Ibupedia

13 Cara Atasi Psikosomatis, Stres yang Timbulkan Penyakit Fisik

13 Cara Atasi Psikosomatis, Stres yang Timbulkan Penyakit Fisik
13 Cara Atasi Psikosomatis, Stres yang Timbulkan Penyakit Fisik

Stres tidak hanya mengacaukan pikiran, tapi juga tubuh Anda. Ada sejumlah alasan kenapa dokter meminta Anda untuk tidak stres karena masalah kecil. Hal ini penting, terutama bila Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, karena kecemasan dan stres bisa memicu gejala fisik.

Sering kita mendengar kalau kondisi kejiwaan berperan penting dalam menyembuhkan penyakit, bahkan dokter setuju dengan pendapat ini. Jadi bila kondisi kesehatan mental yang baik bisa membantu proses penyembuhan penyakit, kemungkinan kesehatan mental yang buruk bisa mempengaruhi kondisi fisik. Istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk kondisi ini.

Istilah gangguan psikosomatis (psychosomatic) bisa diartikan penyakit fisik yang disebabkan atau diperparah oleh faktor mental. Kata “psyche” merujuk pada pikiran dan “somatic” berarti tanda dan gejala fisik yang terlihat.

Gangguan psikosomatis tidak muncul sama pada tiap individu. Penyakit fisik seperti ruam dan psoriasis, bisa cukup mengganggu sehingga menyebabkan Anda depresi. Tapi teman lain dengan kondisi serupa tidak merasa depresi seperti Anda. Kebalikannya juga berlaku, kondisi mental bisa memicu penyakit fisik.

Gangguan psikosomatis mencakup penyakit seperti eczema, hipertensi, psoriasis, dan bahkan penyakit jantung. Penelitian bahkan menemukan kalau depresi dan kecemasan secara langsung bertanggung jawab untuk penyakit seperti serangan jantung.

Gejala Gangguan Psikosomatis

Gangguan psikosomatis biasanya berawal dari pikiran, gejalanya cukup banyak, antara lain:

  • Tremor

  • Detak jantung cepat

  • Mual

  • Mulut kering

  • Rasa sakit

  • Berkeringat

  • Nyeri pada dada

  • Keluhan gastrointestinal

  • Nafas cepat

  • Lelah berlebih

  • Pingsan

Penyebab Gangguan Psikosomatis

Bagaimana kondisi mental seperti depresi, kecemasan, dan stres memicu gejala fisik memang belum sepenuhnya jelas. Peneliti masih mempelajari penyakit tertentu untuk memahami kaitan antara pikiran dan gejalanya.

Beberapa ahli menyatakan peningkatan aktivitas saraf ketika Anda cemas, depresi, atau stres bisa jadi faktor munculnya gejala fisik. Kadang pelepasan adrenalin dan epinephrine juga bisa memicu gejala ketika Anda cemas. Ada banyak penelitian menunjukkan betapa stres menyebabkan banyak penyakit dan kelelahan jadi penyebab utama gangguan psikosomatis seperti sakit punggung, sakit leher, lupa, dan marah.

Meski penyebab pasti gangguan psikosomatis tidak bisa teridentifikasi, penyebab stres dalam hidup bisa memicu kondisi ini. Banyak orang mengalami rasa sakit somatik setelah mengalami situasi yang sangat buruk, seperti kehilangan orang yang dicintai atau menghadapi bencana alam. Beberapa penyebab umum gangguan psikosomatis antara lain:

  • Kekerasan. Ditemukan hubungan yang kuat antara kekerasan masa kecil dan gangguan psikosomatis. Riwayat masa kecil dengan kekerasan fisik, psikis, dan seksual cenderung membuat orang mengalami gangguan psikosomatis. Tapi tidak tiap orang dengan riwayat kekerasan masa kecil mengalami gangguan ini.

  • Cara berkomunikasi. Anak kecil belum bisa menggambarkan segala hal dalam bentuk kata-kata. Kebanyakan ketika sedang stres mereka menunjukkan gejala psikosomatis untuk mengomunikasikan stres yang mereka alami.

  • Pengaruh keluarga. Dinamika keluarga, termasuk peran anak di keluarga dan bagaimana ia diperlakukan oleh orangtua bisa menstimulasi anak untuk menunjukkan gejala psikosomatis demi mendapat perhatian. Terlebih, gangguan psikologis mungkin tidak bisa diterima dalam banyak keluarga atau struktur sosial. Ketika menghindari situasi ini, banyak orang mengalami gejala psikosomatis untuk mendapat dukungan dari keluarga dan teman.

Jenis Gangguan Psikosomatis

Berdasarkan akar penyebab stres dan bagaimana karakteristiknya, gangguan psikosomatis dibagi menjadi beberapa jenis. Kebanyakan gangguan psikosomatis disebabkan oleh stres emosional. Berikut beberapa jenis pembagiannya:

  • Undifferentiated Somatoform Disorder. Pada tipe ini, Anda mengalami satu atau lebih gejala seperti rasa sakit, lelah, hilang selera makan, dan gejala gastrointestinal selama minimal 6 bulan.

  • Somatization Disorder. Gejalanya berupa rasa sakit, gejala seksual, gejala gastrointestinal, gejala menstruasi, dan kelelahan. Somatization Disorder terlihat pada orang antara usia 18 sampai 30 tahun, yang mengalami gejala ini selama bertahun-tahun tanpa tahu penyebabnya.

  • Unspecified Somatoform Disorder. Pasien mengira dalam kondisi hamil karena muncul tanda seperti tidak menstruasi, gerakan janin, rasa sakit persalinan, mual, dan sebagainya.

  • Conversion Disorder. Gejalanya antara lain tidak bisa bersuara, serangan penyakit yang tiba-tiba, tidak sadarkan diri, kelopak mata turun, sensasi bagian tubuh hilang, dan masalah penglihatan.

  • Hypochondriasis. Pasien takut akan mengalami penyakit yang akan menyebabkan bahaya pada tubuh. Mereka mengunjungi banyak dokter untuk membuktikan hal ini.

  • Pain Disorder. Gejala mencakup rasa sakit pada satu bagian tubuh atau lebih di waktu yang lama tanpa diketahui penyebabnya.

  • Body Dysmorphic Disorder. Pasien merasa tubuh mereka tidak sempurna dan sering menjalani penanganan kosmetik untuk memperbaiki penampilan.

Cara Mengatasi Gangguan Psikosomatis

Cara terbaik yang memungkinkan untuk mengatasi gangguan psikosomatis setelah mendapatkan diagnosa jelas adalah merujuk ke spesialis dalam kesehatan mental. Sering kali pasien tidak siap menerima kalau rasa sakit yang mereka alami bukan bersifat fisik tapi penyebabnya adalah faktor psikologis. Pasien enggan mengunjungi psikiater atau psikolog, padahal hubungan yang baik antara pasien dan psikiater sangat penting untuk bisa terus melanjutkan penanganan.

Stres emosional sering jadi penyebab utama gangguan psikosomatis. Sekarang kita tahu bagaimana kondisi pikiran bisa mempengaruhi tubuh. Yang belum kita ketahui adalah bagaimana mengatasi kondisi ini. Karena penyakit ini tidak berbentuk fisik, tidak seperti gejalanya, harus ada keseimbangan antara penanganan emosi dan fisik penderita. Berikut ini pilihan penanganan yang dianjurkan untuk gangguan psikosomatis.

  1. Yoga 

    Yoga berupa latihan relaksasi dan meditasi bisa mengatasi gangguan psikosomatis. Karena gangguan ini dipicu oleh kondisi mental seperti cemas dan stres, ikut serta dalam aktivitas yoga bisa membantu meredakan masalah mental ini. Latihan nafas sederhana yang membuat pikiran Anda rileks bisa dilakukan setiap hari.

    Yoga memiliki efek menenangkan pada tubuh dan membuat Anda lebih bisa menerima diri sendiri. Eksperimen menunjukkan yoga bisa efektif seperti obat ketika mengatasi gangguan psikosomatis.

  2. Pengobatan 

    Biasanya obat tertentu diresepkan oleh dokter untuk mengatasi gejala fisik. Kebanyakan dokter juga merekomendasikan pasien untuk menjalani terapi karena obat hanya mengatasi gejala untuk sementara waktu. Orang yang mengalami kecemasan sangat mungkin kambuh gejala fisiknya, sehingga dibutuhkan penanganan kondisi psikologis. Jenis penanganan yang bisa digunakan antara lain tricyclic antidepressants (TCA), serotonin and noradrenalin reuptake inhibitors (SNRI), atypical antipsychotics, serotonin reuptake inhibitors (SRI), serta pengobatan herbal. Kombinasi obat berbeda diresepkan spesialis bergantung usia, intensitas penyakit, durasi, dan respon pasien terhadap penanganan.

  3. Terapi puasa

    Terapi puasa berhasil mengatasi baik gejala fisik dan psikis pada pasien dengan gangguan psikosomatis. Menurut terapi ini, sistem saraf autonomik dan sistem endokrin menjadi teratur dengan proses puasa. Hasilnya, tubuh mendapat kembali keseimbangan kesehatan mental dan fisik.

  4. Hipnotis 

    Migrain, asma, dan masalah gastrointestinal yang terlihat pada gangguan psikosomatis sering ditangani dengan hipnotis. Metode penanganan ini bertujuan menemukan solusi di alam bawah sadar pasien untuk gejala fisik yang dialami. Terapi hipnotis jangka panjang bisa efektif mengatasi emosi dan menghentikan kondisi psikis yang mempengaruhi tubuh. Marah, takut, dan masalah ketergantungan juga dilaporkan berhasil diatasi dengan terapi ini.

  5. Terapi perilaku kognitif

    Bentuk terapi ini fokus pada pikiran dan keyakinan negatif yang tidak realistis. Ini membantu pasien dalam memahami kalau pikiran negatif bisa menimbulkan gejala fisik dan ada cara untuk mengatasinya.

    Bagaimana kita bereaksi terhadap situasi bergantung pada bagaimana kita merasakannya. Pikiran seseorang terintegrasi dengan emosi, sensasi fisik, perilaku, dan juga lingkungan. Dan ini mengarahkan bagaimana individu berperilaku pada situasi tertentu dan bagaimana proses berpikir mereka mempengaruhi kondisi fisik.   

    Ketika pemikiran ini digunakan untuk mengatasi gangguan psikosomatis, akan membantu pasien berpikir holistik dan menyembuhkan masalah kesehatan mereka yang berhubungan dengan kecemasan.

    Kondisi pikiran bisa menyakiti atau menenangkan kondisi fisik Anda. Terlebih, kondisi psikis jadi bagian yang berperan penting dalam menyembuhkan penyakit bahkan sejak awal kemunculannya. Jadi ketika Anda mengalami stres yang tidak perlu, ingat kalau stres dan kecemasan bisa memicu hal yang lebih berbahaya dari sekedar perasaan marah, depresi, atau frustrasi.

  6. Teknik relaksasi

    Berbagai teknik relaksasi bisa membantu meredakan stres fisik dan mental dan menenangkan pikiran serta tubuh. Teknik relaksasi otot bisa sangat baik untuk orang dengan rasa sakit karena terfokus pada kontraksi otot diikuti dengan melepas ketegangan otot sehingga meredakan rasa sakit.

  7. Pijat

    Berbagai teknik pijat terbukti memberi rasa lebih nyaman bagi pasien dengan gangguan psikosomatis.

  8. Terapi seni 

    Terapi seni fokus pada ekspresi emosi dengan menggunakan teknik seni berbeda seperti musik, lukisan, tarian, dan sebagainya. Terapi seni yang berorientasi tubuh dinilai bagus dalam mengatasi gangguan psikosomatis. Terapi menari bisa jadi cara yang tepat karena dapat mengekspresikan emosi, dan gerakannya juga membantu meredakan rasa sakit.

  9. Konseling 

    Konseling membantu pasien menjelaskan situasi yang dialami, efek negatif yang dirasakan dalam hidup, dan sebagainya. Konselor akan memvalidasi gejala penderita dan berempati, ini jadi permulaan penanganan yang efektif.

  10. Pereda rasa sakit

    Di awal, dosis ringan pereda rasa sakit bisa diresepkan untuk mengatasi rasa sakit psikosomatis. Tapi pereda sakit sering memiliki efek samping jangka panjang dan pasien menyalahgunakannya untuk mengurangi rasa sakit dan membuat kondisinya bertambah buruk.

  11. Penggunaan antidepressant

    Antidepressant bisa diresepkan untuk membuat pasien merasa rileks. Kandungan analgesik pada antidepressant dapat membantu meredakan rasa sakit psikosomatis dan membuat pasien tidur lebih baik dan akhirnya menurunkan tingkat kecemasan.

  12. Terapi keluarga dan kelompok

    Ahli kesehatan mental bisa melakukan terapi keluarga untuk memastikan dukungan untuk pasien. Fokus utamanya tetap pada proses komunikasi, menciptakan lingkungan yang mendukung di keluarga, dan juga menyediakan respon yang tepat pada pasien. Terapi kelompok utamanya untuk membantu menghilangkan respon “kenapa hanya saya” serta membantu memberi pemahaman yang lebih baik tentang masalah yang dialami orang lain serta meningkatkan komunikasi dan sosialisasi.

  13. Olahraga

    Olahraga fisik secara teratur bisa meredakan gangguan psikosomatis dan bahkan mencegah terjadinya gangguan tersebut.

Selain poin-poin di atas, terapi alternatif untuk penanganan psikosomatis lainnya bisa berupa kompres panas dan dingin, akupunktur, dan akupresur.

Mengalami gangguan psikosomatis mungkin sulit dijelaskan atau dikomunikasikan ke orang karena tidak ada penyebab fisiknya dan orang mungkin mengira pasien berpura-pura. Banyak terjadi diagnosa keliru karena kurangnya kejelian. Karenanya panduan tepat dari dokter berpengalaman yang pernah menangani gangguan psikosomatis sangat penting.

Perubahan Gaya Hidup dan Obat Rumahan untuk Gangguan Psikosomatis 

Meski gejala psikosomatis bisa diatasi dengan penanganan profesional, Anda bisa jalani beberapa langkah perawatan diri dan perubahan gaya hidup, antara lain:

  • Bekerjasama dengan dokter. Bersikaplah kooperatif dengan dokter untuk menentukan jadwal kunjungan yang teratur untuk membahas kecemasan Anda serta membangun relasi saling percaya. Jangan minta saran dari banyak dokter karena membuat Anda lebih sulit berkoordinasi dan bisa berisiko menjalani tes yang tidak perlu.

  • Berlatih manajemen stres dan teknik relaksasi. Mempelajari manajemen stres dan teknik relaksasi seperti relaksasi otot dapat membantu meredakan gejala akibat gangguan psikosomatis.

  • Berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Aktif dalam bekerja, aktivitas sosial, dan keluarga. Jangan tunggu sampai gejala hilang untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.

  • Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang. Penggunaannya bisa membuat penanganan kondisi Anda jadi lebih sulit. Bicara pada dokter bila Anda perlu bantuan untuk berhenti mengonsumsi keduanya.

Makanan Untuk Melawan Stres

Seperti telah dijelaskan di atas, stres dan kecemasan membuat Anda rentan mengalami gangguan psikosomatis. Anda bisa lho Bun, melawan stres dengan makanan. Makanan yang dimaksud di sini adalah makanan yang benar-benar menenangkan Anda.

  1. Asparagus

    Asparagus memiliki kandungan folat yang tinggi, yang penting untuk membuat Anda merasa tenang. Anda bisa mengonsumsi asparagus yang direbus dan ditambahkan ke salad atau dipanggang sampai renyah.

  2. Alpukat

    Buah ini membantu tubuh mengatasi stres. Alpukat kaya glutathione, kandungan yang secara spesifik memblokir penyerapan lemak tertentu yang menyebabkan kerusakan oxidative. Alpukat juga mengandung lutein, betakaroten, vitamin E, dan lebih banyak folat dibanding buah lain. Satu sajian, sekitar seperempat alpukat, punya banyak kandungan vitamin B.

  3. Buah berry

    Blueberry memiliki kandungan antioksidan tinggi yang dikenal dengan anthocyanin, dan terkait dengan semua hasil kesehatan positif, termasuk kemampuan kognitif yang lebih tajam. Tak hanya itu, semua jenis berry termasuk stroberi, raspberry, dan blackberry kaya vitamin C yang terbukti membantu mengatasi stres.

  4. Kacang mete

    Kacang mete bisa jadi cemilan yang enak, karena renyah dan sedikit asin. Kacang mete juga mengandung protein dan lemak. Kacang mete menjadi sumber zat besi yang baik. Tingkat zat besi rendah berhubungan dengan kecemasan dan depresi. Karena tubuh tidak memiliki cara untuk menyimpan zat besi, penting untuk memperolehnya setiap hari.

  5. Teh chamomile

    Chamomile bisa jadi penenang menjelang waktu tidur. Peneliti menguji suplemen chamomile pada 57 orang dengan gangguan kecemasan selama 8 minggu, dan menemukan penurunan gejala kecemasan. Dengan mengonsumsi chamomile sebagai teh, Anda bisa mendapat efek menenangkan dan hangat ketika memegang gelas di ruang hening sebelum tidur. Chamomile juga membuat Anda tidur lebih baik.

    Cukup tuangkan satu gelas air hangat ke 2 sampai 3 sendok makan bunga chamomile kering dan diamkan selama 10 menit. Coba minum setiap malam. Matikan tv, komputer, dan telepon ketika menikmati teh. 

  6. Coklat

    Selain menjadi antioksidan yang menyehatkan, coklat juga terkait dengan mood. Pria dan wanita perlu makan coklat ketika gejala depresi meningkat. Bila tidak berlebihan, coklat bisa membuat Anda merasa lebih baik.

    Dark chocolate dikenal dapat menurunkan tekanan darah dan menambah rasa tenang. Coklat mengandung lebih banyak polyphenol dan flavonol, dua antioksidan yang penting. Anda bisa makan dark chocolate sebagai cemilan sekali dalam seminggu.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram