata punya proses melahirkan yang mirip dengan manusia.
Jadi, ketika kita merasa ketakutan atau ‘terancam’, maka tubuh secara alami akan ‘mematikan’ proses melahirkan secara alami, sehingga fetal ejection reflex sulit terjadi.
Selain rasa aman, ada hal lainnya yang bisa memicu proses melahirkan cepat, yaitu Ibu yang merasa khawatir akan keselamatan janin atau sebagai dampak dari epidural (di sisi lain, epidural juga bisa bikin Ibu sulit mengejan).
Pemicu lainnya yaitu kaitan antara ukuran janin dan jalan lahir, posisi janin dan posisi tubuh Ibu.
Kenapa Tidak Semua Ibu bisa Melahirkan Cepat?
Kenapa nggak semua ibu bisa melahirkan dengan cepat? Meskipun sebagian Ibu memilih melahirkan di rumah, tapi sebagian besar lainnya lebih memilih di rumah sakit, terutama untuk alasan keamanan, apalagi jika Ibu punya risiko komplikasi.
Saat di ruangan melahirkan, suara mesin, peralatan, ditambah lagi dengan adanya beberapa orang tenaga medis, sangat memungkinkan untuk bikin Ibu merasa takut dan tidak nyaman.
Lalu, dengan kontraksi yang begitu kuat, apakah perineum bakal robek juga? Pada proses persalinan pada umumnya, dalam ‘slow pushing stage’, kepala janin turun perlahan dan melebarkan jalan lahirnya. Nah, pada situasi fetal ejection reflex, jalan lahir janin tidak punya waktu untuk melebar.
Untuk meminimalisir terjadinya robekan, Ibu bisa coba perineal massage. Disarankan untuk Ibu memijat perineum (area di sekitar vagina hingga ke anus), hal ini bermanfaat untuk meningkatkan elastisitas dan mengurangi risiko tearing saat melahirkan.
Ingat, ya, perineal massage ini tidak disarankan pada kehamilan di bawah 34 minggu. Hal ini yang bisa dicoba adalah waterbirth. Air hangat bisa membantu melembutkan jaringan di sekitar perineum.
Tentunya, fetal ejection reflex tidak aman bagi semua Ibu, terutama jika Ibu mengalami gangguan atau pun komplikasi kehamilan.
Relaksasi dan berlatih teknik bernapas amat membantu ketika proses melahirkan nanti. Karena, ketika Ibu merasa rileks, tubuh memproduksi oksitosin dan endorfin.
Hal tersebut memberi manfaat bagi Ibu baik secara fisik dan mental, serta untuk janin. Latihan pernapasan dan relaksasi ini bisa Ibu pelajari dengan ikut serta pada kelas senam hamil.
Hormon oksitosin, berperan besar pada proses melahirkan. Hormon ini memengaruhi seberapa kuat kontraksi yang akan terjadi. Tentunya, oksitosin bekerja dengan maksimal ketika Ibu tenang. Sebaliknya, jika Ibu stress, maka oksitosin akan tertahan, memperlambat fase pertama dalam proses melahirkan serta mengurangi aliran oksigen ke janin.
Jadi, cobalah untuk tetap tenang, meskipun suasananya bikin Ibu takut ya. Siapa tahu, Ibu berkesempatan melahirkan dengan mudah.
Editor: Dwi Ratih