Waspadai Sindrom Sheehan, Incar Ibu Melahirkan
Terjadinya perdarahan usai melahirkan rupanya memicu sindrom Sheehan. Sindrom Sheehan adalah kelainan yang disebabkan rusaknya kelenjar pituitari. National Organization for Rare Disorders menjelaskan bahwa perdarahan hebat ini akan membuat suplai darah ke kelenjar pituitary berkurang sehingga kadar oksigennya juga berkurang. Sel pituitari ini kemudian akan rusak atau bahkan mati. Tak hanya perdarahan, tekanan darah yang sangat rendah selama atau setelah melahirkan juga menjadi pemicu terjadinya sindrom Sheehan.
Mengenal Kelenjar Pituitari
Kelenjar Pituitari merupakan kelenjar yang memproduksi hormon pituitari. Hormon pituitari ini menstimulasi beberapa hormon penting bagi wanita, seperti:
- Hormon pertumbuhan, yang mengontrol pertumbuhan tulang dan jaringan serta menyeimbangkan otot dan jaringan lemak;
- Hormon stimulus tiroid, yang menstimulasi kelenjar tiroid untuk melancarkan metabolism tubuh;
- Hormon luteinisasi, yang pada wanita memproduksi estrogen, pengatur siklus menstruasi;
- Hormon stimulus folikel, yang bekerjs sama dengaqn hormon luteinisasi dalam menstimulasi produksi sel telur dan mengatur masa kesuburan wanita;
- Hormon adrenokortikotropik, yang menstimulasi kelenjar adrenal untuk memproduksi kortisol dan beberapa hormon lainnya. Kortisol berperan dalam mengendalikan stress dan mempengaruhi fungsi tubuh seperti fungsi jantung, sistem imun, dan tekanan darah; dan
- Hormon Prolaktin, yang bertugas dalam memproduksi ASI.
Coba bayangkan apabila fungsi kelenjar pituitary terganggu, maka fungsi-fungsi yang berkaitan dengan masa subur, siklus menstruasi, bahkan produksi ASI akan terganggu.
Faktor Penyebab Perdarahan Hebat
Dilansir dari Healthline. Perdarahan yang akan membawa Ibu melahirkan pada kemungkinan Sindrom Sheehan disebabkan oleh beberapa jenis faktor, diantaranya:
- Placenta Abruption, atau istilah lainnya adala Solusia placenta, yaitu keadaan di mana placenta terlepas dari rahim sebelum bayi dilahirkan;
- Placenta previa, yaitu keadaan di mana plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir;
- Melahirkan bayi dengan berat badan 4kg lebih atau melahirkan bayi kembar;
- Preeklampsia, yaitu keadaan di mana Ibu mengalami tekanan darah tinggi semasa kehamilan; dan
- Penggunaan mesin vakum saat melahirkan.
Dengan faktor risiko diatas, Ibu mungkin saja mengalami perdarahan saat atau setelah melahirkan bayi. Sehingga terjadinya Sindron Sheehan juga berpotensi besar. Sindrom Sheehan dapat terjadi langsung setelah melahirkan, bisa juga terjadi beberapa tahun setelah melahirkan. Salah satu gejalanya adalah kelelahan. Bagi Ibu baru, kelelahan sudah pasti terjadi, sehingga banyak Ibu yang mengalami Sindrom Sheehan tidak menyadari apa yang sedang terjadi pada dirinya. Sindron Sheehan termasuk kasus langka yang biasanya terjadi di Negara berkembang yang minim fasilitas kesehatan. Negara-negara yang sudah memiliki kemajuan dalam bidang medis memiliki sangat jarang kasus sindron Sheehan.
Gejala yang Dialami Ibu
Mari cermati beberapa gejala penanda Sindrom Sheehan berikut ini:
- Tidak dapat menyusui. Meski sudah berusaha melakukan berbagai macam cara untuk menaikkan produksi ASI, Ibu yang mengalami sindrom Sheehan tidak dapat menyusui bayi karen tidak adanya hormon prolaktin sebagai pembuat ASI;
- Siklus menstruasi tidak teratur, bahkan tidak menstruasi sama sekali. Ini disebabkan adanya gangguan pada hormon luteinisasi dan hormon stimulus folikel;
- Penambahan berat badan, karena hormon tiroid pengatur metabolisme rusak;
- Mudah kedinginan. Dingin yang dirasakan juga diluar batas kewajaran. Ini juga karena pengaruh rusaknya hormon tiroid;
- Fungsi mental melemah;
- Rambut pada ketiak dan area vagina sulit tumbuh;
- Lemah dan kelelahan;
- Adanya flek halus di area mata dan bibir;
- Payudara menyusut;
- Kulit kering;
- Nyeri sendi;
- Hasrat seks menurun;
- Gula dan tekanan darah rendah; dan
- Detak jantung yang tidak beraturan.
Beberapa gejala ini tampak seperti gejala kurang tidur atau kurang istirahat saja. Sehingga Ibu setringkali tidak menyadari tengah mengalami Sindrom Sheehan.
Hal yang paling parah dari Sindrom Sheehan ini adalah kekurangan adrenal, si pembuat kortisol. Kondisi ini disebut Mayo Clinic sebagai kondisi yang mengancam nyawa karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah drastic, syok pada pembuluh darah, koma bahkan kematian.
Bagaimana Mendeteksi Adanya Sindrom Sheehan?
Memeriksakan diri sesegera mungkin pada Dokter adalah langkah yang baik. Dokter akan menanyakan riwayat kehamilan dan perdarahan saat melahirkan. Biasanya juga akan dilakukan tes darah untuk memastikan kadar hormon yang dihasilak kelenjar pituitari. CT-Scan dan MRI juga mungkin dilakukan dalam usaha mendeteksi adanya sindrom Seehan. Dokter juga akan meyuntikkan hormon untuk melihat apa reaksi kelenjar pituitari terhadap hormon yang berbeda.
Bila Sudah Terkena Sindrom Sheehan, Apa yang Harus Dilakukan?
Bila Ibu sudah positif mengalami sindrom Sheehan, artinya akan dilakukan terapi yang menunjang absennya beberapa hormon yang diproduksi pada kelenjar pituitari. Diantaranya adalah dengan disuntikkan corticosteroids (pengganti hormone adrenalin), levothyroxine (meningkatkan hormon pada kelenjar tiroid), estrogen dan progesteron, hormone luteinisasi dan stimulus folikel (untuk menstimulasi pembuahan), serta hormone pertumbuhan. Biasanya, Ibu yang mengalami sindron Sheehan akan ditangani langsung oleh Dokter spesialis Endokrinologi dan dipantau secara regular kadar hormonnya melalui tes darah.
Adakah Langkah Pencegahan Sindron Sheehan?
Dari sisi medis, langkah pencegahan sindrom Sheehan dilakukan dengan memperbarui ilmu dan fasilitas medis untuk membantu mengurangi risiko terjadinya perdarahan saat atau setelah melahirkan. Sedangkan dari sisi Ibu hamil, menjaga kehamilan tetap optimal dengan rutin berolahraga ringan, menjaga asupan makanan bernutrisi, istirahat cukup dan kurangi stres, dapat membantu menekan kemungkinan terjadinya komplikasi melahirkan. Jika komplikasi melahirkan ditekan, maka risiko perdarahan pun berkurang. Sehingga sindrom Sheehan pun dapat dihindari.
Penulis: Mega Pratidina Putri
Editor: Dwi Ratih