Ini 30 Alasan Kenapa Banyak Ibu Memberi Susu Formula
Salah satu hal yang memprihatinkan di kalangan ibu adalah fenomena mom shaming. Salah satu topik mom shaming yang sering sekali diperdebatkan adalah pemberian susu formula untuk si kecil. Banyak lho ibu-ibu yang dengan mudahnya melontarkan komentar negatif untuk menghakimi ibu lain yang memberi susu formula untuk anaknya. Memang, akan selalu ada orang yang menghakimi atau menyerang semua Ibu atas tiap pilihan yang Ibu buat. Tapi bukan berarti hal tersebut benar dan diperbolehkan.
Banyak ibu yang tidak bisa menikmati peran mereka sebagai ibu karena hal ini. Ketika diserang dengan komentar yang menyudutkan, reaksi alami seseorang adalah balik menyerang dan bertahan. Dan ini menjadi awal dari sebuah perang dingin di antara ibu-ibu.
Di sisi lain, ketika rasa percaya diri seorang Ibu bergantung pada pendapat orang lain, ada dampak negatif yang akan terjadi pada ibu tersebut. Setelah mengalami kurang tidur, emosi, stres, baby blues, depresi atau sedih dengan perjalanan menyusui yang sangat berat, beberapa ibu juga harus berhadapan dengan komentar yang menyakitkan tentang pilihannya untuk beralih ke susu formula.
Penyebab Ibu Tidak Bisa Menyusui dan Beralih ke Susu Formula
Lalu bagaimana kita bisa menghargai ibu lain dengan lebih baik? Jawabannya adalah dengan berusaha memahami kondisi mereka. Semua Ibu pasti ingin memberi nutrisi yang terbaik untuk anaknya, yaitu ASI. Namun, tidak semua Ibu bisa melakukannya. Berikut ini alasan kenapa beberapa Ibu akhirnya memilih untuk memberikan susu formula ke anaknya.
Bayi menolak menyusui di payudara
Ada Ibu yang memperkenalkan botol susu ke anaknya karena suatu hal, tapi kemudian anaknya menolak untuk menyusu langsung di payudara. Kondisi tersebut adalah bingung puting, di mana si kecil tidak mau kembali menyusui di payudara.
Beberapa Ibu yang anaknya mengalami kondisi ini terus berjuang dengan berkonsultasi di ahli laktasi sampai bingung puting benar-benar 'sembuh'. Tapi ada juga Ibu yang memiliki keterbatasan akses informasi dan akhirnya terpaksa memilih untuk terus memberi ASIP atau susu formula melalui botol susu.
Pernah mengalami kekerasan seksual
Kondisi ini tidak jarang terjadi pada banyak wanita lho. Jika kita melontarkan komentar negatif tentang pilihan seorang Ibu yang memberikan susu formula pada anaknya, padahal Ibu tersebut melakukannya karena ia trauma pernah mengalami kekerasan seksual, menurut kamu bagaimana perasaan Ibu tersebut saat mendengar komentar kita? Kemungkinan ia tidak akan memberi tahu kita tentang alasan sebenarnya kenapa ia memilih menggunakan susu formula. Yang pasti, ini sudah menjadi ranah pribadi seseorang dan bukan urusan kita.
Berhenti menyusui karena hamil
Banyak ibu menyusui yang 'kesundulan' dan hamil anak kedua saat anak pertamanya belum genap dua tahun atau masih menyusui. Biasanya produksi ASI ibu hamil akan menurun di trimester kedua akibat hormon kehamilan. Atau bisa juga si kecil tiba-tiba berhenti menyusu karena ada perubahan rasa pada ASI.
Ini memang tidak terjadi pada semua ibu. Ada ibu yang tetap bisa menyusui saat hamil tanpa masalah berarti. Sedangkan ada juga ibu yang terpaksa beralih ke susu formula karena anaknya tidak lagi mau atau tertarik untuk menyusu langsung dengan ASI.
Secara emosi ini bisa terasa berat bagi ibu yang mengalami kondisi ini. Meski ia merasa senang karena sedang hamil, ibu tersebut akan merasa berasalah karena kehamilannya menghalangi anaknya yang pertama untuk mendapatkan ASI dan terpaksa memberikan susu formula.
Kita tidak perlu menambahkan bebannya dengan komentar negatif yang memojokkan dia karena sudah memberi susu formula untuk anaknya, ya!
Menerima saran yang keliru
Ada banyak cerita tentang Ibu yang mendapatkan saran keliru dari teman, kerabat, bahkan tenaga kesehatan. Salah satu saran yang berkembang di masyarakat adalah banyak yang merekomendasikan penggunaan susu formula atau susu formula kedelai selama satu minggu saat si kecil mengalami masalah pencernaan. Setelah mengaplikasikan saran tersebut, banyak lho bayi yang akhirnya tidak mau kembali untuk menyusu di payudara lagi setelah seminggu menggunakan botol susu. Mereka mengalami yang namanya bingung puting.
Maka dari itu, kita perlu memilih tenaga kesehatan yang bisa dipercaya dan sejalan dengan tujuan serta niat kita memberikan ASI untuk si kecil. Bila ada seorang tenaga kesehatan memberikan Ibu saran untuk mulai memperkenalkan susu formula ke anak, janganlah ragu untuk mencari pendapat kedua ke dokter anak lainnya.
Kadang saat kita mendapatkan saran dari tenaga kesehatan, kita mudah percaya dan menganggap kalau hal tersebut merupakan solusi yang terbaik. Jadi ada ibu yang mengira mereka sudah melakukan hal yang disarankan secara medis, dan kemudian menyadari kalau saran yang didapatkan itu keliru. Mereka jelas akan merasa kecewa dan menyesal telah mempercayai saran tersebut. Nah, komentar menghakimi yang didapat dari ibu-ibu lain hanya akan membuat ibu tersebut merasa lebih sedih dan lebih marah.
Merasa tidak memiliki ASI yang cukup
Alasan yang satu ini pasti sering sekali kita dengar dari Ibu yang memilih untuk memberikan susu formula ke anaknya. Banyak ibu yang merasa panik dan mengira memiliki ASI yang tidak banyak, lalu beralih ke susu formula. Pada kenyataannya, banyak asumsi keliru tentang penyebab produksi ASI yang sedikit. Ibu bisa membacanya di link berikut ini yaa: Penyebab poduksi ASI yang sedikit.
Bayi berhenti menyusu dengan sendirinya
Ada juga Ibu yang terpaksa memberikan susu formula karena anaknya memilih untuk berhenti menyusu. Tentu ini bukanlah hal yang diharapkan oleh Ibu. Tapi memang ada beberapa bayi yang berhenti menyusu (self-weaning) lebih cepat, dan ada juga bayi yang tidak ingin disapih meski sudah menyusu selama 2 tahun.
Bila si kecil berhenti menyusu lebih cepat dan tanpa sebab, ini akan terasa sangat menyedihkan bagi ibu. Jangan membuatnya semakin bertambah sedih dengan komentar negatif kita, ya.
Tidak mendapat dukungan
Sebuah penelitian di Australia menyatakan hanya ada 50 persen bayi di negara tersebut yang mendapatkan ASI eksklusif di usia 2 bulan. Penyebab utamanya karena ada banyak Ibu tidak mendapatkan dukungan dan mengalami perbedaan pendapat dengan pasangannya saat berniat untuk memberikan ASI buat anaknya. Hal tersebut banyak juga terjadi di Indonesia lho.
Lelah menyusui
Selain alasan-alasan di atas, ada juga Ibu yang berusaha keras siang-malam memenuhi kebutuhan ASI untuk anaknya. Misalnya sepanjang siang dia harus pumping di kantor, lalu saat sampai rumah ia menyusui bayi secara langsung, dan di tengah malam sampai subuh ia harus pumping lagi.
Usaha keras yang dilakukan Ibu tersebut tak jarang justru menimbulkan masalah baru lho. Mulai dari ibu mengalami stres, lelah, tidak makan dengan baik, serta depresi, yang membuat ibu merasa tidak sanggup lagi untuk menyusui anaknya.
Bila ibu berusaha terlalu keras untuk menyediakan stok ASI buat si kecil, bahkan sampai tidak bisa menutrisi tubuh sendiri dengan baik, ibu tersebut akan menjadi semakin hancur. Kita tidak akan pernah tahu seperti apa kondisi ini hingga kita mengalaminya sendiri. Jadi sebaiknya simpan komentar negatif kita saat melihat ibu-ibu dengan kondisi ini akhirnya memilih untuk memberikan susu formula ke anaknya.
Masalah pada puting
Ada juga ibu yang mengalami puting luka, berdarah, atau pecah, dan selalu menangis tiap kali menyusui. Biasanya ini dialami oleh Ibu yang sangat sering memompa atau karena pelekatan menyusui yang salah.
Masalah tersebut memang bisa diatasi dengan berkonsultasi langsung ke konselor laktasi. Tapi tidak jarang banyak ibu dengan kondisi ini yang memutuskan untuk beralih ke susu formula. Ini sepenuhnya jadi keputusan mereka. Ibu-ibu tersebut telah melakukan yang mereka bisa, tapi kadang mereka terpaksa memilih untuk memulihkan kondisi putingnya lebih dulu sebelum berusaha lagi memberi ASI buat anaknya.
Mengalami kondisi medis tertentu
Beberapa Ibu ada yang mengalami kondisi medis seperti hypoplasia (masalah pada jaringan atau organ payudara) atau mengonsumsi obat yang menurunkan produksi ASI.
Memang ada yang bisa terus menyusui dengan kondisi medis tersebut, tapi ini bisa jadi karena ibu tersebut mendapat dukungan tenaga kesehatan profesional yang bisa secara akurat mendiagnosa dan merawatnya dengan baik. Keberhasilan menyusui juga akan semakin tinggi jika ada keluarga dan teman yang memberi dukungan.
Tapi ada juga ibu yang mengalami kondisi ini mendapat informasi keliru tentang masalah medis yang dialaminya. Sehingga banyak yang akhirnya menyerah dan memberikan susu formula ke anaknya.
Bayinya adalah anak adopsi
Banyak Ibu yang mengadopsi anak. Memang ada beberapa kasus di mana Ibu bisa menstimulasi produksi ASI dengan bantuan konselor laktasi sehingga bisa memberikan ASI untuk anak yang diadopsinya. Tapi lagi-lagi, tidak semua Ibu bisa mendapatkan kemudahan informasi tersebut dan terpaksa memberikan susu formula kepada anak yang diadopsinya.
Kondisi Medis Yang Tidak Memungkinkan Ibu Untuk Menyusui
Tahukan kamu, kalau tidak semua ibu bisa menyusui dan tidak semua bayi bisa menerima ASI karena kondisi medis? Kamu mungkin penasaran ibu dan bayi dengan kondisi seperti apa sih yang sebenarnya tidak bisa memberikan atau mendapatkan ASI? Berikut ini penjelasannya.
Kondisi medis yang membuat bayi membutuhkan susu formula
Ada beberapa kondisi di mana bayi tidak memungkinkan untuk mendapatkan ASI dan membutuhkan susu formula. Alasannya antara lain:
Penyakit urin sirup maple (maple syrup urine disease)
Penyakit urin sirup maple adalah kondisi gangguan metabolik yang jarang terjadi pada anak. Bayi dengan gangguan ini akan mengalami kesulitan melakukan proses metabolisme asam amino, leusin, isoleusin, dan valina yang ada di ASI. Bayi dengan kondisi ini akan membutuhkan susu formula yang tidak mengandung asam amino.
Galactosaemia
Galactosaemia adalah gangguan metabolik di mana bayi mengalami masalah dalam proses metabolisme gula galaktosa. Berhubung laktosa di ASI terdiri dari glukosa dan galaktosa, bayi tidak bisa menerima ASI dan membutuhkan susu formula yang bebas galaktosa.
Phenylketonuria Phenylketonuria (PKU)
Bayi dengan PKU membutuhkan susu formula yang bebas dari asam amino phenylaline. Bayi dengan PKU kadang masih bisa mendapatkan ASI, asalkan diawasi secara penuh oleh tenaga medis.
Kondisi medis yang membuat ibu tidak bisa menyusui
Kalau tadi kita sudah membahas kondisi bayi yang tak bisa menerima ASI, berikut ini adalah kondisi kesehatan Ibu yang terpaksa tidak bisa memberikan ASI ke anaknya:
Herpes simplex virus tipe 1 disertai luka pada payudara
Bila ibu mengalami herpes simplex virus tipe 1 yang disertai luka pada payudara, Ibu perlu menghindari kontak langsung antara luka dan mulut bayi hingga semua luka sembuh.
HIV
Ibu dengan HIV positif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya. Anjuran ini berlaku di berbagai negara lho. Menyusui jadi kontraindikasi ketika ibu diketahui menderita HIV positif. Dikhawatirkan Ibu akan menularkan virus HIV ke anaknya jika tetap memberikan ASI.
Menjalani penanganan kanker payudara
Proses menyusui juga tidak diperbolehkan saat Ibu terdeteksi menderita kanker payudara selama hamil dan menjalani kemoterapi. Jika ibu tidak menjalani kemoterapi, Ibu bisa tetap melanjutkan proses menyusui dengan pengawasan penuh oleh tenaga kesehatan.
Tuberkulosis aktif
Bila ibu mengalami tuberkulosis aktif dan berisiko tinggi untuk menulari anaknya, Ibu biasanya tidak disarankan untuk melakukan kontak langsung dengan bayinya hingga ibu menyelesaikan pengobatan secara tuntas. Pada kondisi ini, Ibu bisa memompa ASI dan memberikannya ke bayi. Tapi bila terdapat luka di payudara atau TB mastitis, ibu hanya boleh memberi ASI perah ke bayi setelah luka sembuh atau TB mastitis pulih.
Luka sifilis pada payudara atau puting
Bila ibu menderita sifilis, ibu akan dilarang untuk melakukan kontak dekat dengan bayi. Proses menyusui bisa dilakukan setelah Ibu menjalani pengobatan, dengan syarat tidak ada luka di sekitar payudara atau puting. Bila ada luka, Ibu harus menunggu sampai luka sembuh sebelum kembali menyusui si kecil.
Brucellosis yang tidak diobati
Bila ibu mengalami brucellosis yang tidak ditangani, Ibu tidak bisa menyusui anaknya sampai pengobatannya selesai.
Obat Yang Bisa Mengganggu Proses Menyusui
Ada beberapa obat yang ternyata bisa menurunkan persediaan ASI lho. Berikut ini adalah obat-obat yang menghalangi beberapa ibu untuk menyusui bayinya:
Radioactive iodine-131
Penggunaan radioactive iodine-131 terkait dengan energi nuklir, diagnosa medis, dan prosedur pengobatan. Sebaiknya Ibu menyusui menghindari untuk menyusui anaknya jika mendapatkan obat ini.
Obat sedatif psychotherapeutic, obat anti epilepsi, opioid, dan kombinasinya
Obat-obat ini bisa menyebabkan efek samping seperti mengantuk, lelah, atau depresi pernafasan. Lebih baik hindari untuk menyusui si kecil saat Ibu meminum obat-obatan ini.
Cytotoxic chemotherapy
Cytotoxic chemotherapy merupakan obat untuk menghancurkan sel kanker. Ibu harus berhenti menyusui selama menjalani terapi dengan obat ini.
Penggunaan topical iodine atau iodophor yang berlebihan
Penggunaan obat ini terutama pada luka terbuka di kulit Ibu atau membran lendir bisa menyebabkan supresi tiroid atau elektrolit abnormal pada bayi yang mendapatkan ASI dari ibunya.
Tambahan Susu Anak Untuk Bayi
Tambahan susu untuk bayi juga bisa dibutuhkan karena kondisi tertentu. Yang digunakan sebagai susu tambahan bisa berupa ASI perah, donor ASI, atau susu formula, bergantung pada kondisi medis masing-masing bayi.
Berikut beberapa alasan medis kenapa si kecil butuh mendapatkan susu tambahan:
Dehidrasi berat
Susu tambahan biasanya dibutuhkan bila bayi menunjukkan tanda dehidrasi berat, antara lain berat badan bayi berkurang 10 persen, kadar sodiumnya tinggi, susah menyusu, serta lelah.
Bila ASI keluar lebih lama, misalnya tidak keluar dalam 5 hari atau lebih setelah bayi dilahirkan, dan berat badan bayi turun 8 sampai 10 persen, dokter mungkin akan menyarankan pemberian susu formula untuk si kecil.
Hypoglycaemia (gula darah rendah)
Bayi yang mengalami hypoglycaemia biasanya membutuhkan susu tambahan bila ia tidak bisa menyusui dengan baik secara langsung di payudara Ibu. Bayi yang menunjukkan tanda hypoglycaemia harus segera ditangani dengan infus glukosa.
BAB tidak normal
Bila bayi mendapat cukup ASI, proses pengeluaran feses biasanya akan segera normal. Namun, bila bayi baru lahir sangat jarang buang air besar atau masih mengeluarkan mekonium setelah beberapa hari dilahirkan, biasanya dokter akan merekomendasikan pemberian susu tambahan.
Asupan yang diterima bayi tidak cukup
Bayi yang menyusu langsung di payudara tidak selamanya mendapatkan cukup ASI. Ibu bisa mencari bantuan konselor laktasi untuk memastikan apakah si kecil efektif mengeluarkan ASI dari payudara atau tidak.
Ibu juga bisa memperhatikan si kecil selama menyusui. Normalnya, di awal sesi menyusui, bayi biasanya akan menghisap dan menelan ASI dengan cepat sehingga memicu refleks let-down. Setelah itu, si kecil akan menghisap dan menelan ASI lebih dalam dan lebih lambat.
Jika si keicl tidak memperlihatkan tanda-tanda tersebut, ada kemungkinan posisi pelekatan bayi ke payudara kurang tepat dan akhirnya membuat si kecil mendapatkan tidak cukup ASI sehingga Ibu butuh susu tambahan.
Rasa sakit saat menyusui
Meski telah mendapat bantuan untuk mengoptimalkan posisi menyusui dari konselor laktasi, ibu kadang tetap mengalami rasa sakit selama menyusui sehingga akhirnya Ibu memberikan susu tambahan untuk si kecil.
Hyperbilirubinemia (tingkat bilirubin tinggi)
Semua bayi baru lahir biasanya mengalami peningkatan bilirubin yang relatif normal. Banyak anak yang akhirnya mengalami penyakit kuning. Biasanya kondisi ini membaik dalam 7 sampai 10 hari. Tapi ada situasi di mana bayi mengalami penyakit kuning lebih lama dan membutuhkan susu formula tambahan.
Perlu diketahui ya Bu, alasan-alasan pemberian susu formula yang kita kemukakan di atas bukanlah menjadi alasan mutlak untuk seorang ibu tidak menyusui bayinya. Setiap kondisi yang dialami Ibu dan si kecil perlu dinilai langsung dengan seksama oleh tenaga kesehatan. Jadi jika Ibu merasa ragu, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter atau konselor laktasi.
(Ismawati, Atalya, Yusrina)