Si Kecil Alami Katarak Kongenital? Bisa Sembuh Nggak, Ya?
Secara sederhana, katarak kongenital adalah cacat lahir yang dialami si kecil dengan kondisi lensa mata keruh atau buram sejak dilahirkan. Katarak bisa terjadi hanya di salah satu mata (unilateral) atau keduanya (bilateral).
Siapa saja bisa mengalami kondisi ini, tak terkecuali bayi. Katarak kongenital pada bayi bila tidak segera mendapat penanganan tepat, maka akan menyebabkan si kecil sulit melihat objek di sekitarnya dengan jelas.
Dikutip dari Stanford Medicine Children's Health, sebagian besar katarak kongenital pada bayi sejak lahir terjadi bersamaan dengan masalah mata atau kesehatan lainnya. Jenis katarak ini mungkin berasal dari faktor genetik.
Di sisi lain, katarak kongenital juga bisa terjadi karena masalah kromosom, seperti down syndrome. Berdasarkan hasil riset American Academy of Ophthalmology, kemungkinan munculnya katarak kongenital pada bayi, yaitu sebesar 5%-20% dari total kelahiran bayi di seluruh dunia.
Lantas, apakah penyebab katarak kongenital? Bagaimana cara mengetahui ada atau tidaknya kondisi ini pada si kecil yang baru lahir? Simak penjelasan selengkapnya di sini.
Penyebab katarak kongenital
Jika pada orang lanjut usia (lansia), katarak disebabkan oleh faktor usia. Namun, bagaimana dengan katarak kongenital pada bayi? Dilansir dari laman Very Well Health, katarak kongenital disebabkan oleh faktor genetik, infeksi tertentu, masalah metabolisme, diabetes, peradangan, atau reaksi obat.
Perlu diketahui, beberapa antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi pada ibu hamil dapat menyebabkan katarak kongenital pada bayi baru lahir. Wah, nggak heran kalau selama hamil, kita harus berhati-hati saat hendak mengonsumsi obat-obatan tertentu ya, Bu.
Katarak dapat terbentuk selama kehamilan jika seorang Ibu mengalami infeksi seperti campak atau rubella, cacar air, herpes simpleks, herpes zoster, poliomielitis, influenza, sifilis, maupun toksoplasmosis.
Tanda dan gejala katarak kongenital
Katarak tidak selalu terlihat, tetapi Ibu dan Ayah bisa mengenali tanda dan gejala katarak kongenital. Dikutip dari WebMD, katarak kongenital biasanya terlihat seperti bintik putih atau abu-abu atau pantulan di dalam pupil.
Akan tetapi, ada pula kasus katarak kongenital pada bayi yang tidak disertai tanda fisik tersebut. Untuk itu, Ibu dan Ayah juga perlu waspada jika si kecil cukup sensitif terhadap cahaya terang dan sulit memfokuskan pandangannya.
Gejala ini bisa menjadi penanda kemungkinan si kecil mengalami katarak. Jadi, pastikan untuk selalu memeriksa kondisi penglihatan si kecil secara teratur.
Langkah medis yang perlu dilakukan
Apabila Ibu dan Ayah menemukan tanda atau gejala katarak kongenital pada si kecil, pastikan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Pada tahap awal, umumnya pemeriksaan meliputi tes cahaya di kedua mata, dan pemeriksaan tekanan bola mata terhadap dinding mata (tekanan intraokular).
Selanjutnya, dokter akan melakukan operasi katarak, jika seluruh bagian lensa mata tertutupi. Menurut pakar ilmu penyakit mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, operasi perlu dilakukan sedini mungkin pada anak yang mengalami katarak kongenital untuk mencegah masalah penglihatan lain yang lebih serius, termasuk kebutaan pada anak.
Setelah menjalani operasi pun, anak perlu melakukan rehabilitasi visual. Anak juga perlu diberikan kacamata khusus untuk mencegah ambliopia atau mata malas. Dengan begitu, penglihatan si kecil bisa lebih jelas.
Tips menghadapi si kecil yang mengalami katarak kongenital
Setiap orang tua tentu ingin anaknya terlahir dalam keadaan sehat dan sempurna. Namun, apabila memang harus menghadapi situasi yang berbeda sebaiknya Ibu dan Ayah perlu berlapang dada.
Lebih penting untuk fokus pada penyembuhan si kecil. Beberapa tips berikut bisa membantu orang tua yang memiliki anak dengan katarak kongenital.
1. Bersikap tenang dan santai di hadapan si kecil
Meskipun masih bayi, si kecil memiliki ikatan batin yang kuat terhadap kedua orang tuanya, terutama Ibu. Oleh karena itu, tetaplah bersikap tenang dan santai di hadapan si kecil yang mengalami katarak kongenital.
Hal ini akan sangat berpengaruh pada si kecil, karena jika Ibu dan Ayah panik maka anak bisa merasa tidak nyaman dan lebih rewel.
2. Mengambil langkah proaktif
Si kecil yang masih bayi belum bisa mengeluhkan kondisi penglihatannya. Bahkan, ia mungkin tidak tahu jika ada yang salah dari penglihatannya.
Satu-satunya yang bisa dilakukan sebagai orang tua adalah, bersikap proaktif. Artinya, selalu periksa kondisi mata si kecil dan waspada jika ada kejanggalan yang muncul pada indera penglihatannya. Segera hubungi dokter untuk mendapat pemeriksaan yang tepat.
3. Jangan ragu meminta bantuan
Selain dokter, Ibu dan Ayah mungkin juga memerlukan dukungan tambahan dari orang-orang sekitar baik secara riil maupun materiil. Untuk itu, jangan ragu meminta bantuan jika mengalami kesulitan.
Pastikan untuk meminta bantuan dari orang yang tepat, sehingga tidak menambah beban pikiran Ibu dan Ayah nantinya.
4. Abaikan pandangan negatif orang lain
Tentu saja, tidak semua orang bisa menerima kondisi si kecil yang mengalami katarak kongenital. Mungkin akan ada pandangan atau omongan negatif yang muncul, tapi pastikan untuk mengabaikan hal tersebut. Tetaplah fokus pada kondisi si kecil dan upaya pengobatan yang harus dilakukan untuknya.
Editor: Aprilia