Ibupedia

No Cry Sleep Training : Cara Menidurkan Bayi Tanpa Tangisan

No Cry Sleep Training : Cara Menidurkan Bayi Tanpa Tangisan
No Cry Sleep Training : Cara Menidurkan Bayi Tanpa Tangisan

Menjadi seorang bunda adalah salah satu momen paling membahagiakan bagi wanita. Betapa tidak, hari-hari yang dulu dilalui hanya berdua dengan suami tercinta terasa lebih istimewa dengan kehadiran makhluk mungil yang selama sembilan bulan hanya bisa dilihat melalui layar monitor USG.

Meski begitu, menjadi orangtua juga memberikan tantangan baru lho, Bunda. Perubahan ritme tidur dan aktivitas, misalnya, adalah kenyataan yang tak dapat dielakkan oleh sebagian besar bunda, khususnya bunda-bunda baru. 

Begadang sepanjang malam karena bayi tidak kunjung tidur merupakan salah satu problema terbesar. Belum lagi jika bayi rewel atau tantrum, wah... bunda bisa ikut-ikutan tantrum juga. Jangan sampai ya, Bunda?

Buat Bunda yang sedang berjuang mendisplinkan waktu tidur sang buah hati, jangan patah semangat. Jika Bunda merasa ingin menyerah, sepertinya ini saatnya Bunda mencoba beberapa metode sleep training. Tentu saja, tidak semua sleep training cocok buat setiap bunda. Ada yang cocok dengan metode A, namun tidak sedikit yang justru cocok dengan metode B.

Menyoal metode sleep training, salah satu metode yang cukup populer adalah no tears method (dikenal pula sebagai no-cry sleep training). Metode ini adalah kebalikan dari metode yang jauh lebih dulu populer, yakni metode cry it out (CIO). Metode CIO adalah metode yang ditawarkan pediatrik Richard Ferber.

Metode  CIO menekankan kepada aspek bagaimana bayi menyamankan dirinya sendiri untuk tidur. Bayi dibiarkan sendirian dan menangis sampai akhirnya tenang dan tertidur sendiri. Menurut metode ini, tangisan bayi adalah upaya untuk menyamankan diri sehingga orangtua tidak perlu menenangkannya. Hasilnya, dalam beberapa hari bayi akan terbiasa tidur dengan sendirinya, tanpa harus dininabobokan orang tua.

Berbeda dengan metode CIO, metode no-cry mengajarkan bahwa untuk melatih bayi tidur sendiri dan tertidur pulas pada malam hari bukan berarti membiarkan bayi Bunda menangis. Metode no-cry menganggap membiarkan anak sendiri dan menangis adalah kejam, tidak alami, dan bahkan pengkhianatan terhadap kepercayaan bayi Bunda.

Idealnya, waktu tidur adalah waktu yang tepat untuk menguatkan ikatan dan kepercayaan terhadap anak, karena itu dibutuhkan ketenangan ritual night time yang menyenangkan, dan yang paling penting segera merespon bayi saat menangis. Responlah kebutuhan makan dan kenyamanan bayi Bunda.

Elizabeth Pantley adalah salah satu pakar yang mendukung metode no-cry. Dalam bukunya, The No-Cry Sleep Solution: Gentle Ways to Help Your Baby Sleep Through the Night, penulis dan parent educator ini mengungkapan, metode no-cry memang membutuhkan waktu lebih lama dibanding metode CIO, di samping kesabaran ekstra dari orangtua. Namun seperti dialaminya sendiri, pada akhirnya dia tidak masalah tidak dapat tidur pada malam hari.

Dalam kaca mata Pantley, tidak semua orangtua tega membiarkan anaknya menangis. "Bunda tentu ingin segera meraih anak Bunda dan menenangkannya. Mengatakan pada orangtua untuk mengabaikan insting itu tidak benar," tegas dia.

Pantley menciptakan serangkaian teknik untuk mengubah kebiasaan tidur bayi tanpa harus mengeluarkan airmata. “Saya rasa tidak seorang Bunda pun akan memilih membiarkan bayi menangis jika ada cara menidurkan tanpa disertai airmata,” ungkapnya. Sudah pasti Pantley tidak sekadar berteori. Ia sudah lebih dulu mencobanya kepada sejumlah keluarga dan rata-rata berhasil menerapkan metode ini.

Senada dengan Pantley,  dokter spesialis anak dan advokat attachment parenting William Sears mendukung konsep no-cry ini.  Sears dan juga Pantley percaya bahwa teknik CIO dapat memberikan pengaruh negatif terhadap tidur anak hingga seumur hidupnya.

Namun bagi mereka yang mendukung metode CIO, apa yang diungkapkan Pantley maupun Sears tidak benar. Menurut pakar pendukung metode CIO, bayi tidak akan trauma hanya karena menangis sendiri dalam waktu singkat karena tetap orangtua pada dasarnya tetap mendampingi. Justru sebagai hasilnya, mereka yang menerapkan metode CIO akan tumbuh menjadi anak yang kuat dan lebih bahagia. Sedangkan metode no-cry membuat anak menjadi serba tergantung pada kenyamanan sebelum tidur, sehingga mereka sulit bisa tidur sendiri di kemudian hari.

Menurut pandangan Sears, metode no-cry menekankan pada pengayoman dan pendekatan anak. Ia bahkan mengingatkan orangtua untuk waspada terhadap sleep training yang terlalu instan. Sears mengajak orangtua sabar membantu anak tidur. Orangtua sebaiknya menemani, menggendong, atau menjaga hingga anak tertidur. Dengan begitu akan tercipta kedekatan fisik anak dan orangtua yang pada akhirnya membuat tidur anak menjadi sehat.

Pantley sepaham dengan Sears. Ia menambahkan, Bunda bisa mencoba memenuhi kebutuhan bayi sebelum tidur, seperti makan dan merespon secepatnya ketika menangis. Sementara perawat Tracy Hogg,  yang meninggal pada 2004, dalam bukunya Secrets of the Baby Whisperer tidur harus dalam suasana positif. Namun dia tidak sepakat dengan teknik bayi harus digendong atau selalu ditemani saat tidur.

Meski begitu Hogg sependapat jika bayi menangis, orangtua harus segera mengangkatnya, tapi sesegera mungkin ditidurkan kembali. Tidak masalah jika hal ini harus berulang kali dilakukan. Teknik Hogg adalah perpaduan antara attachment parenting yang disarankan Sears dan Pantley dan teknik CIO.

Setiap orangtua dapat memilih metode mana yang paling tepat untuk buah hatinya. Namun jika Bunda tidak tega membiarkan anak menangis sendirian, atau bahkan Bunda sudah pernah menerapkan metode CIO dan tidak berhasil, mungkin Bunda bisa mencoba strategi no-cry ini.

 

Cara Menidurkan Anak Tanpa Tangisan

Bunda  ingin tahu seperti apa metode no-cry seperti dirumuskan Pantley? Ini dia panduannya:

  1. Ajak bayi siap-siap tidur  lebih awal, sekitar pukul 7 malam. Jangan terpancing ketika bayi masih tetap aktif dan berpikiran semakin lelah, semakin cepat tidurnya. Biasanya bayi yang terlalu lelah malah sulit tidur lho, Bunda. Beberapa pakar meyakini bahwa semakin awal bayi tidur, semakin pulas pula dia.
  2. Usahakan bayi banyak makan di siang hari. Dengan begitu, dia akan belajar bahwa siang waktunya makan dan malam untuk tidur. Percaya atau tidak Bunda, dengan cara ini bayi jarang merasa kelaparan pada saat terbangun karena ngompol di malam hari.
  3. Buat perubahan pelan-pelan. Jika bayi tidak  biasa tidur awal, katakanlah pukul 10 malam, jangan mendadak dipaksa tidur pukul 7 malam. Coba dimajukan jadwalnya pelan-pelan, semisal setengah jam sebelumnya, atau beberapa menit sebelumnya sampai akhirnya bayi Bunda terbiasa tidur awal.
  4. Cari cara menidurkan bayi Bunda dan lakukan secara rutin. Misalnya, mandi sebelum tidur, lalu membaca buku lalu menyanyikan lullaby, baru tidur. Lakukan hal tersebut setiap kali akan menidurkan bayi Bunda.
  5. Ciptakan suasana tidur yang nyaman. Beberapa bayi butuh ketenangan lebih atau suasana gelap, sementara yang lain justru ingin terang. Sesuaikan dengan kebutuhan bayi Bunda. Bisa juga dengan memutar musik lembut atau suara-suara menenangkan seperti suara akuarium. Pastikan juga seprei dan pakaian bayi Bunda nyaman, ya?
  6. Jangan terpengaruh dengan keributan yang diciptakan bayi Bunda. Belajar membedakan mana yang tangisan sesungguhnya atau tangisan mencari perhatian supaya tidak tidur.
  7. Buat beberapa kata kunci. Pantley menyebutnya sinyal untuk bayi agar dia tahu ini waktunya tidur. Misalnya suara seperti “ssst”  atau bisik-bisik “ini waktunya bobo, ya?” Ulangi suara atau kata-kata kunci tersebut sehingga anak paham kalau kata-kata tersebut ada hubungannya dengan tidur.
  8. Ciptakan jadwal rutin tidur siang, sehingga jadwal tidur malam pun rutin.


Bagaimana, Bunda? Tertarik mencoba metode no-cry? Sekali lagi tidak semua orang cocok dengan metode ini. Namun Elizabeth Pantley mengatakan, metode ini tepat untuk dia dan bayinya. Di mata Pantley, setiap orangtua memiliki pilihan sleep training mereka sendiri, yang pada intinya memilih antara waktu  atau airmata.  "Secara pribadi saya memilih waktu," tegas dia.

(Dini)

Follow Ibupedia Instagram