Ibupedia

Waspada! 7 Penyebab Keracunan ASI Ini Sering Disepelekan

Waspada! 7 Penyebab Keracunan ASI Ini Sering Disepelekan
Waspada! 7 Penyebab Keracunan ASI Ini Sering Disepelekan

Keracunan ASI bisa dialami oleh bayi, lho! Terutama bila ia sedang sangat aktif menyusu. Penyebab keracunan ASI juga cukup beragam, namun Ibu tak perlu khawatir akan hal ini karena masih dapat dicegah dan diatasi dengan berbagai macam cara.

Apalagi, mengingat saat ini, ASI masih menjadi makanan dengan nutrisi terbaik untuk bayi di bawah enam bulan hingga dua tahun. Meskipun begitu, susu formula tetap diperbolehkan jika memang tidak memungkinkan untuk memberi ASI perah pada si kecil.

Melalui artikel ini akan dibahas mengenai penyebab keracunan ASI, bagaimana cara mengatasinya, apa ciri anak keracunan ASI perah, dan bagaimana penyimpanan ASI yang baik dan benar agar tetap layak dikonsumsi untuk buah hati tercinta. 

Penyebab keracunan ASI pada si kecil


ASI mengandung banyak komponen penting yang bagus untuk tubuh si kecil, seperti komponen imunologi dan enzim. Keracunan ASI dapat diketahui dari tampilan, rasa, hingga bau yang ditumbulkan oleh ASI yang disimpan.

Melansir dari laman Vinmec International Hospital, berikut ini merupakan penyebab keracunan ASI yang paling sering terjadi pada bayi Ibu:

1. Tidak memperhatikan kebersihan dan kesterilan perlengkapan menyusui

Penyebab keracunan ASI dapat bemula sesaat setelah ASI dipompa, lho Bu. Hal ini dikarenakan alat-alat yang digunakan untuk memompa ASI kemungkinan tidak dalam kondisi bersih atau steril.

Jika Ibu merupakan salah satu pejuang ASI yang sering pumping, maka yang benar-benar harus diperhatikan kebersihannya adalah:

  • Alat pompa ASI beserta kelengkapannya
  • Nipple shield bila menggunakannya
  • Botol ASI atau kantong ASI
  • Apron menyusui
  • Cooler bag ASI.

Pastikan semua perlengkapan tersebut dicuci dengan bersih dan disterilkan supaya penyebab keracunan ASI pada bayi tidak terjadi.

2. Penyimpanan ASI yang kurang tepat


Penyebab keracunan ASI yang juga kerap kali ditemui adalah, tempat penyimpanan ASI yang kurang tepat. Penyimpanan ASI ternyata tidak bisa sembarangan, melansir dari laman Mom Loves Best, berikut ini teknik penyimpanan ASI yang bisa menjadi panduan:

  • Suhu ruangan: 4 jam (ideal) hingga 6 jam (diperbolehkan)
  • Kulkas (tidak diletakkan pada area pintu): 72 jam (ideal) hingga 8 hari (diperbolehkan)
  • Freezer kulkas: 3-6 bulan
  • Freezer khusus: 6-12 bulan.

Ibu bisa juga menggunakan teknik The Rule of Six, yaitu:

  • 6 jam pada suhu ruangan biasa
  • 6 hari di kulkas
  • 6 bulan pada freezer.

ASI yang hanya diletakkan di suhu ruangan biasa (27-32 derajat celcius) sesaat setelah dipompa hanya tahan 3-4 jam saja. Sementara itu bila ASI sudah dicairkan sebaiknya tidak disimpan lagi ke dalam kulkas, dan harus segera diminum supaya penyebab keracunan ASI tidak terjadi.

3. Sering membuka dan menutup lemari es


Ada yang menyarankan agar ASI disimpan pada freezer khusus ASI yang terpisah dengan lemari es di rumah, supaya ASI tetap terjaga kualitasnya. Namun tentu saja, hal ini bikin Ibu harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli atau menyewa freezer baru, dan tentunya menambah biaya listrik.

Sering membuka dan menutup lemari es akan membuat kualitas susu menurun, sehingga penyebab keracunan ASI mungkin bisa terjadi.

4. Terlalu lama menyimpan ASI di dalam kulkas atau freezer

Keracunan ASI dapat disebabkan karena ASI disimpan terlalu lama. Hal ini menyebabkan kandungan gizi, vitamin C, dan mineralnya akan semakin berkurang. Sebaiknya ikuti aturan cara penyimpanan ASI yang tepat dan kapan sebaiknya diberikan untuk si kecil.

5. Pengisian ASI yang terlalu penuh 

Pengisian ASI pada botol atau kantong ASI yang berlebihan, juga dapat menjadi penyebab keracunan ASI karena kualitasnya menurun. ASI yang diisikan terlalu penuh dalam botol dan kantongnya, dapat membuatnya mengembang saat dibekukan.

Kondisi inilah yang menyebabkan ASI mudah kadaluarsa. Para ahli umumnya merekomendasikan pengisian ASI sekitar tiga perempat dari botol atau kantong ASI yang digunakan.

6. Pencampuran ASI segar dengan ASI yang sudah lama disimpan


Hindari mencampurkan ASI yang baru saja di pompa dengan ASI yang sudah lama disimpan di dalam kulkas. Hal ini akan menjadi penyebab keracunan ASI, yang berbahaya bagi si kecil karena perbedaan suhu antara keduanya akan mempengaruhi kualitas dari ASI tersebut.

7. Cara menghangatkan ASI yang tidak tepat

Hindari menghangatkan ASI melalui microwave secara langsung, karena gelombang mikro dapat menyebabkan beberapa antibodi dalam ASI hancur sehingga kualitasnya tidak baik. Cara menghangatkan ASI yang benar adalah, dengan meletakkan botol atau kantong ASI pada wadah berisi air panas dan biarkan suhunya merata.

Ciri anak keracunan ASI perah


Ciri anak keracunan ASI perah dapat diperhatikan melalui tingkah laku bayi. Melansir dari laman Mom Junction, berikut ini merupakan ciri anak keracunan ASI perah yang harus diperhatikan:

  • Adanya penolakan saat menyusu disertai dengan rewel
  • Sering gumoh atau muntah karena saluran cernanya terganggu
  • Mengalami demam hingga diare (periksa suhu tubuh si kecil)
  • Terjadi infeksi parah sehingga menyebabkan masalah kesehatan lainnya
  • Mengalami dehidrasi parah (popok kering, urin gelap, sering mengantuk atau loyo)
  • Mengalami sakit perut, kembung, dan sebagainya.

Jika ciri anak keracunan ASI ini tampak jelas pada si kecil, ada baiknya Ibu segera memeriksakannya pada dokter langganan untuk penanganan lebih tepat.

Cara mengatasi keracunan ASI pada anak

Cara mengatasi keracunan ASI pada anak yang pertama kali adalah tidak panik, tetap tenang, dan pantau terus reaksi si kecil. Melansir dari laman Mama of Five, cara mengatasi keracunan ASI pada bayi bisa dilakukan dengan cara, membiarkannya memuntahkan seluruh ASI yang sudah ia minum.

Jika sudah muntah, kemungkinan si kecil akan lebih tenang. Namun, Ibu sebaiknya tetap harus memantau reaksi anak apakah ada diare atau muntah berkelanjutan. Bila ini terjadi, maka Ibu harus segera membawanya ke dokter untuk mencegah dehidrasi.

Editor: Aprilia 

Follow Ibupedia Instagram