Ibupedia

Hindari 9 Kesalahan Cara Menyimpan ASI Berikut Ini

Hindari 9 Kesalahan Cara Menyimpan ASI Berikut Ini
Hindari 9 Kesalahan Cara Menyimpan ASI Berikut Ini

Memutuskan untuk kembali bekerja setelah melahirkan membawa beberapa konsekuensi, salah satunya adalah memberikan ASI perah bagi bayi. Beruntunglah ibu masa kini karena fasilitas yang tersedia untuk memerah ASI semakin banyak tersedia. Pompa ASI berbagai jenis, wadah penyimpanan dari berbagai material dan bentuk, tidak lupa alat untuk mencuci dan mensterilkan perlengkapan menyusui.

Persewaan freezer pun banyak tersedia untuk menyiasati penuhnya kulkas dengan botol ASI perah dan turunnya kualitas ASI seiring dengan penggunaan kulkas untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan ini, memberikan ASI eksklusif dan meneruskan menyusui hingga dua tahun pun bisa dilakukan oleh ibu bekerja.

Meskipun demikian, lengkapnya fasilitas memompa ASI tetap harus diimbangi dengan pengetahuan teknis seputar ASI perah, seperti frekuensi, durasi, banyaknya ASI per botol dan jumlah botol yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, cara membersihkan alat-alat penunjang tersebut, serta cara menyimpan ASI.

Tidak hanya bagi ibu bekerja full time, ibu rumah tangga maupun mereka yang bekerja paruh waktu pun penting mengetahui cara menyimpan ASI yang benar. Alasannya, ada kemungkinan ibu menghadiri acara yang tidak memungkinkan untuk membawa bayi, seperti seminar, workshop, mengurus dokumen, pesta pernikahan, atau sekedar ingin me time.

Cara menyimpan ASI yang tepat memegang kunci penting dalam memastikan bayi mendapatkan ASI sesuai kebutuhan dan menghindari kontaminasi bakteri mengingat ASI rentan menjadi tempat perkembangbiakan bakteri. Karena itu, terdapat sejumlah ketentuan dalam cara menyimpan ASI yang harus dipatuhi oleh ibu menyusui karena kesalahan dalam menyimpan ASI dapat membahayakan kesehatan bayi.

Untuk lebih mudahnya, hindari 9 kesalahan cara menyimpan ASI berikut ini.

  1. Memasukkan kembali sisa ASI perah ke dalam kulkas

    Usaha yang diperlukan untuk memompa sebotol ASI mungkin membuat ibu merasa sayang untuk membuang ASI perah yang tidak dihabiskan oleh bayi. Apalagi, jika sisa konsumsi ASI masih cukup banyak dan waktu penyajiannya tidak sampai satu jam. Kasus yang biasa terjadi, ibu telah mencairkan ASI beku namun bayi malah tertidur atau mereka sudah kenyang makan sehingga tidak dapat menghabiskan ASI. 

    Jika ini yang terjadi, jangan pernah menyimpan ASI kembali ke dalam freezer. Alasannya, ASI perah yang telah berada di suhu ruang memungkinkan untuk menjadi tempat bakteri berkembang biak meskipun secara kasat mata masih tampak bagus.

    Cara menyimpan ASI di kulkas sesuai standar (misal: suhu yang tepat, pelabelan, lokasi di dalam kulkas) tidak akan meningkatkan kualitas pada ASI sekalinya ASI perah tersebut sudah pernah dicairkan. ASI perah yang dimasukkan kembali ke dalam kulkas atau freezer hanya akan menjadi tempat berkembang biak bakteri, berisiko terhadap pencernaan bayi, dan tidak memiliki kandungan nutrisi seperti pada saat awal penyajian. 

    Dalam situs Centers for Disease Control and Prevention disebutkan bahwa ASI perah yang sudah dicairkan namun belum diminum oleh bayi sama sekali, ibu bisa membiarkannya di suhu ruang selama 1-2 jam, dengan suhu ruang sekitar 25 ⁰ celcius .

    Namun, jika ASI diperah tanpa sempat dibekukan, maka ASI dapat bertahan hingga 4 jam. Bagaimana dengan ASI dalam botol yang tidak dihabiskan bayi? Maksimal dua jam berada pada suhu ruang sebelum terpaksa dibuang jika melewati batas waktu tersebut.

    Untuk menghindari ASI yang bersisa, ibu perlu memiliki manajemen waktu yang baik. Menentukan jadwal makan dan ASI yang konsisten akan memudahkan ibu memperkirakan kapan anak lapar ataupun kenyang. Selain itu, pastikan jumlah ASI yang tersimpan di tiap wadahnya sesuai dengan kebutuhan bayi untuk sekali konsumsi sehingga tidak ASI perah yang terbuang sia-sia.

    Ibu mungkin membutuhkan trial and error untuk masa awal, dan ada risiko terbuangnya ASI. Tidak apa-apa, karena untuk mengetahui ritme terbaik dibutuhkan proses. Jika perlu, catat jumlah ASI yang dikonsumsi bayi pada waktu-waktu tertentu. Dengan demikian, cara menyimpan ASI akan lebih efektif. 

  2. Menyimpan ASI perah di pintu kulkas

    Cara menyimpan ASI yang paling tepat adalah di bagian paling belakang kulkas dan freezer. Namun, saat freezer sudah tidak lagi muat menyimpan stok ASI perah, ibu berpikir untuk menyimpan ASI di pintu freezer. Toh masih sama-sama di bagian freezer.

    Sebaiknya hindari cara menyimpan ASI seperti ini, apalagi meletakkannya di pintu kulkas. Pintu freezer dan pintu kulkas adalah bagian yang paling sering terpapar suhu ruangan karena aktivitas membuka tutup kulkas. Akibatnya, suhu di bagian pintu lebih tidak stabil dan berpotensi merusak ASI. 

    Bahkan, dalam situs Mother Sprout, menyimpan ASI perah di bagian kulkas atau freezer yang paling dekat dengan pintu pun seharusnya dihindari. Suhu pada bagian yang berhadapan dengan pintu mudah drop karena aktivitas membuka tutup pintu kulkas dan freezer.

    Hal ini dapat memperpendek usia ASI. Karena itu, ibu bisa mengakali penuhnya freezer dengan menyewa freezer tambahan atau menggunakan wadah plastik khusus sebagai cara menyimpan ASI yang lebih hemat tempat namun tetap aman.

  3. Mengisi wadah penyimpanan ASI perah sampai penuh

    Saat ASI membeku, volumenya akan bertambah. Mengisi botol atau plastik penyimpanan ASI sampai penuh tanpa menyisakan ruang sedikit pun di bagian atas mampu membuat rusak wadah penyimpanannya, apalagi jika kualitasnya kurang bagus.

    Sehingga, cara menyimpan ASI yang tepat adalah dengan menyisakan 2 cm di garis batas atas permukaan ASI dengan tutup botol atau seal plastik. Hal ini akan mencegah rusak dan bocornya wadah penyimpanan ASI atau terdorongnya tutup karet pada botol ke bagian atas sehingga ASI jadi terpapar udara luar dan bakteri.

  4. Menyimpan ASI perah terlalu banyak

    Dengan alasan lebih baik berlebih daripada kekurangan, ibu menyimpan ASI perah sangat banyak. Alasan tersebut masuk akal memang, namun ibu perlu tahu bahwa kandungan nutrisi dalam ASI perah akan berkurang seiring dengan waktu, khususnya vitamin C.

    Dalam situs Baby Gaga disebutkan bahwa saat ibu menyusui bayi, nutrisi pada ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jika ibu memberikan ASI yang diperah saat bayi berusia sebulan dan memberikannya saat bayi berusia tiga bulan, maka kebutuhan nutrisi bayi sudah berubah.

    Memang benar, ASI dapat disimpan di dalam freezer hingga 6 bulan lamanya atau disimpan di dalam kulkas paling lama 5 hari. Namun, sadari pula resiko tidak sesuai laginya kandungan ASI dengan kebutuhan bayi. Kondisi ASI perah paling baik diberikan pada bayi maksimal tiga hari setelahnya.  

  5. Tidak memberi label informasi

    Salah satu hal penting dalam cara menyimpan ASI adalah menuliskan keterangan di wadah penyimpanan ASI. Informasi paling minim yang harus tertera antara lain tanggal ASI dan jam pemerahan ASI. Fungsinya adalah untuk memudahkan ibu dan pengasuh untuk memberikan ASI yang lebih dahulu diperah.

    Kesibukan mungkin membuat ibu tidak sempat menata sesuai urutan konsumsi, sehingga pelabelan akan membuatnya lebih mudah dicari. Sementara itu, menuliskan jam berapa ASI diperah berfungsi untuk membedakan umur ASI perah jika terdapat lebih dari satu wadah yang diperah pada hari yang sama. Dahulukan yang umurnya lebih lama. 

    Bagi bayi atau anak yang dititipkan di daycare, mencantumkan nama anak juga akan menghindari tertukarnya wadah ASI dengan anak lain. Ibu yang sedang traveling bersama bayi dan kemungkinan menitipkan ASI perah beku ke pihak hotel, sebaiknya melengkapi label dengan nama bayi.

    Perhatikan pula bahan label ASI. Pastikan tulisan tidak mudah luntur oleh air atau mengelupas. Menuliskan keterangan dengan pulpen di atas selotip berbahan kertas akan lebih waterproof daripada menulis menggunakan spidol di atas label stiker karena spidol mudah luntur. Untuk wadah penyimpanan berupa pouch plastik, gunakan spidol permanen.

  6. Menyimpan dalam sembarang wadah

    Berbeda dengan cairan lain yang dapat disimpan di sembarang wadah, ASI perah membutuhkan wadah tertentu untuk menghindari kontaminasi bakteri dan bahan berbahaya. Material kaca merupakan material yang paling aman digunakan karena aman disimpan dalam jangka waktu lama dan lebih ramah lingkungan karena bisa dicuci dan digunakan kembali. Sayangnya, botol kaca cenderung berat dan membutuhkan ruang yang besar.

    Dengan kemajuan teknologi, muncul wadah berbahan plastik sebagai alternatif cara menyimpan ASI perah dengan material yang lebih ringan. Jika ibu lebih cocok menggunakan penyimpanan berbahan dasar plastik, pastikan plastik tersebut BPA-free.

    Apa itu BPA? Bisphenol A adalah material yang digunakan untuk mengeraskan plastik yang bisa dipakai ulang seperti pada kontainer makanan dan botol minum plastik, juga untuk melapisi kaleng susu agar tahan karat. BPA dianggap berbahaya bagi kesehatan karena partikelnya dapat terurai dan menyebabkan kanker, meningkatkan risiko penyakit jantung, kelainan hati, diabetes, serta gangguan otak dan perilaku pada anak kecil.

    Ibu tidak perlu bingung cara membedakan wadah plastik yang mengandung BPA dan yang aman. Biasanya pada kemasan produk tertera bahwa produk tersebut BPA-free. Selain itu, periksa kode di bagian bawah wadah plastik. Jika terdapat tanda segitiga dengan nomor 1, 2, 4, 5 biasanya wadah tersebut aman digunakan.

    Jika tidak yakin, sebaiknya gunakan wadah kaca. Storage bags alias kantong plastik penyimpanan ASI biasanya tidak hanya BPA-free tapi juga sudah disterilkan sehingga ibu bisa langsung mengisinya dengan ASI perah. 

  7. Menganggap semua freezer sama

    Suhu dingin mungkin menjadi acuan ibu untuk menyimpan ASI. Yang ibu ingat hanya prinsip dasar cara menyimpan ASI, yaitu 6 bulan di freezer, 5 hari di kulkas, dan 24 jam di kotak pendingin dengan ice pack, serta 6 jam di suhu ruang.  Padahal, jenis freezer berbeda-beda, begitu pula pengaturan suhunya. Hal ini mengakibatkan prinsip-prinsip di atas tidak berlaku untuk semua jenis pendingin.

    Pada freezer yang memiliki pintu terpisah dengan kulkas (misal pada kulkas dua pintu), ASI perah dapat disimpan selama maksimal 6 bulan. Asalkan, suhu penyimpanannya minimal -18⁰ celcius.

    Sementara itu, untuk freezer dengan pintu yang menyatu dengan pintu kulkas, ASI perah dapat disimpan paling lama …. dua minggu saja! Terpaut jauhnya daya tahan ASI perah pada dua jenis freezer yang berbeda ini membahayakan bayi jika ibu tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara menyimpan ASI.

    Karena itu, ketahui dengan baik jenis freezer atau kulkas yang ibu gunakan. Begitu pula bila ibu menitipkan ASI perah di kulkas kantor atau daycare. Pastikan suhu kulkas berada pada kisaran 4⁰ celcius jika ibu hanya menumpang mendinginkan ASI sebelum dibawa pulang ke rumah, meskipun ASI bisa bertahan hingga 4 hari pada suhu ini.

  8. Mencuci pompa ASI dan perlengkapannya di bak cuci piring

    Salah satu cara menyimpan ASI yang benar adalah sterilnya perlengkapan memerah ASI. Karakter ASI yang mudah terkontaminasi bakteri membuat ibu harus ekstra hati-hati dalam membersihkan wadah penyimpanan ASI. Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan adalah mencuci pompa ASI dan perlengkapannya di bak cuci piring. Meskipun terlihat bersih, bak cuci piring mengandung banyak bakteri. 

    Sebaiknya, ibu menyediakan sebuah baskom yang memang disediakan untuk mencuci perlengkapan memerah ASI. Isi baskom berisi air hangat dan sabun yang aman bagi bayi, lalu sikat setiap bagian pompa ASI (yang sudah dilepas satu per satu) dengan sikat khusus.

    Ibu bisa membilasnya di bawah air keran yang mengalir atau membilasnya di baskom lain. Setelah bersih, keringkan dengan cara meletakkannya di atas lap bersih atau wadah pengering khusus. Hindari melap setiap alat dengan lap kering mengingat lap tersebut dapat menjadi sarana berkembang biak bakteri. 

  9. Tidak mempersiapkan keadaan darurat

    Cara menyimpan ASI yang benar di dalam kulkas tetap berisiko, yaitu jika terjadi mati lampu. Bagi yang tidak mempersiapkan diri dengan baik, hal ini akan membuat panik dan bisa jadi malah membuat ASI rusak. Karena itu, simpan beberapa ice pack atau ice gel di dalam freezer.

    Ice pack ini berfungsi mempertahankan suhu di dalam freezer dan mencegah ASI mencair. Hindari membuka freezer pada masa ini agar tidak terjadi penurunan suhu, Jika freezer dalam keadaan tertutup terus, ASI bisa bertahan hingga 12 jam tanpa listrik. 

    Bagaimana jika pemadaman listrik berlangsung lebih lama dari waktu tersebut? Pindahkan ASI ke tempat lain yang memiliki listrik yang stabil. Masukkan botol ASI perah ke dalam tas khusus penyimpanan ASI, lengkapi dengan ice pack, dan kirimkan ke lokasi yang aman. Jika ibu tinggal di daerah yang rutin terkena pemadaman listrik, sediakan sebuah genset untuk menjaga pasokan listrik tetap ada. 

    Terlepas dari usaha yang ibu lakukan, ternyata ASI mulai mencair sepenuhnya. Meskipun belum dibuka, segera pindahkan ASI dari freezer ke kulkas. Simpan di dalam kulkas untuk kebutuhan ASIbayi hingga maksimum 5 hari, dan buang sisanya jika pada hari keenam dan seterusnya masih tersedia ASI perah yang mencair saat mati lampu tadi. 

Terkesan merepotkan? Standar cara penyimpanan di atas dibuat demi amannya ASI yang dikonsumsi bayi. Repot sedikit tidak masalah, daripada bayi keracunan bakteri karena ASI yang sudah tidak layak konsumsi. Happy pumping, Ibu!

(Menur)

Follow Ibupedia Instagram