Ibupedia

10 Hal yang Wajib Ayah Lakukan di Momen Menyapih Anak

10 Hal yang Wajib Ayah Lakukan di Momen Menyapih Anak
10 Hal yang Wajib Ayah Lakukan di Momen Menyapih Anak

Menyusui adalah sebuah proses yang tidak hanya melibatkan kontak fisik antara Ibu dan bayi, tetapi juga kontak batin antara keduanya. Menyusui secara eksklusif dilakukan pada usia 0-6 bulan. Kemudian menyusui bisa dilanjutkan bersama dengan makanan pendamping hingga usia 2 tahun. Namun, apabila tiba saatnya anak mencapai usianya yang ke-2, menyapih anak menjadi hal yang perlu dipertimbangkan oleh orang tua, baik Ibu maupun Ayah.

Menyapih anak adalah sebuah keputusan yang menguras emosi. Ibu dan anak-lah yang seharusnya memutuskan kapan akan mulai berhenti menyusu pada payudara. Namun, bukan berarti Ayah tidak bisa ikut andil dalam proses ini. Sama halnya dengan saat masa menyusui, peran Ayah juga dibutuhkan dalam proses menyapih anak. Lantas, apa saja yang perlu Ayah lakukan untuk mendampingi Ibu dan anak dalam proses menyapih ini? Yuk, simak terus penjelasan ini ya!

  1. Kenali Dulu Tentang Bonding Menyusui

    Saat memutuskan untuk menyapih anak, ada dua hal yang akan dilibatkan, yakni ikatan fisik dan ikatan batin. Ikatan fisik akan bisa diambil alih oleh Ayah dengan beberapa cara. Sedangkan ikatan batin antara Ibu dan bayi mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dialihkan. Ayah perlu mengetahui bahwa bonding menyusui juga dilatarbelakangi oleh rasa nyaman yang diperoleh bayi saat menyusu. Bayi merasa tenang dan nyaman karena didekap, merasakan sentuhan, dan mendengarkn detak jantung Ibu. Aroma khas Ibu dan suara detak jantung adalah hal yang bayi kenal sejak dalam kandungan. Untuk itu, menyapih anak akan sedikit lebih menguras kesabaran di bagian ikatan batin.

    Ayah tentu bisa menawarkan pelukan hangat juga sebagaimana Ibu melakukannya, tapi tetap tidak bisa disamakan dengan dekapan Ibu. Ayah perlu mengetahui tentang adanya ikatan ini agar bisa memaklumi dan lebih bersabar saat turut serta dalam proses menyapih anak, sehingga Ayah pun punya bonding kuat dengan si kecil.

  2. Lakukan Distraksi

    Menurut laman Fatherly, senjata utama Ayah untuk membantu menyapih anak adalah distraksi atau pengalih perhatian. Ayah dikenal cakap dalam mengalihkan perhatian anak saat ia mulai merengek minta ASI. Ibu akan terus dikejar oleh anak jika Ayah tidak melakukan distraksi. Untuk itu, Ayah bisa menarik perhatian si kecil dengan mengajaknya bermain. Permainan yang dengan cepat akan mengalihkan perhatian anak akan sangat disukai dan membutuhkan tenaga ekstra saat melakukannya. Contoh paling sederhana adalah permainan fisik seperti main kuda-kudaan di punggung Ayah, main pesawat terbang di tengkuk Ayah, atau kegiatan lain seperti berkebun, membersihkan taman, dan memberi makan hewan peliharaan.

    Distraksi ini haruslah menyibukkan anak, agar ia bisa sekejap lupa rutinitasnya menyusu pada Ibu.

  3. Lebih Dekat dengan Si Kecil

    Karena menyusui adalah momen kedekatan anak dengan Ibu, maka saat menyapih anak, Ayah disarankan untuk dekat dengan anak. Dekat secara fisik agar ia tak kembali mencari Ibunya, serta minta pasangan sementara menghilang dari pandangan saat anak bersama Ayah. Hal ini akan membantu anak untuk kenal dengan situasi yang baik-baik saja meski tidak ada Ibu. Anak diajarkan untuk tetap merasa aman dan nyaman meski tidak menyusu lagi pada Ibu.

  4. Gantikan Waktu Menyusu dengan Makan atau Minum

    Setelah mengalihkan perhatian anak, menyapih anak juga bisa dilakukan dengan substitusi ASI dengan makanan ringan tinggi kalori, minum air putih, jus atau susu formula. Pilihannya disepakati bersama antara Ibu dan Ayah, juga konsultasi ke dokter bila diperlukan. Jangan sampai Ayah memberikan anak susu formula tapi ibunya ingin memberikan makanan selingan saja.

    Bila memilih makanan sebagai pengganti, bisa saja lho kalau Ayah mengajak anak membantu  menyiapkan. Kegiatan menyiapkan cemilan bisa digunakan sebagai distraksi, hasilnya sebagai pengganti ASI. Bila memilih susu formula sebagai pengganti ketika menyapih anak, pastikan memberikannya dengan media yang sesuai, seperti sippy cup, straw cup,  atau gelas. Sebisa mungkin hindari menggunakan dot karena nantinya juga harus menyapih lagi dari dot.

  5. Ambil Alih Tugas Malam

    Anak yang menyusu langsung akan lebih kuat minum saat malam. Kondisi yang nyaman setengah tertidur membuat bayi bisa menyusu sambil tidur dan dengan jaminan kenyang. Tapi saat menyapih anak, menjadi tugas Ayah mengambil alih dalam memberikan bayi minum di kondisi setengah tidur. Tawarkan air putih atau susu, tergantung pilihan orang tua, lalu buat suara white noise agar anak kembali tidur. Gendong atau peluk anak sambil berbaring untuk menggantikan pelukan Ibu.

    Selama anak tidak membuka mata, sebaiknya Ibu diam saja dan biarkan Ayah yang mengambil alih. Agar anak tahu bahwa saat ini Ayah yang akan menenangkannya dan ia pun sudah harus berhenti menyusu pada Ibu. Perlu diingat bahwa mengambil alih tugas malam juga termasuk dengan persiapan menjelang tidur. Seperti buang air kecil, ganti popok, sikat gigi, berdoa dan atau membaca buku cerita. Di momen ini Ibu bisa sementara waktu tidak menampakkan diri. Karena jika ada Ibu, artinya ada kegiatan menyusu.

  6. Pelajari Cara Memberi Makan/Minum Pengganti ASI Saat Malam

    Mempelajari cara memberi makan/minum pengganti ASI saat malam perlu dilakukan Ayah agar saat anak sudah mulai rewel, Ayah tahu harus berbuat apa. Jika pilihan jatuh pada susu, siapkan dulu segala perangkatnya mulai dari air, gelas, dan sendok pengaduk agar tidak kelabakan saat anak mulai rewel. Disamping itu, menyapih anak dari payudara ke media gelas tentu memiliki perbedaan posisi minum. Gelas, sippy cup, dan straw cup bisa ditawarkan ke anak dalam posisi setegah duduk. Sangga kepala anak dengan lengan Ayah, dekatkan media pemberian minumnya, lalu biarkan anak menghabiskannya.

  7. Lakukan Sounding

    Di malam hari saat anak setengah tertidur atau di siang hari saat anak sedang fokus melakukan sesuatu, sounding anak bahwa dia perlu mencoba mengurangi frekuensi menyusu karena dia semakin dewasa dan akan tumbuh menjadi anak yang mandiri. Ayah juga bisa katakan bahwa meski Ibu berhenti menyusui, Ibu akan tetap mencintai dan menyayangi si kecil. Ayah juga perlu mengatakan bahwa ada Ayah yang akan mendampingi si kecil melalui momen ini karena Ayah juga menyanyangi dan mencintainya.

  8. Hindari Menekan Bayi dan Ibu Saat Proses Menyapih

    Proses menyapih anak tidak bisa dilakukan dengan buru-buru. Ayah tidak bisa menargetkan kapan anak harus berhasil disapih dan kapan Ibu harus benar-benar rela untuk menyapih anak. Bila Ayah menekan keduanya untuk segera selesai hanya karena Ayah sudah kelelahan, maka proses menyapih justru akan menyebabkan luka batin bagi Ibu dan anak. Dibikin santai dan menyenangkan ya, Yah.

    Mintalah Ibu untuk tidak langsung meniadakan aktivitas menyusui. Kurangi secara perlahan frekuensi dan durasi menyusu. Selain agar anak tidak terlalu patah hati, ini juga baik bagi payudara Ibu dalam mebaca sinyal untuk mengurangi produksi ASI. Sehingga bengkak dan mastitis bisa dihindari. Misal, di 3 hari pertama dari 30 menit jadi 15 menit. Dari 4 kali menjadi 3 kali. 3 hari kedua dari 15 menit menjadi 5 menit dan dari 3 kali menjadi 2 kali. Begitu seterusnya sampai anak berhasil disapih.

  9. Perluas Kesabaran

    Meski pulang kerja badan sudah remuk karena lelah, perluaslah kesabaran Ayah saat mendampingi Ibu menyapih anak.  Yakinlah bahwa proses ini tidak lama dan akan segera selesai.

  10. Berikan Dukungan Emosional Pada Ibu

    Terkadang nggak cuma anak yang patah hati saat proses menyapih, Ibu juga begitu. Ibu bisa jadi sangat melankolis jika tahu-tahu anak sudah tidak lagi menyusu. Ibu jadi gampang menangis karena merasa seolah tidak lagi dibutuhkan anak. Ayah bisa memberi dukungan secara emosional pada Ibu dengan mengapresiasi semua usaha Ibu karena berhasil menyusui anak. Selanjutnya katakan bahwa Ibu akan selalu dicintai oleh anak meski sudah tidak lagi menyusu. Pelukan hangat juga akan membantu Ibu mengembalikan moodnya yang sedang tidak stabil. Apalagi kalau ditambah dengan jalan-jalan dan makan makanan favorit.

Proses menyapih anak perlu dilakukan dengan kerjasama antara kedua orangtua dan anak. Karena pada dasarnya, keluarga adalah sebuah tim, maka setiap anggota memiliki peran penting untuk menyukseskan tujuan bersama. Maka peran Ayah dalam proses menyapih anak tak kalah pentingnya dengan Ibu dan anak yang telah melalui proses itu berdua.

Penulis: Dwi Ratih