Ibupedia

Refleks yang Normal pada Perkembangan Bayi

Refleks yang Normal pada Perkembangan Bayi
Refleks yang Normal pada Perkembangan Bayi

Karena bayi baru lahir memiliki keterbatasan kontrol tubuh, alam melengkapinya dengan banyak kemampuan bawaan. Mulai dari usia satu hari, bayi sudah tahu cara memegang jari dan mencari payudara, serta beberapa refleks lainnya. Refleks sebenarnya menandakan kalau bayi dalam kondisi baik. Kebanyakan refleks ini akan hilang dalam beberapa bulan ketika koordinasi tubuh bayi sudah lebih baik dan ia tidak lagi membutuhkannya.

Jenis-Jenis Refleks Pada Bayi

Berikut ini beberapa jenis refleks yang dimiliki bayi baru lahir:

  1. Root reflex (refleks mencari puting) 

    Pemicu root reflex adalah sentuhan lembut pada pipi bayi baru lahir. Bayi menuju ke arah sentuhan dengan mulut terbuka. Refleks ini muncul saat lahir dan berlangsung hingga bayi berumur 3 sampai 4 bulan (kadang bayi terus melakukan root reflex saat tidur setelah usianya lewat 4 bulan). Refleks ini membantu bayi menemukan makanan.

    Bayi yang lahir prematur atau memiliki gangguan neurologikal atau CNS depression karena obat tertentu yang dikonsumsi ibu selama hamil kemungkinan tidak memiliki refleks rooting. Refleks rooting membantu bayi bersiap untuk menghisap.

    Refleks mencari puting yang terus-menerus bisa memicu gejala berikut:

    • Area mulut dan bibir yang sangat sensitif

    • Kesulitan mengunyah atau menelan

    • Menunjukkan gejala rewel ketika makan (terutama makanan padat)

    • Masalah bicara dan artikulasi

    • Sering menghisap jari

  2. Refleks menghisap

    Refleks ini dipicu oleh puting payudara, botol susu, atau jari orangtua, yang menyentuh bagian atas mulut bayi. Sebagai responnya, bayi menghisap puting. Refleks ini muncul saat lahir dan berlangsung hingga bayi berusia 2 sampai 4 bulan.

    Refleks menghisap tidak sepenuhnya berkembang hingga kehamilan 36 minggu, yang berarti bayi prematur bisa memiliki kemampuan menghisap yang lemah atau belum matang. Bila bayi Anda lahir prematur, ia kemungkinan mengalami beberapa masalah yang berkaitan dengan kemampuan menghisap, antara lain:

    • Gerakan atau bentuk lidah yang tidak sama

    • Pola menghisap yang tidak teratur dan tidak efisien

    • Kunci bibir lemah

    • Stabilitas yang lemah pada pipi bagian dalam

    • Kesulitan mensinkronkan hisapan dan menelan dengan bernafas.

    Komplikasi lain yang bisa terjadi pada bayi prematur adalah Infant Respiratory Distress Syndrome (RDS). Bayi dengan RDS kesulitan mensinkronkan hisapan, menelan, dan bernafas dan ini bisa berdampak negatif pada menyusui karena bayi tidak bisa lama menyusu dan mudah lelah, sehingga ia berisiko mengalami nutrisi buruk.

  3. Refleks Babinski

    Refleks ini dipicu oleh sentuhan lembut pada telapak kaki (dari tumit sampai jari kaki). Refleks ini muncul saat lahir dan berlangsung hingga bayi berusia 6 sampai 24 bulan. Refleks Babinski jadi refleks bayi yang utama, yang diambil dari nama Joseph Babinski, yang pertama kali menggambarkan tanda Babinski pada tahun 1896. Refleks ini terjadi karena kontraksi otot yang memicu bayi membuka jari keluar sebagai respon terhadap rangsangan pada telapak kaki.

    Ketika memeriksa refleks ini, dokter akan membaringkan bayi di tempat tidur, memegang kakinya dan menggunakan alat untuk mengegelitik telapak kaki. Anak yang normal akan segera merespon dengan menggerakkan ibu jari dan jari lain ke arah luar. Refleks ini perlahan menghilang pada usia 12 bulan atau saat anak berumur dua tahun, ketika sistem saraf pusat sudah matang.

    Refleks Babinski memberi stabilitas pada tubuh bayi, mempersiapkan kakinya untuk melakukan langkah pertama. Refleks Babinski bahkan memastikan koordinasi yang tepat antara pinggang bawah tungkai dan tulang belakang. Ketika bayi baru lahir tidak memiliki refleks Babinski, berarti sistem saraf pusat belum matang sepenuhnya atau ada masalah pada sumsum tulang belakang.

    Bila anak terus memiliki refleksi ini setelah mencapai usia dua tahun, ia akan kesulitan menapakkan kaki di tanah. Anak juga kesulitan menyeimbangkan diri karena jari kaki selalu ke arah luar, membuatnya bermasalah ketika berjalan. Refleks Babinski yang berlanjut bisa menyebabkan masalah berikut:

    • Berjalan dengan berjinjit

    • Mata kaki lemah

    • Kaki datar

    • Sulit memusatkan perhatian atau berkonstentrasi.

    Anak yang terdeteksi cerebral palsy atau hemiplegia (lumpuh tubuh sebagian) akan mengalami kembali refleks ini. Bayi yang mengalami autisme juga memiliki refleks Babinski berkepanjangan.

  4. Refleks berjalan

    Refleks berjalan dipicu oleh memegang bayi di posisi tegak dengan telapak kaki datar pada permukaan. Bayi merespon dengan mengangkat satu kaki dan kaki lainnya seolah seperti berjalan. Refleks ini muncul saat lahir dan berlangsung hingga usia anak 2 bulan. Refleks ini mempersiapkan perkembangan bayi untuk berjalan pada beberapa bulan dari sekarang.

  5. Refleks leher

    Refleks ini dipicu oleh berbaring telentang dengan kepala menoleh ke satu sisi. Bayi merespon dengan lengan pada sisi tersebut membuka, sedang lengan lainnya menekuk di siku. Refleks ini muncul antara waktu lahir hingga ketika bayi berusia 2 bulan dan berlangsung hingga bayi 4 sampai 6 bulan. Refleks ini membantu mempersiapkan perkembangan bayi yang akan dicapai nantinya.

  6. Refleks menggenggam (palmar grasp)

    Palmar grasp dipicu oleh tekanan oleh satu jari atau objek lain, seperti mainan, pada telapak tangan bayi. Bayi merespon dengan mengepalkan tangan dan mencoba meraih jari atau benda. Refleks ini muncul saat lahir dan berlangsung hingga bayi berumur 3 sampai 6 bulan.

    Bunda, Anda bisa mencoba mencari tahu semua refleks ini pada si kecil, tapi jangan cemas bila bayi tidak menunjukkan respon yang seharusnya, Anda mungkin tidak melakukan stimulus dengan baik atau bayi terlalu letih atau lapar untuk meresponnya. Bila Anda mencoba beberapa kali tanpa mendapat hasil yang diinginkan, periksakan si kecil ke dokter anak.

  7. Refleks Moro (refleks terkejut)

    Sebagian bayi kadang terkejut sebagai respon untuk suara bising, gerakan tiba-tiba, atau sensasi terjatuh ketika Anda meletekkan tubuh bayi di tempat tidur. Bayi akan mengencangkan tubuh, merentangkan lengan, membuka telapak tangan yang biasanya mengepal, menarik lutut, lalu kembali mengepalkan tangan, dan lengannya mendekat ke tubuh, seperti memberikan pelukan untuk dirinya sendiri.

    Refleks Moro menjadi usaha pertama bayi untuk melindungi dirinya dari bahaya. Refleks ini muncul sejak bayi lahir. Ketika usia bayi sekitar 6 minggu, ia mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih aman dengan lingkungannya. Refleks terkejutnya akan menurun dan perlahan hilang ketika ia mencapai usia 4 sampai 6 bulan. Bila bayi terkejut hingga terbangun, coba bedong tubuhnya agar ia merasa lebih aman.

    Kondisi abnormal pada refleks Moro biasanya diketahui oleh dokter anak. Tapi bila Anda melihat sesuatu yang tidak wajar, segera hubungi dokter. Bila bayi tidak bereaksi, ini bisa berarti terjadi kerusakan pada otak, sumsum tulang belakang, atau cedera lain. Dokter akan melakukan tes untuk mengetahui apa yang terjadi.

    Ketika refleks Moro terjadi, bayi mengalami dua fase reaksi. Fase pertama, bayi akan mengalami seperti yang digambarkan sebagai sensasi jatuh bebas, dimana bayi bereaksi dengan mengangkat dan merenggangkan lengan dan bahkan menghembuskan nafas. Di fase kedua, bayi akan menekuk lengan dan kaki dekat ke tubuhnya.

    Refleks Moro terjadi untuk melindungi bayi baru lahir di tahap awal perkembangan bayi. Refleks ini bertindak sebagai alarm yang dipicu ketika bayi menerima informasi berlebih atau mendadak melalui indera.

    Respon tahap pertama membantu bayi bereaksi pada stimuli yang tidak menyenangkan. Fase kedua membantunya lekat pada siapapun yang dekat, seperti ibu, sebagai cara untuk melindungi diri dari terjatuh. Dua respon ini secara instink melindungi anak dari bahaya apapun yang terkait dengan rangsangan.

    Saat lahir semua bayi memiliki sistem saraf yang masih berkembang. Satu tanda perkembangan bayi sedang terjadi adalah ia mudah terkejut hingga usia 4 sampai 6 bulan ketika mengalami sensasi dunia baru yang tidak ia alami ketika ada di rahim.

Pemicu Refleks Moro

Refleks Moro dipicu oleh perubahan mendadak pada stimulasi indera. Ada banyak pemicunya tapi yang utama antara lain:

  • Suara bising

  • Sentuhan mendadak

  • Perubahan pada intensitas cahaya yang mendadak

  • Kejadian yang membuat bayi tidak seimbang seperti ketika ditempatkan di tempat tidur.

Ketiadaan refleks Moro bisa mengindikasikan masalah pada sistem saraf bayi. Masalah ini bisa diperiksa oleh dokter anak selama kunjungan pemeriksaan. Saat lahir dokter akan memeriksa refleks Moro serta refleks lainnya.

Bila kehadiran refleks Moro normal, berarti tak ada yang perlu Anda khawatirkan, meski ketika bayi terkejut disertai tangisan yang akan terasa mengganggu bila terjadi selama ia tidur. Bayi yang sedang tenang tidur bisa terbangun dan butuh waktu untuk kembali tertidur sehingga ini mengganggu jadwal Anda juga.

Biasanya di usia 6 minggu otot leher bayi semakin kuat dan keseimbangan serta kemampuan untuk menopang diri mulai berkembang. Ini awal dari perkembangan refleks Moro.Di usia 4 sampai 6 bulan, refleks Moro benar-benar hilang. Ini juga menjadi waktu di mana bayi memiliki lebih banyak kontrol pada gerakannya dan ia mulai bisa berguling.

Menenangkan Bayi Yang Mengalami Refleks Moro 

Bayi yang mengalami refleks Moro akan tenang dengan mudah bila lengannya direnggangkan dan kaki ditarik mendekat ke tubuhnya serta digendong hingga ia tenang. Di sinilah manfaat membedong bayi terlihat. Bedong adalah kain yang membungkus tubuh bayi dan menahan lengan dan tangannya dekat ke tubuh sehingga mencegah bayi terbangun selama terjadi refleks Moro. Bedong juga membantu menciptakan lingkungan yang biasa dirasakan bayi sebelum lahir, yakni di dalam rahim.

Tanda Bayi Sudah Terlalu Besar Untuk Dibedong

Kapan waktu yang tepat untuk berhenti membedong bayi? Jawabannya, setelah Anda menemukan tanda transisi bedong pada bayi.

Meski waktu tepatnya bisa bervariasi pada tiap bayi, diantara usia 4 hingga 6 bulan bayi akan menunjukkan tanda kalau sudah waktunya berhenti menggunakan bedong. Ketika bayi mulai melakukan hal berikut, jadi petunjuk untuk Anda perlu mulai melakukan transisi dari bedong:

  • Peningkatan aktivitas dan mengeluarkan lengan dari bedong di tengah tidurnya.

  • Mulai berguling karena peningkatan kekuatan lengan dan leher.

  • Sering terbangun di tengah malam setelah sebelumnya tidur dengan tenang.

  • Terlalu banyak bergerak sehingga tidak bisa dibedong sepanjang malam.

  • Melawan ketika dibedong dan ingin satu atau dua lengan tidak dibedong.

  • Penurunan atau tidak ada lagi refleks Moro.

Setelah tahu waktu untuk berhenti membedong, penting untuk Anda membuat perencanaan agar proses transisi dari bedong jadi mudah. Untuk memandu Anda, berikut ini langkah sederhana yang bisa Anda ikuti tiap hari untuk berhasil melewati transisi dari membedong ke selimut bedong (wearable blanket) dalan sekitar 7 hingga 10 hari.

Langkah Transisi Dari Membedong

Seperti ketika Anda butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan rutinitas tidur yang baru, kasur baru, atau bantal baru, bayi juga butuh waktu untuk menyesuaikan diri untuk tidak lagi menggunakan bedong.

Proses transisi akan sangat bermanfaat baik untuk Anda dan bayi. Untuk masa transisi ini setidaknya dibutuhkan waktu 7 hingga  10 hari, tapi tiap bayi berbeda, jadi bisa lebih cepat atau lebih lama. Tiap orangtua yang bayinya nyaman dibedong perlu mengikuti langkah berikut sebelum si kecil terlalu besar untuk dibedong dan mengganggu istirahat malamnya.

Membedong dengan tangan bayi bisa bergerak bebas

Di usia 4 bulan bayi mulai menunjukkan tanda kalau ia terlalu besar untuk dibedong. Peningkatan gerak, bedong selau berantakan, atau berguling jadi beberapa tanda umum kalau bayi siap untuk transisi dari bedong.

Setelah melihat petunjuk ini, perlahan ganti teknik membedong Anda dengan membedong tubuh bayi tapi satu lengannya di luar bedong. Kenapa hanya satu lengan? Untuk berjaga jika refleks Moro masih terjadi. Lengan yang dekat pada tubuh akan memberi perlindungan yang cukup dari gangguan yang disebabkan oleh hentakan kedua lengan yang terjadi ketika tanpa bedong. Coba lakukan ini selama 2 sampai 3 malam.

Bila tidak ada refleks Moro atau bayi terbiasa tidur dengan satu lengan di luar bedong, Anda bisa membedong dengan kedua lengan di luar. Coba ini 2 sampai 3 malam. Tiap bayi berbeda, jadi langkah ini bisa hanya butuh beberapa hari atau bisa butuh waktu seminggu. Bersabar ya Bunda.

Setelah mencoba satu lengan atau kedua lengan, bayi akan memberi tahu Anda apakah ia nyaman dengan kondisi barunya. Pertama-tama, lakukan ini selama waktu tidur siang agar Anda bisa mengobservasi responnya.

Bila bayi masih menunjukkan tanda refleks Moro, tidak bisa tidur sama sekali, atau masih terbangun beberapa kali selama tidur, mungkin terlalu dini baginya untuk transisi ini. Coba bedong kembali selama beberapa minggu, dan kemudian coba lagi. Di awal, wajar bila si kecil butuh waktu sedikit lebih lama untuk tertidur tapi ini akan berubah setelah beberapa hari.

Ingat ya Bunda, refleks yang kembali muncul setelah sebelumnya hilang perlu diwaspadai. Bila khawatir tentang perkembangan bayi, Anda bisa meminta dokter memeriksa refleks ini. Semua refleks yang dijelaskan di atas muncul sejak lahir dan ini normal. Anda tidak perlu melakukan apapun untuk membantu perkembangan bayi ini meningkat atau hilang. Anda kemungkinan menyaksikan refleks ini dalam interaksi sehari-hari dengan bayi, dan ini bisa jadi hal menyenangkan untuk dilihat. Seiring waktu, refleks akan secara alami menghilang. Bicara pada dokter bila Anda melihat gerakan atau refleks yang tidak terlihat normal bagi Anda.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram