Ibupedia

11 Topik Diskusi yang Dapat Dilakukan dengan Pasangan Sebelum Menikah

11 Topik Diskusi yang Dapat Dilakukan dengan Pasangan Sebelum Menikah
11 Topik Diskusi yang Dapat Dilakukan dengan Pasangan Sebelum Menikah

Mempersiapkan pernikahan, apalagi dengan pasangan yang kita cintai, memang merupakan hal yang menyenangkan. Dimulai dari memilih venue, tema dan dekorasi, baju pengantin, sampai mempersiapkan list acara apa saja yang akan dilakukan saat hari pernikahan tiba bersama pasangan pun, akan menjadi momen indah yang tidak ingin dilewatkan. Tetapi, apakah pernikahan hanya sebatas obrolan tentang hari pernikahan saja? Bagaimana dengan kehidupan pernikahan yang akan dijalankan ke depan bersama dengan pasangan?

Alicia H. Clark, seorang psikolog di Washington D.C., menjelaskan bahwa membicarakan beberapa hal penting dan “sulit” di awal menjalani hubungan, merupakan salah satu kualitas terpenting dalam sebuah hubungan itu sendiri. Hal penting dan “sulit” yang dimaksud adalah kelanjutan hubungan ke jenjang selanjutnya yaitu kehidupan pernikahan.

“Melalui pembicaraan tersebut, kita akan mengetahui apa saja yang tidak disukai pasangan, bagaimana masing-masing mengemukakan pendapat, bagaimana cara menangani sebuah konflik, bahkan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap suatu hal tersebut, dapat membuat masing-masing pasangan turut mengetahui apa yang paling penting untuk mereka berdua.”, ungkap Clark.

Maka dari itu, membicarakannya sesaat sebelum menikah merupakan elemen yang penting yang juga turut dibahas oleh kedua pasangan. Hal tersebut juga merupakan bagian dari persiapan masing-masing pasangan agar dapat menjalani kehidupan pernikahan dengan baik. Kedua pasangan bisa saling bertukar pikiran tentang topik apa saja yang dapat dibahas untuk mempersiapkan masa depan bersama. Komunikasi dua arah juga merupakan salah satu elemen penting yang bisa diterapkan bersama dengan pasangan saat membahas beberapa topik ini sebelum menikah. Beberapa topik di antaranya seperti perihal keuangan bersama, karir masing-masing pasangan, dan masih banyak lagi.

Yuk simak artikel ini lebih lanjut untuk mengetahui topik-topik apa saja yang bisa dibahas bersama dengan pasangan sebelum menikah.

11 Topik Diskusi dengan Pasangan Sebelum Menikah

Menikah membutuhkan komitmen dari kedua pasangan, bahkan komitmen tersebut diharapkan sudah dimiliki saat sebelum menikah. Kita berkomitmen untuk hidup saling melengkapi satu dengan lain ‘dalam suka maupun duka’, untuk selamanya. Selain itu, komitmen untuk menikah juga harus dipertimbangkan dengan baik secara matang. Tujuannya adalah untuk memiliki kehidupan pernikahan dengan pondasi yang kuat, sehingga kita dapat menikmatinya bersama dengan pasangan yang kita cintai. Hal ini juga tidak lepas dari bagaimana kita mengetahui lebih lanjut komitmen kita dengan siapa dan apa saja hal yang nanti ditemukan ke depan. Berikut beberapa topik diskusi yang bisa dibahas dengan pasangan sebelum menikah.

  1. Finansial Bersama

    Salah satu permasalahan besar yang cukup sering dihadapi ketika menjalani kehidupan pernikahan adalah masalah finansial. Jaclyn Bronstein, konselor kesehatan mental untuk theknot.com, mengatakan bahwa lebih baik membicarakan financial flow sekarang daripada saat sudah menikah. Masing-masing pasangan butuh mengetahui dari mana saja uang yang akan datang, siapa saja yang akan menjadi pencari nafkah, apakah hanya sang suami atau keduanya bekerja. Rencana-rencana apa saja yang akan dilakukan bersama setelah menikah, seperti liburan, membeli rumah, mobil, atau kebutuhan primer serta sekunder lainnya? Kita juga perlu mengetahui siapa yang cenderung boros dan siapa yang suka menabung.

    Selain itu, kita juga harus mengetahui apakah kita atau pasangan kita memiliki beban finansial sebelum menikah? Sehingga kedua pihak dapat mempertimbangkan untuk membuat perjanjian pra nikah atau pre-nuptial agreement (prenup), yang menjabarkan apakah harta bersama hanya atas satu nama saja, atau atas nama masing-masing pasangan saja. Lalu, bagaimana pembagian pemasukan serta pengeluaran yang akan dilakukan dalam keluarga? Siapa yang akan memegang keuangan keluarga. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang esensial yang bisa ditanyakan kepada pasangan supaya memudahkan kita memahami apa yang diinginkan masing-masing pihak.

  2. Kebudayaan dan Tradisi Keluarga

    Sebagian dari terbentuknya pribadi pasangan kita, sedikit banyak tidak lepas dari latar belakang keluarganya, termasuk beberapa kebiasaan yang ada pada dirinya. Secara tidak sadar, cara pasangan kita mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah dalam kehidupan rumah tangga dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilakukan di dalam keluarganya sebelum menikah. Apakah kita bisa menerima kebiasaan pasangan kita tersebut? Apakah perlu didiskusikan lebih lanjut dengan pasangan kita?

    Sebaiknya dibicarakan lebih lanjut kepada pasangan supaya bisa saling paham dan dapat menerima dengan baik. Keluarga kita dan pasangan pasti memiliki nilai-nilai serta kebiasaan yang bertolak belakang atau berbeda, sehingga hal ini perlu dibicarakan lebih lanjut sebelum menikah untuk meminimalisir konflik yang terjadi ketika sudah menjadi satu keluarga.

    Di sisi lain, pertemuan dengan keluarga pasangan juga menjadi bahan diskusi yang bisa dibicarakan. Seperti, berapa kali akan mengunjungi keluarga besar masing-masing? Kita juga bisa diskusikan dengan pasangan tentang kapan dan jenis liburan seperti apa yang akan dilakukan bersama dengan keluarga besar. Danielle Kepler, seorang terapis dari Chicago, Illinois, mengungkapkan bahwa membicarakan tentang kebiasaan dalam keluarga masing-masing dapat membantu mereka menemukan beberapa kebiasaan yang sama, memberi ruang untuk perbedaan masing-masing, dan bahkan membantu mereka untuk membuat kebiasaan tersendiri setelah menikah.

  3. Agama dan Kepercayaan

    Hal ini juga menjadi topik yang harus dibicarakan dengan pasangan. Tanyakan kepada pasangan, seberapa penting agama dan kepercayaan bagi dirinya? Bagaimana ia memandang agama dan kepercayaan dalam menjalani kehidupan pernikahan bersama dengan pasangan? Jika pasangan yang memiliki latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda, hal ini harus didiskusikan lebih mendalam. Beberapa hal yang dapat ditanyakan seperti, bagaimana masing-masing pasangan dapat menyikapi perbedaan ritual keagamaan bersama? Apakah keberatan jika turut menghadiri ritual tersebut?

    Pasalnya, pasangan yang memiliki perbedaan agama, nilai, serta kepercayaan yang berbeda berpotensi untuk memiliki konflik. Bahkan, pasangan yang memiliki agama dan kepercayaan yang sama pun juga dapat memiliki potensi terpicunya konflik dalam rumah tangga. Selain itu, apabila pasangan yang memiliki latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda ingin memiliki keturunan, bicarakan juga mereka akan mengikuti salah satu pasangan atau membiarkan mereka memilih sendiri saat mereka tumbuh dewasa.

  4. Berbagi Rahasia

    Setiap orang pasti memiliki rahasia di dalam hidupnya, di mana ada beberapa hal dalam hidupnya yang tidak diketahui orang banyak, begitu juga dengan pasangan kita. Mengajak pasangan kita untuk berdiskusi mengenai hal-hal apa saja yang ia “simpan” selama ini merupakan salah satu bentuk membangun kejujuran dan keterbukaan sebagai pondasi kehidupan pernikahan yang kuat.

    Menceritakan rahasia kepada masing-masing pasangan dapat menjalin hubungan yang lebih intim. Dimulai dari rahasia keluarga sampai permasalahan kesehatan fisik serta kesehatan mental dari masing-masing pasangan. Ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakan hal kecil sampai hal besar.

  5. Tempat Tinggal setelah Menikah

    Pembahasan mengenai tempat tinggal juga harus dibicarakan bersama dengan pasangan, supaya kedua pihak dapat menemukan tempat yang nyaman untuk menyambung hidup bersama setelah menikah. Apakah ingin tinggal rumah atau apartemen? Sewa, kontrak, atau beli? Apakah ingin tinggal berdua atau bersama dengan salah satu orangtua pasangan? Selain itu, apakah kedua pasangan memiliki keinginan untuk tinggal di luar kota atau negara lain? Apakah keduanya ingin tinggal jauh atau dekat dengan keluarga besar?

    Beberapa pertanyaan tersebut harus dikomunikasikan lebih lanjut. Pilihan demi pilihan yang telah dipertimbangkan bersama, akan berpengaruh pada pekerjaan yang akan didapatkan, sekolah untuk anak-anak (jika ingin memiliki keturunan), seberapa jauh atau dekat dengan keluarga masing-masing dan lain sebagainya. Pastikan kedua pasangan benar-benar memutuskan bersama, bukan hanya keputusan salah satu pihak saja.

  6. Ekspektasi terhadap Kehidupan Pernikahan

    Setiap pasangan harus memiliki pandangan masing-masing terhadap kehidupan pernikahan. Apakah kedua pasangan saling memiliki alasan yang sejalan untuk menikah, kecemasan yang dimiliki, ketakutan, harapan demi harapan, dan lain sebagainya. Jika tidak dibicarakan lebih lanjut, akan memicu potensi kesalahpahaman dari salah satu pasangan.

    Pahami dengan baik apa yang menjadi ekspektasi masing-masing pasangan sebelum menikah. Bernegosiasi bersama juga dapat dilakukan untuk membantu menemukan “jalan tengah”. Laura Heck, terapis pernikahan dan keluarga di Salt Lake City, Utah, mengungkapkan bahwa setiap pasangan harus memiliki gambaran mengenai pernikahan yang jelas dari diri mereka dan terus dibawa menjadi bahan diskusi dengan pasangan. Komunikasi yang konsisten dapat menjadi salah satu cara untuk tetap berada di kehidupan pernikahan yang baik.

  7. Memiliki Anak serta Gaya Asuh terhadap Anak

    Apabila kedua pasangan berencana ingin memiliki anak, sebaiknya dibicarakan lebih matang terlebih dahulu baik dari segi persiapan mental, fisik, sampai keuangan. Rencana untuk memiliki anak tidak hanya membahas tentang berapa jumlah anak yang diinginkan. Beberapa hal lain yang bisa ditanyakan seperti, bagaimana jika pasangan belum bisa hamil atau mengalami gangguan kesuburan? Apakah akan adopsi anak? Bagaimana jika salah satu pasangan memiliki bawaan genetik dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik anak?

    Selain itu, persoalan siapa yang akan menjaga anak ketika keduanya bekerja pun juga harus dibahas lebih lanjut. Apakah day-care juga akan menjadi salah satu pilihan yang dipertimbangkan? Vivian Jacobs, seorang terapis pernikahan dan keluarga memaparkan bahwa pola asuh dan cara didik kepada anak membutuhkan kerjasama yang baik antara kedua orangtua kelak supaya memiliki “satu suara” yang sama ketika diterapkan. Bicarakan juga kepada pasangan jika terjadi kemungkinan saat mengasuh anak butuh untuk datang melakukan konseling. Hal ini juga turut menjaga kesehatan mental masing-masing pasangan.

    Jika pasangan yang memutuskan tidak memiliki anak atau mengontrol kehamilan, bicarakan kepada pasangan mengenai KBDiskusikan beberapa pilihan KB yang ada, seperti vasektomi, spiral, dan masih banyak lagi. Pemilihan KB tersebut juga harus disesuaikan dengan kesehatan fisik masing-masing pasangan.

  8. Pembagian Tugas dalam Pekerjaan Rumah Tangga

    Siapa yang akan mencuci pakaian, piring kotor, serta membersihkan rumah, rutin membayar listrik dan air, membersihkan toilet, dan lain sebagainya? Apakah akan meminta tenaga tambahan untuk membersihkannya jika keduanya bekerja? Pembagian tugas seperti ini juga harus dibicarakan dengan jelas. Tidak semua orang merasa nyaman untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sehingga hal ini harus dibahas lebih lanjut supaya kembali menemukan “jalan tengah”. Jika istri tidak bekerja nine-to-five, apakah hanya istri yang mengurus pekerjaan rumah tangga? Pembagian tugas dengan suami kelak juga harus memiliki kesepakatan bersama.

  9. Karir dan Pekerjaan

    Bagaimana karir serta pekerjaan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan saat ini? Apakah masing-masing bekerja untuk mencari nafkah atau ingin bekerja dan mengejar karir ketika sudah menikah? Apakah salah satu pasangan memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah baik di dalam maupun di luar kota atau negeri? Ceritakan juga tentang keinginan masing-masing pasangan jika memiliki cita-cita untuk berbisnis atau membangun “karir impian”, serta cara untuk mewujudkannya. Jika hal-hal tersebut akan dilakukan setelah menikah, secara langsung atau tidak langsung kegiatan kita juga akan berdampak pada pasangan kita, maka itu harus dibicarakan lebih lanjut.

    Apabila salah satu pasangan memutuskan untuk mengurus rumah tangga dan tidak bekerja, atau bekerja secara paruh waktu, bicarakan kepada pasangan. Apakah keadaan finansial yang dimiliki bersama sudah mencukupi kebutuhan atau jika salah satu yang bekerja saja sudah cukup? Keberhasilan dalam menerima apa yang menjadi fokus dalam karir serta pekerjaan masing-masing pasangan harus terus diusahakan dan membutuhkan adaptasi yang sesuai dengan waktu setiap pasangan. Jika masing-masing dapat memahaminya sebelum menikah akan lebih baik, sehingga hal-hal ini juga harus menjadi topik yang dibicarakan bersama dengan pasangan.

  10. Batasan dan Aturan yang Diterapkan Bersama 

    Pada pembahasan ini, masing-masing pasangan dapat saling terbuka tentang hal yang menjadi ruang personal (me time), apa yang menjadi hal yang disukai dan tidak disukai pasangan, serta tipe komunikasi yang akan dibangun bersama. Jika harus menjalani hubungan jarak jauh setelah menikah, hal ini juga harus dibicarakan lebih dalam supaya tidak ada salah paham. Komunikasi adalah hal yang esensial dalam menjalani sebuah hubungan, sehingga pada topik ini menjadi hal yang penting juga untuk mengetahui pasangan kita lebih lanjut.

    Hal lain yang dapat menimbulkan potensi untuk konflik adalah teman lawan jenis dari masing-masing pasangan. Keduanya harus membahas pertemanan mana yang masih dalam batas wajar dan mana yang harus diberi batasan. Selain itu, waktu yang diberikan untuk keluarga besar dan waktu untuk berdua juga dapat dibahas bersama untuk diatur dengan lebih baik.

  11. Kehidupan Seks

    Kehidupan seksual seseorang masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Padahal, jika hal ini dapat dibahas sebelum menikah, masing-masing pasangan dapat saling mengerti apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh masing-masing pasangan. Tanyakan kepada pasangan apa pandangannya terhadap kehidupan seksual setelah menikah, serta bagaimana kehidupan seksualnya sebelum menikah dan adakah dampak yang kira-kira dapat ditimbulkan dalam menjalani hubungan pernikahan ke depan?

    Saling paham tentang pandangan masing-masing pasangan mengenai kehidupan seksual merupakan salah satu hal untuk tetap menjaga hubungan yang lebih intim. Pada pembahasan ini, masing-masing pasangan dapat saling terbuka kepada pasangan supaya bisa saling memahami apa yang menjadi concern masing-masing pasangan terhadap kehidupan seksualnya. Bicarakan juga strategi yang dapat dilakukan bersama untuk terus menjaga “percikan api cinta” dalam kehidupan pernikahannya ke depan.

Pernikahan yang berhasil dan bahagia pasti menjadi impian setiap pasangan, apalagi dapat terus bertahan untuk selamanya. Topik-topik di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk kedua pasangan sebelum menikah, sehingga dapat saling mengenal lebih dalam satu dengan yang lainnya. Selain itu, persiapan mental untuk masing-masing pribadi pasangan juga dibutuhkan loh! Mempersiapkan diri sendiri sebelum menikah juga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menjalani kehidupan pernikahan kelak bersama pasangan yang kita cintai. Selamat berdiskusi dengan pasangan tercinta sebelum menikah!

(Hadassah)

Follow Ibupedia Instagram