Ibupedia

11 Hal Yang Tak Boleh Dilontarkan Pada yang Belum Punya Anak

11 Hal Yang Tak Boleh Dilontarkan Pada yang Belum Punya Anak
11 Hal Yang Tak Boleh Dilontarkan Pada yang Belum Punya Anak

Mungkin, Ibu dengan sengaja atau pun tidak, pernah melontarkan komentar atau pertanyaan tertentu pada orang yang belum diberikan keturunan. Mungkin, Ibu sekadar ingin berbasa-basi atau bertanya tanpa tendensi. Apalagi jika orang tersebut, cukup dekat dengan Ibu, mungkin maksud hati, Ibu ingin memberi saran untuk membantu. Di balik ketidaksengajaan atau niat baik itu, ada komentar dan pertanyaan yang nggak seharusnya Ibu lontarkan pada keluarga atau teman yang belum punya anak. Apa contohnya?

  1. "Sudah hamil atau belum?"

    Ini adalah pertanyaan yang paling sering dilontarkan oleh orang sekitar setelah kita menikah dan belum punya anak. Pertanyaan ini juga seringkali dilontarkan sebagai permulaan, yang selanjutnya, seseorang akan melanjutkan dengan sederet pertanyaan dan komentar ‘pedas’ lainnya.

    Pertanyaan lain yang serupa:
    "Sudah isi atau belum nih?"

  2. "Kapan, nih, kamu punya anak?"

    Serius, ini adalah salah satu pertanyaan yang paling ‘pedas’ di telinga mereka yang belum punya anak. Karena di balik pertanyaan ini, ada jawaban yang sederhana, yaitu, seseorang nggak akan pernah tahu kapan doanya yang satu ini dikabulkan. Manusia selayaknya berusaha, tapi tetap saja, loh, mendapatkan keturunan itu membutuhkan campur tangan Tuhan. Setuju?

  3. "Kenapa nggak mau mencoba program bayi tabung?"

    Ketika menjumpai seseorang yang sulit punya keturunan, mungkin Ibu bakal menyarankan untuk mengikuti program bayi tabung. Tahukah Ibu, bahwa ada pasangan yang belum punya anak, padahal mereka nggak punya hambatan kesehatan atau sangat minim, sehingga nggak disarankan untuk mengikuti program IVF. Program bayi tabung atau IVF, dulu, diperuntukkan bagi perempuan yang mengalami gangguan pada tuba falopi. Namun sekarang, IVF juga bisa dilakukan pada pasangan, di mana produksi sperma si suami tidak mencukupi untuk mendapatkan kehamilan, perempuan yang menderita endometriosis, memiliki jaringan parut pada saluran atau ovarium, dst.

    Salah satu alasan utama pasangan nggak melakukan program ini, adalah biayanya. Biaya program bayi tabung di Indonesia bisa dibilang sangat mahal. Belum lagi, kemungkinan biaya lain yang mesti dikeluarkan sebagai pendahuluan dari mengikuti program. Misalnya, pasangan tersebut mesti menjalani pengobatan tertentu. Kemudian, betul memang, di beberapa negara lain, menyediakan program bayi tabung dengan harga yang lebih murah. Tapi, banyak hal lain yang juga mesti diperhitungkan, seperti biaya akomodasi. Selain itu, program IVF juga membutuhkan waktu, bahkan persiapan dan pengerjaannya membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Lamanya waktu yang dibutuhkan juga mungkin menyulitkan pasangan tersebut, terlebih jika mereka terikat pekerjaan atau punya kewajiban merawat anggota keluarga yang lain.

  4. "Kamu atau suami, mungkin ada yang tidak subur."

    Ketika Ibu atau Ayah mengomentari pasangan yang menurut kalian ‘nggak subur’, sadarkah bahwa pasangan tersebut, atau salah satu di antara mereka mungkin sedang mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan sulit hamil dan mereka sedang berusaha untuk sembuh? 

    Ada beberapa penyebab ketidaksuburan pada pria, misalnya dampak dari kanker dan pengobatannya. Mengalami gangguan pada penyaluran sperma, misalnya karena gangguan genetis, mengalami ejakulasi dini, ada penyumbatan pada testis, dst. Adanya gangguan pada produksi dan fungsi sperma, misalnya akibat cacat genetik, atau menderita penyakit lainnya. Faktor lain bisa disebabkan oleh paparan bahan kimia, asap rokok, cedera yang memengaruhi organ reproduksi, dst.

    Mayoclinic menjabarkan beberapa penyebab sulit hamil pada wanita misalnya, gangguan ovulasi, yang bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti mengalami polycystic ovary syndrome, hyperprolactinemia, hipertiroid, hipotiroid, dst. Rahim atau serviks yang tidak normal, seperti bentuk rahim yang nggak normal, terdapat polip atau tumor yang menghalangi pada saluran. Saluran tuba falopi yang tersumbat atau rusak. Mengalami menopause lebih awal. 

    Nah, ada banyak kemungkinan yang terjadi dibalik komentar Ibu atau Ayah yang dialami lawan bicara. Mungkin, mereka sedang dalam pengobatan, atau sudah berusaha berbagai macam pengobatan, bisa juga mereka terkendala biaya pengobatan.

    Pertanyaan serupa:
    "Dia menikah setelah kamu lho, sekarang sudah hamil."

  5. "Terlalu fokus bekerja, bikin kamu sulit hamil."

    Memang, banyak dokter yang akan menyarankan seseorang untuk nggak terlalu capek dan stress agar bisa (membantu) cepat hamil atau program hamil. Jika seseorang mengalami stress dan kurang istirahat (tidur), maka fungsi hormon akan menurun, termasuk di antaranya hormon yang terkait dengan reproduksi. 

    Di sisi lain, mungkin Ibu nggak mengetahui, bahwa ada alasan mengapa orang tersebut bekerja keras. Mungkin, ia adalah tulang punggung keluarga, atau sedang mengalami masalah keuangan sehingga harus bekerja ekstra. Jadi, belum tentu karena semata-mata orang tersebut terobsesi dengan karirnya ya.

  6. "Makan ini deh, aku dulu berhasil lho."

    Salah satu contoh makanan yang mungkin bakal Ibu sarankan adalah kurma muda. Kurma muda atau yang disebut dengan ‘rutab’ di negara asalnya ini, disebut-sebut bisa membantu agar cepat hamil. Contoh makanan lainnya adalah buah dzuriat. Mungkin, dulu Ibu berhasil hamil ketika sedang banyak mengonsumsi dua jenis makanan ini, padahal, kehamilan Ibu belum tentu ‘dibantu’ dengan makanan tersebut. Lagipula, baik kurma muda maupun buah dzuriat belum dipastikan memang memiliki manfaat terkait program hamil.

  7. "Coba ini deh, temanku akhirnya berhasil hamil."

    Komentar ini serupa dengan komentar di atas. Seringkali, kita memberi saran pada orang lain, sesuatu yang kita lakukan dan berhasi, misalnya melakukan urut (pijat) kandungan. Ada hal yang kita lupa, ketika kita bilang, ‘aku berhasil’ atau ‘temanku berhasil’, artinya hal tersebut belum tentu berhasil pada orang lain, karena setiap kondisi, tubuh, dan pandangan setiap orang berbeda-beda. Lagipula, apa yang sarankan, belum tentu sesuatu yang benar lho.

    Banyak referensi yang menyebutkan bahwa melakukan urut pada kandungan justru bisa menyebabkan cedera. Urut perut bisa menyebabkan organ-organ di dalamnya melekat, bahkan memungkinkan terjadinya internal bleeding yang bisa berakibat fatal.

  8. "Mungkin kamu kurang berdoa, sehingga lambat hamil."

    Ada beberapa hal yang semestinya nggak kita campuri, salah satunya urusan orang lain dengan Tuhan dan agamanya. Mungkin, karena lawan bicara Ibu nggak terlihat religius, bukan berarti ia nggak menjalankan agamanya dengan baik. Bicara soal doa, daripada memberi komentar, lebih baik Ibu turut mendoakan. Dengan menunjukkan dukungan, mungkin bisa memberi semangat pada teman Ibu.

  9. "Jangan menunda kehamilan, kamu sudah mulai berumur."

    Ini sama dengan pertanyaan, ‘Kapan mau menikah, kamu sudah mulai berumur’. Ada banyak hal mengapa seseorang menunda kehamilan. Misalnya, belum siap secara mental. Ketika belum siap secara mental, mungkin seseorang merasa khawatir akan kesulitan dalam merawat anak atau khawatir belum bisa menjadi orangtua yang baik. Alasan ke dua, adalah belum merasa mapan dalam keuangan. Mempunyai dan membesarkan anak bukan hal yang mudah, karena amat penting untuk kita mencukupi semua kebutuhannya dengan baik-baik. Mulai dari menyediakan gizi, hingga memikirkan biaya pendidikannya. Menunda kehamilan juga bisa disebabkan oleh alasan kesehatan. 

    Pertanyaan serupa: 
    "Kamu, kan, sudah lama menikah, kok belum hamil juga?"

  10. "Kenapa sih nggak mau punya anak?"

    Contoh, pasangan AB belum punya anak setelah sekian lama menikah dan diketahui mapan secara keuangan. Melihat hal ini, biasanya orang akan berpikir, kenapa pasangan tersebut nggak mengikuti program bayi tabung atau bahkan mengadopsi anak? Ada beberapa alasan pasangan enggan memiliki keturunan. Misalnya, memang mereka memilih untuk tidak memiliki anak, ingin mengejar karier impian, tidak mampu secara finansial, dst. Alasan yang memungkinkan lainnya adalah trauma. Trauma ini bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti mengalami dampak buruk perceraian orangtua, memiliki trauma dengan single parent, pernah mengalami pelecehan seksual sehingga seseorang tidak mampu melakukan hubungan badan atau memiliki ingatan masa kecil yang buruk dengan orangtuanya.

    Pertanyaan serupa: 
    "Kamu belum menjadi wanita sepenuhnya kalau belum punya anak."

  11. "Kamu belum punya anak, jadi kenapa khawatir soal keuangan?"

    Siapa bilang masalah keuangan mungkin datang hanya ketika seseorang sudah menikah dan punya anak? Keuangan ‘mampir’ di seluruh hal dalam kehidupan. Contoh, seseorang atau pasangan mesti memenuhi kebutuhan satu sama lain, membantu kehidupan orangtua, membiayai orangtua yang sedang sakit, membantu iuran kuliah adik, cicilan kendaraan, dst.

Itulah beberapa contoh komentar dan pertanyaan yang nggak perlu kita lontarkan pada pasangan yang belum punya anak. Sekalipun ingin memberi saran, alangkahnya bijaknya kita bertanya dulu, berkenan atau nggak, nih, mereka diberi saran?

Penulis: Stephanie
Editor: Dwi Ratih