Mitos dan Fakta seputar Gurita Bayi
Pernahkah Ibu mendengar anjuran tentang pemakaian gurita bayi oleh orangtua generasi terdahulu?
Pemakaian gurita bayi turun-temurun dipercaya dapat mencegah masuk angin, menghangatkan perut, bahkan mencegah pusar bayi tidak bodong. Orangtua percaya, dengan menggunakan gurita bayi, perut bayi yang buncit bisa mengecil. Kepercayaan zaman dahulu ini membuat perawatan dengan gurita bayi turun-temurun dilakukan.
Mitos dan fakta tentang gurita bayi
Tidak hanya zaman dahulu saja, ternyata di zaman sekarang pun masih ada orangtua yang menggunakan gurita bayi pada bayi yang baru lahir. Bagaimana fakta tentang gurita bayi? Apakah fungsi gurita bayi seperti yang dipercaya turun-temurun?
Mitos 1: Gurita mencegah masuk angin
Perlukah gurita bayi untuk menjaga bayi dari masuk angin?
Fungsi gurita bayi yang kerap dipercaya adalah mencegah bayi masuk angin. Sering ditemukan perut kembung terutama pada bayi baru lahir. Para orangtua menganggap sang bayi masuk angin. Padahal, perut bayi kembung disebabkan oleh terlalu lama menangis, suhu atau udara yang terlalu dingin, cara minum susu yang salah, atau hanya memang gejala penyakit yang serius.
Dr. Muzal Kadim, Sp.A(K) di halaman IDAI menyatakan bahwa cara mengatasi perut kembung pada bayi adalah dengan cara memperbaiki posisi bayi ketika minum susu. Kemudian membuatnya sendawa setelah minum susu, menghangatkan perutnya dengan minyak penghangat, dan memeriksakannya ke dokter untuk mengetahui apakah sang anak memiliki kecenderungan intoleransi laktosa.
Mitos 2: Gurita mencegah perut bayi buncit
Dapat mencegah perut bayi buncit adalah fungsi gurita bayi yang dipercaya oleh oranguta jaman dulu. Orangtua yang khawatir melihat perut buncit bayi membuat mereka memiliki keputusan untuk memakaikan gurita pada si kecil.
Padahal, perut kembung pada bayi adalah hal yang wajar karena besar dan kecilnya perut bayi ditentukan dari ketebalan kulit, lemak di bawah kulit, dan otot perut yang berfungsi menahan daya dorong dari isi perut. Semua faktor ini dapat menyebabkan perut membesar seperti tampak sedang kembung.
Seiring dengan bertambahnya usia bayi, lemak, kulit, dan ototnya akan menebal sehingga bentuk perut bayi akan mengecil dengan sendirinya dan terlihat lebih proporsional.
Mitos 3: Gurita mencegah pusar bodong
Perlukah gurita bayi untuk mencegah pusar bodong? Pusar bodong bukanlah disebabkan oleh tidak dipakainya gurita pada bayi. Pusar bodong terjadi karena tidak sempurnanya penutupan lubang cincin pusar saat testis bayi laki-laki atau ovarium bayi perempuan turun ke rongga panggul sesaat ia dilahirkan.
Pusar bodong biasanya bukan merupakan masalah serius, lebih sekedar estetika sehingga orangtua tidak perlu mengkhawatirkannya.
Namun, jika sang bayi sering kembung dan terlihat kesakitan, Ibu disarankan untuk segera membawa ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Mitos 4: Gurita menjaga tali pusat yang belum putus
Perlukah gurita bayi sebagai perawatan saat tali pusat belum putus?
Jika tali pusat bayi belum putus, maka pemakaian gurita pada bayi bukanlah perawatan yang tepat. Pada dasarnya, tali pusat akan putus dengan sendirinya setelah 1-2 minggu.
Ibu hanya perlu menjaga agar tali pusar bayi tetap bersih dan tidak terkena air kencing ataupun tinja bayi. Jika tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih kemudian keringkan dengan kain bersih.
Penggunaan gurita saat tali pusat belum putus malah dapat menyebabkan tali pusat lembap dan berisiko terjadi infeksi.
Dampak penggunaan gurita pada bayi
1. Masalah pada kulit bayi
Orangtua jaman dulu kerap menekankan berbagai manfaat penggunaan gurita bagi bayi. Tanpa sadar, Ibu yang percaya dengan pemakaian gurita bayi akan sangat bersemangat memasangkan gurita bayi sehingga ikatan gurita bayi terlalu kencang pada perut si kecil. Hal ini malah dapat membuat bayi kepanasan dan banyak berkeringat. Inilah fakta tentang gurita bayi yang sering terlewatkan.
Dampak buruk paling sederhana dari penggunaan gurita bayi adalah berimbas pada kulitnya. Kulit sang bayi berpotensi mengalami gatal, biang keringat, bahkan ruam merah. Tidak hanya itu, potensi bayi mengalami gumoh lalu muntah terutama saat makan pun menjadi meningkat.
2. Bayi kesulitan bernapas
Jika lilitan gurita bayi terlalu kencang, maka bayi berisiko sulit bernapas. Cara membebat gurita bayi yang terlalu kencang mengganggu gerak pernapasan bayi. Apalagi bayi yang baru lahir belum bisa langsung bernapas dengan paru-paru. Bayi pada umumnya bernapas masih lewat perut. Ini adalah salah satu faktor kenapa bayi bernapas lebih cepat.
Perubahan pada kecepatan atau pola pernapasan bayi, batuk atau tersedak yang tak kunjung henti, suara mendengkur keras, atau perubahan warna kulit membiru adalah suatu indikasi bahwa bayi bisa jadi mengalami gangguan pernapasan dan memerlukan pertolongan medis secepatnya.
Saat bayi kekurangan oksigen, napasnya akan menjadi cepat dan dangkal. Jika situasi berlanjut, ia dapat berhenti napas sepenuhnya, detak jantungnya turun dan ia kehilangan kekuatan otot.
Jika kondisi ini terjadi, sangat mungkin mengembalikan kondisi dengan cara memberi bantuan napas agar paparan oksigen berlanjut. Jangan sampai keadaan semakin buruk, sebab berhenti napas akan meningkatkan risiko kerusakan otak, bahkan bayi tercekik kehabisan napas.
Perlukah gurita bayi untuk perawatan si kecil? Tidak dianjurkan ya, Bu!
Editor: Dwi Ratih