12 Tips Mengatasi Konflik Saat Ibu Punya Gaji Besar
Sebagai pasangan suami istri, Ibu dan Ayah tentu mengalami banyak hal baru saat bersama. Mulai dari kebiasaan mengejutkan yang baru diketahui sesudah menikah, perbedaan pendapat tentang si kecil, bahkan sampai urusan finansial dalam rumah tangga. Permasalahan-permasalahan yang menjadi bumbu pernikahan ini memang lazim terjadi. Apalagi jika sudah menyangkut urusan keuangan. Persoalan gaji besar maupun gaji seret memang cukup sensitif untuk diperbincangkan. Apalagi jika ada problematika seperti kesenjangan pendapatan antara Ayah dan Ibu pekerja.
Ayah dan Ibu yang sama-sama bekerja tentu memiliki pendapatan masing-masing sesuai dengan jenjang karier dan kompetensi yang dimiliki. Bila jumlah gaji Ayah dan Ibu sama, atau gaji Ayah lebih besar daripada Ibu, sepertinya hal tersebut lumrah saja terjadi. Namun, bagaimana jika Ibu memiliki gaji besar yang lebih tinggi dari gaji Ayah? Hmm, rupanya hal ini bisa memicu konflik dalam rumah tangga lho.
Di Indonesia, stigma bahwa seorang suami haruslah memiliki gaji lebih besar dari istrinya masih melekat kuat dan dijadikan prinsip mendasar untuk menjalani rumah tangga harmonis. Bahkan di beberapa kasus, ada juga pasangan yang terpaksa membatalkan pernikahan hanya karena keluarganya tidak setuju bila si calon istri memiliki gaji besar ketimbang calon suami.
Meningkatnya jumlah Ibu yang menjadi working mom didasari oleh tingkat pendidikan yang semakin maju dan mudah diakses. Sehingga para wanita yang nantinya juga akan menjadi Ibu ini memiliki kesempatan berkarir lebih luas, sama seperti laki-laki. Berkecimpungnya wanita dalam pekerjaan bukan hanya karena tuntutan kebutuhan rumah tangga saja lho. Ada peran kesetaraan gender yang semakin membuka peluang untuk para Ibu mengaktualisasi diri dan memberdayakan potensinya. Bukan tidak mungkin jika para wanita ini memiliki gaji besar daripada laki-laki. Termasuk juga para working mom.
Rupanya, stigma bahwa seorang Ibu sebaiknya tidak memiliki gaji besar melebihi Ayah tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Di negara maju pun persoalan serupa juga jamak terjadi, sehingga gaji besar yang dimiliki Ibu dapat berakibat fatal bagi hubungan pernikahan dengan pasangan.
Laman Daily Mail menyebutkan bahwa ada sebuah studi di Inggris yang menerangkan 40% para Ibu memiliki gaji besar ketimbang Ayah. Hal ini merupakan tantangan baru dalam masyarakat tradisional Inggris yang masih meyakini bahwa suami seharusnya merupakan tonggak pendapatan tertinggi dalam keluarga. Namun, demi menjaga harga diri Ayah, para Ibu ini rela loh bersandiwara di hadapan keluarga dengan mengatakan bahwa gaji Ayah lebih besar dari Ibu.
Gaji besar Ibu ternyata mengundang banyaknya konflik dalam rumah tangga. Banyak sekali media yang menyebutkan kasus para Ayah yang merasa gagal jika Ibu memiliki pendapatan lebih besar. Bahkan, ada pula suami yang mengalami disfungsi seksual akibat tekanan psikologis karena gaji besar istri yang membuat kepercayaan diri Ayah menurun.
Lalu, apakah benar jika Ibu memiliki gaji besar, yang terjadi adalah bencana rumah tangga? Apakah gaji besar yang Ibu miliki tidak bisa menjadi sebuah berkah bagi kehidupan rumah tangga?
Sebenarnya, bila muncul sebuah permasalahan, semua bergantung dari bagaimana Ayah dan Ibu menghadapi situasi. Gaji besar Ibu hanya akan menjadi bencana bila tidak disikapi dengan bijak. Namun, bisa saja menjadi berkah bila Ayah dan Ibu mampu bekerjasama untuk mengelola keuangan dengan baik.
Berikut ini telah terangkum hal-hal apa saja yang Ayah dan Ibu perlu lakukan untuk menjaga agar hubungan rumah tangga tetap baik meski Ibu memiliki gaji besar.
Saling Terbuka tentang Keuangan
Sikap saling terbuka memang paling dibutuhkan bagi Ayah dan Ibu agar terhindar dari kesalahpahaman. Termasuk urusan keuangan. Komunikasi dua arah perlu rutin dilakukan untuk menjaga kepercayaan masing-masing dalam urusan keuangan. Bicarakanlah pengeluaran apa saja yang dibutuhkan dan terbukalah soal jumlah pendapatan masing-masing agar dapat dialokasikan dengan baik.
Keterbukaan ini juga akan membantu Ayah dan Ibu terhindar dari rasa saling curiga terhadap pasangan. Kecurigaan hanya akan memicu pertengkaran. Maka jika urusan keuangan rumah tangga dibicarakan dengan gamblang, tidak akan ada prasangka buruk yang dilontarkan antara Ayah dan Ibu.
Gaji siapa yang lebih besar akan terlihat saat momen diskusi, tetapi akan jelas juga ke mana perginya gaji besar tersebut. Apakah dialokasikan dengan baik atau hanya akan berakhir untuk kebutuhan yang sebetulnya belum diperlukan?
Sikap saling terbuka juga dapat membantu Ayah dan Ibu menentukan, dari besaran gaji masing-masing tersebut manakah yang akan digunakan untuk keperluan bersama, keperluan pribadi, dan investasi. Sehingga dicapailah kesepakatan yang adil bagi Ayah dan Ibu tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman antara kedua belah pihak.
Atur Keuangan Bersama dengan Menyatukan Gaji
Tidak semua istri bersedia menyatukan gaji besar secara penuh dengan penghasilan Ayah. Namun cara ini bida dijadikan alternatif pilihan jika dirasa perlu untuk menghindari konflik berkelanjutan. Ayah dan Ibu dapat menyatukan gaji masing-masing untuk kemudian dikelola bersama dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Tidak perlu melihat gaji siapa yang lebih besar, tetapi fokuslah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan jumlah gaji berdua. Jika gaji Ayah dan Ibu sudah disatukan, maka tidak ada lagi uang Ayah atau uang Ibu. Yang ada hanyalah uang bersama. Hal ini juga membantu Ayah untuk tidak berkecil hati dengan besaran gaji yang dimilikinya.
Perbaiki Pola Pikir Jadul
Pola pikir jadul (jaman dulu) bahwa Ayah haruslah bergaji lebih tinggi hendaknya segera dihilangkan. Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula tingkat pendidikan bagi semua orang tanpa memandang jenis kelamin. Maka Ibu pun punya peluang untuk memiliki karier yang bagus dengan gaji besar. Dengan memperbaiki pola pikir ini dan menyingkirkan rasa minder dalam diri masing-masing, pendapatan Ibu yang lebih besar akan dengan mudah diterima dan ditoleransi bersama.
Ayah juga dapat menjadikan gaji besar Ibu sebagai bentuk motivasi bagi diri sendiri untuk dapat mencapai hal yang sama. Mensyukuri pendapatan Ibu yang lebih besar dan memandangnya sebagai suatu hal positif akan membantu meningkatkan kualitas hidup keluarga lebih baik. Tidak ada salahnya mendukung Ibu menggapai impiannya selama prioritas keluarga tidak terbengkalai, sebagaimana juga Ayah. Berjalanlah bersisian agar beban di pundak terasa lebih ringan.
Saling Menghargai dan Mengingatkan
Sikap saling menghargai penting ditunjukkan agar hubungan Ayah dan Ibu tetap baik. Meski Ibu memiliki gaji lebih besar, Ibu tetaplah harus menghargai Ayah sebagai kepala rumah tangga. Hindari bersikap seolah Ibu yang berkuasa hanya karena Ibu memiliki gaji besar. Sesekali, Ibu yang bekerja juga bisa menyempatkan bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal makan siang untuk anak dan Ayah.
Sedangkan Ayah juga tetap harus menghargai Ibu untuk kerja kerasnya di rumah dan di tempat kerja. Bagaimana bentuk menghargai Ayah terhadap Ibu? Ayah bisa membantu menyelesaikan pekerjaan rumah bersama dengan Ibu usai bekerja.
Penting juga untuk Ayah dan Ibu saling mengingatkan dalam pengaturan keuangan. Misalnya, saling mengingatkan untuk tidak boros dalam mengelola keuangan.
Membuat Pos Gaji
Merencanakan keuangan bersama dapat menjadi solusi agar kesenjangan jumlah gaji Ayah dan Ibu tidak menjadi masalah. Pengaturannya dapat dengan cara mengalokasikan gaji Ayah dan Ibu untuk hal yang berbeda. Misalnya, gaji Ayah dikelola untuk kebutuhan makan sehari-hari, kebutuhan rumah seperti detergen dan pembersih lantai, serta biaya listrik dan air.
Sedangkan gaji Ibu dapat dialokasikan untuk kebutuhan si kecil, tabungan dan investasi, serta biaya rekreasi. Bila pembagian ini telah sesuai dengan posnya, maka Ayah dan Ibu tidak akan lagi melihat jumlah gaji siapa yang lebih tinggi. Melainkan ini akan menjadi sebuah kerjasama tim yang baik. Selain itu gaji masing-masing akan terpakai sesuai dengan yang seharusnya.
Membuat Rekening Khusus Rumah Tangga
Sedikit berbeda dengan membuat pos gaji, tips yang satu ini dapat Ayah dan Ibu gunakan untuk menghindari adanya pengeluaran berlebih. Dengan membuat rekening khusus rumah tangga, Ayah dan Ibu berkomitmen menyetorkan sejumlah uang yang disepakati bersama. Uang dalam rekening khusus ini jumlahnya tidak full gaji masing-masing. Yang dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga adalah uang yang ada dalam rekening khusus.
Sedangkan sisa gaji yang masih Ayah dan Ibu simpan dapat digunakan untuk keperluan pribadi masing-masing atau tabungan masa depan. Bila ada kelebihan uang gaji baik dari Ayah atau Ibu, dapat disisihkan untuk dana rekreasi atau dana darurat bila ada anggota keluarga yang sakit. Adanya rekening khusus ini juga akan membantu kebutuhan rumah tangga terpenuhi sesuai posnya dan dana untuk kebutuhan sekunder dan tersier dapat diatur lebih baik.
Menghindari Rasa Minder
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu menjadi tantangan tersendiri jika kondisi rumah tangga Ayah dan Ibu sedikit berbeda dari kondisi umum pernikahan di sekitar. Termasuk soal gaji besar yang Ibu miliki. Tidak sedikit masyarakat yang akan memandang remeh suami yang berpenghasilan lebih kecil dari istrinya, atau menganggap istri dengan gaji besar sebagai istri yang tidak mensyukuri nafkah dari suaminya. Komentar negatif seperti ini pasti sangat mengganggu, akan tetapi Ayah dan Ibu tidak perlu menghiraukannya selama kondisi ini adalah hasil keputusan bersama dengan penuh kesadaran dan hubungan pernikahan Ayah-Ibu senantiasa harmonis.
Dalam kasus ini, menghindari rasa minder diperlukan agar Ibu dan Ayah terhindar dari perasaan tidak nyaman dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Ayah perlu mengesampingkan rasa minder jika bergaji lebih sedikit dibanding Ibu. Ibu pun tidak perlu minder dan khawatir dengan stigma masyarakat bahwa memiliki gaji besar sebagai istri adalah sebuah kelancangan.
Adanya tenggang rasa di antara Ayah dan Ibu akan membantu proses pengaturan keuangan rumah tangga dengan lebih baik. Ayah dan Ibu tidak akan membedakan lagi mana gaji yang lebih besar dan mana yang kecil. Semuanya akan tampak harmonis dengan saling menerima keadaan.
Tentukan siapa Bendahara Pengatur Keuangan
Menentukan bendahara sang pengatur keuangan dapat membantu Ayah dan Ibu agar lebih fokus pada tugas utama masing-masing. Ayah dan Ibu harus sepakat siapa yang akan mengumpulkan hasil kerja berdua dan mengelolanya agar teralokasi untuk kebutuhan dengan tepat.
Bila Ibu-lah yang akan menjadi bendahara, maka ibu harus mengelola keuangan bersama dengan bijak. Ayah juga perlu diajak mengambil keputusan dalam menentukan skala prioritas kebutuhan rumah tangga agar Ibu memiliki second opinion. Bila bendahara telah ditentukan, besaran gaji tidak lagi menjadi masalah.
Dukungan Moral
Bagaimana dukungan moral dapat membantu mengatasi kesenjangan gaji antara Ayah dan Ibu? Supporter utama dalam berumah tangga adalah pasangan. Maka berapapun besaran gaji yang dimiliki oleh Ayah dan Ibu, hendaknya harus saling didukung. Bila Ibu memiliki gaji besar, maka Ayah dapat mendukungnya dengan banyak menyarankan Ibu untuk menabung sebagai bentuk investasi masa depan. Bentuknya pun bisa bermacam-macam, seperti tabungan, deposito, logam mulia, atau bahkan properti.
Begitupun sebaliknya, Ibu juga dapat memberi Ayah dukungan moral seperti menyemangati Ayah untuk membuka bisnis sampingan selain pekerjaan utama. Modalnya didapat dari gabungan gaji Ayah dan Ibu yang sudah disisihkan. Dengan demikian, Ayah akan bisa menambah pendapatan dan bisnis pun masih bisa dikerjakan bersama-sama dengan Ibu.
Menjadi ‘Pasangan Pelopor’
Bila persepsi di masyarakat atau di keluarga Ayah dan Ibu masih konvensional, yakni gaji besar harusnya dimiliki oleh Ayah, mau tidak mau Ayah dan Ibu akan mendengar komentar miring bahkan kritik dan judgement. Namun, hal ini tak perlu terlalu dirisaukan karena Ibu dan Ayah adalah yang paling mengerti kondisi rumah tangga yang dijalani. Justru ini bisa menjadi momen untuk membangun kepercayaan diri.
Anggap saja Ayah dan Ibu adalah pasangan pelopor. Kalianlah yang mengawali menjadi pasangan yang baik-baik saja meski gaji besar didapat oleh Ibu. Tidak perlu khawatir orang lain yang nyinyir dan julid. Cukup jalani kehidupan rumah tangga dengan harmonis dan kelola keuangan dengan baik.
Berbagi Pekerjaan Rumah Tangga
Banyak pasangan yang memiliki kesenjangan gaji gagal beradaptasi dengan kondisi. Adanya perasaan bahwa siapa yang bekerja lebih keras dan mendapat hasil lebih banyak adalah yang berhak lebih santai saat sudah pulang ke rumah, merupakan prinsip yang keliru. Padahal, kehidupan rumah tangga adalah sebuah kerja tim, di mana anggotanya adalah Ayah dan Ibu. Bagi Ayah dan Ibu pekerja, membagi pekerjaan rumah tangga selepas bekerja adalah salah satu cara untuk menghindari kesalahpahaman, utamanya soal nominal gaji.
Dengan fokus dalam pembagian kerja tim dalam mengurus rumah tangga bersama, besaran gaji jadi tidak masalah karena baik Ayah dan Ibu merasakan lelah yang sama. Lelah di kantor dan lelah mengurus rumah tangga. Hal ini dapat membantu meminimalisir pikiran negatif tentang siapa yang seharusnya merapikan rumah lebih banyak hanya karena mendapatkan gaji lebih sedikit di kantor.
Jangan Ragu Konsultasi dengan Ahli
Apabila Ayah maupun Ibu merasa kesenjangan gaji yang dimiliki menimbulkan permasalahan yang cukup pelik hingga tidak mampu diatasi berdua, jangan ragu untuk berkonsultasi pada ahlinya. Konsultan atau psikolog pernikahan, bahkan konsultan keuangan, bisa Ayah dan Ibu datangi untuk memberikan pandangan objektif.
Seorang pakar dapat membantu melihat dari sisi lain dalam menyikapi permasalahan tanpa diganggu penilaian-penilaian subjektif. Jika diperlukan, para ahli bisa memberikan saran dan solusi agar hubungan Ayah dan Ibu terjalin dengan lebih baik.
(Dwi Ratih)