14 Hal yang Sering Bikin Ibu Marah dan Tips Menahan Emosi
Mengatur urusan rumah tangga, pekerjaan, maupun anak terasa seolah tidak ada habisnya. Dengan suami yang selalu siap membantu Ibu dalam mengurus si kecil maupun beres-beres rumah, tidak menjamin kondisi emosi Ibu tidak akan bergejolak.
Dalam hal ini, jenis emosi yang dimaksud adalah perasaan marah. Ada saja hal-hal besar maupun sepele yang dilakukan pasangan dan anak yang menyebabkan Ibu jadi naik pitam hingga nada suara pun sampai ke oktaf tertinggi.
Sebenarnya, marah adalah reaksi spontan yang terjadi apabila kita sangat tidak menyukai sesuatu. Perasaan ini tidak semestinya disangkal, tapi harus divalidasi dan diterima keberadaannya. Merasa marah tentu sangat wajar, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita mengekspresikan rasa marah tersebut.
Dalam hubungan keluarga, hal sederhana yang dilakukan Ayah dan anak-anak tapi tidak sesuai pada waktu maupun tempatnya bisa seketika menyulut emosi Ibu. Banyak Ibu merasa kesulitan menahan emosi jika anak-anak berulah. Ditambah Ayahnya anak-anak juga ikut berulah.
Sebenarnya apa saja sih hal-hal yang biasa dilakukan anak-anak atau suami yang bisa menyebabkan Ibu kesulitan menahan emosi? Yuk, simak beberapa di antaranya:
Anak Menumpahkan Sesuatu
Air dan makanan sudah pasti jadi benda yang paling Ibu jaga dengan hati-hati agar tidak tumpah dan berceceran di lantai. Selain lelah harus membersihkan ulang, tentu Ibu merasa sayang jika makanan atau minuman harus terbuang sia-sia. Belum lagi kalau uang belanja juga pas-pasan.
Nah, kalau anak yang menumpahkan? Harusnya sih tidak boleh marah ya. Tapi gimana dong, suka kelepasan. Banyak yang mengeluhkan hal ini nih. Saat anak menumpahkan sesuatu, entah air atau makanan, Ibu akan bereaksi langsung marah. Udah nggak pakai ba-bi-bu langsung deh keluar kereta omelannya dengan gerbong sangat panjang.
Anak Membuat Rumah Berantakan
Mainan yang berantakan sudah pasti membuat Ibu stress karena mainan berserakan akan membuat rumah jadi terlihat berantakan juga. Wah, jika Ibu baru selesai membereskan rumah pasti Ibu jadi sulit menahan emosi agar tidak marah. Belum lagi jika mainan itu terinjak atau justru membuat si kecil tersandung. Rasanya seperti mau meledak, ingin marah karena si kecil tidak mau membereskan mainan tapi sekaligus sedih karena si kecil kesakitan.
Anak Tidak Mau Makan
Sudah susah-susah belanja ke pasar, hunting resep-resep sehat untuk makanan anak, lalu bangun lebih awal supaya bias masak untuk anak, eh saat waktu makan tiba, anak tidak mau makan. Lelah yang terkumpul sebelumnya jadi meledak deh. Belum lagi pusingnya memikirkan apakah gizi anak akan tercukupi kalau makannya sedikit atau bahkan tidak mau makan sama sekali, menahan emosi hampir setengah mati diupayakan.
Anak Tidak Mau Ditinggal
Kecenderungan tidak mau lepas dari Ibu sering dilakukan anak-anak. Bagi ibu rumah tangga yang 24 jam bersama anak, tentu akan merasakan bahwa anak benar-benar tidak mau ditinggal meski hanya ke kamar mandi. Sedangkan bagi ibu yang bekerja di luar rumah, anak yang tidak mau ditinggal juga ada lho. Karena mereka merasa momen saat ibunya ada di rumah adalah momen di mana Ibu adalah milik anak sepenuhnya. Anak menganggap orangtuanya adalah dunianya, baik ayah atau ibunya. Jika anak sedang tidak mau ditinggal bahkan sebentar saja, ada kemungkinan juga Ibu jadi sulit menahan emosi.
Mengapa? Karena sebagai orang dewasa, Ibu sudah terlatih untuk memiliki privasi, dan hal ini tentu sulit dilakukan saat memiliki anak. Tidak ada lagi banyak waktu emas untuk sendirian menikmati kopi atau teh dan bersantai. Jangankan santai, mau buang air kecil saja harus diiringi drama tangisan anak. Senewen akan muncul karena pikiran Ibu jadi terbagi antara butuh melakukan sesuatu sendirian dan bingung oleh tangisan si kecil. Nah, inilah yang akan jadi pemicu emosi tersulut.
Anak Terlalu Cerewet Saat Ibu Sedang Sibuk
Anak akan melakukan apa pun untuk menarik perhatian orangtuanya. Ibu bisa jadi sasaran empuk bagi anak yang sedang aktif-aktifnya bicara untuk mendapatkan perhatian. Anak bisa mengatakan segala kosakata yang dimilikinya dalam satu waktu yang sama ketika Ibu sedang sibuk melakukan sesuatu. Entah itu sedang berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan yang terpaksa dibawa pulang ke rumah, atau saat fokus mengiris bawang.
Saat seseorang sedang fokus lalu ada orang lain yang ngoceh tak kunjung berhenti bukan tidak mungkin Ibu jadi emosi lho. Emosi karena fokus jadi pecah dan dilema mau marah tapi kok ya lucu si kecil bisa ngomel juga ternyata.
Mengulur Waktu Saat Diminta Melakukan Sesuatu
Pernahkah Ibu meminta anak untuk melakukan sesuatu yang sangat sederhana tapi justru membuat Ibu rasanya ingin marah-marah terus? Ibu meminta anak untuk meletakkan sebuah mainan ke dalam kotak mainannya, tetapi gerakan anak seolah lambat sekali untuk mendatangi Ibu dan mengambil mainannya. Apalagi jika anak sudah lebih besar dan sengaja melambat-lambatkan gerakannya saat Ibu sedang buru-buru. Ibu jadi sulit menahan emosi.
Ibu akan merasa, kenapa anak Ibu ini lelet sekali, ya. Padahal, Bu, anak sebenarnya sudah bergerak dengan normal kok. Saat anak sedang fokus terhadap sesuatu, memang akan lambat mengerjakan hal lain yang Ibu minta. Selain itu kecepatan anak memang bisa terasa lebih lambat menurut orang dewasa tapi terasa normal bagi si kecil.
Meletakkan Sepatu Tidak Sesuai Tempatnya
Selain si kecil, ternyata Ayah hal-hal tidak tepat yang dilakukan ayah juga bias jadi penyebab Ibu tidak bias menahan emosi. Misalnya dalam urusan meletakkan sandal dan sepatu. Setelah dipakai, kebanyakan orang tidak mau terlalu pusing memikirkan alas kakinya harus dirapikan sebelum masuk rumah. Para Ayah yang kurang detail dalam memperhatikan hal yang satu ini bisa menjadi sasaran emosi Ibu. Karena Ibu menganggap sepatu yang diletakkan sembarangan akan membuat rumah terlihat tidak rapi.
Menggantung Kemeja Secara Asal
Ketika harus mengenakan pakaian yang sama untuk hari berikutnya, Ayah akan menggantung kemeja atau pakaian kerja, bukan? Nah, jika motorik halus Ayah kurang terlatih, maka kemeja atau pakaian yang digantung bisa jadi tidak rapi lho. Menggantungnya tidak pas, gitu. Hal seremeh ini bisa lho bikin tidak bisa menahan emosinya dan berakhir senewen.
Meletakkan Handuk Basah di Kasur
Jangan coba-coba meletakkan handuk basah di Kasur jika tidak ingin urusan jadi panjang. Dengan alasan terburu-buru, tidak jarang Ayah menggeletakkan handuk basah begitu saja di Kasur atau sofa. Ibu tentu akan marah jika handuk yang habis dipakai dan masih basah diletakkan di kasur. Karena kasurnya jadi ikut basah deh.
Tidak Meletakkan Barang ke Tempat Semula
Pernahkah Ayah merasa Ibu lebay sekali sampai harus marah-marah hanya karena tidak menemukan gunting di tempatnya biasa disimpan? Ya, hal seperti itu bisa jadi bahan amarah Ibu nih. Kebiasaan membereskan rumah membuat Ibu jadi detail memperhatikan letak barang.
Apalagi barang yang sering digunakan akan diletakkan di tempat-tempat yang Ibu ingat. Jika Ayah menggunakan barang tersebut dan tidak mengembalikannya ke tempatnya, Ibu jadi kebingungan dan merasa barangnya hilang. Jadi jangan heran jika hal ini membuat Ibu tak bias menahan emosi.
Terlalu Lama Melakukan Hobi
Hobi sangat dianjurkan untuk dilakukan sebagai pereda stress. Di saat inilah waktu me time seseorang juga bisa terlaksana. Ibu yang lebih banyak mencurahkan waktunya mengurus anak-anak dan mengurus rumah jadi punya sedikit waktu untuk me time atau melakukan hobinya. Sehingga saat Ibu mengetahui Ayah punya kesempatan melakukan hobi dan durasinya sengaja dibuat lama, Ibu akan spontan marah. Ibu tentu membutuhkan porsi atau durasi yang sama dan tidak mudah baginya untuk menahan emosi saat Ayah tidak memberi Ibu kesempatan yang sama.
Tidak Perhatian Penuh Saat Mengasuh Anak
Tidak semua Ayah tahu harus melakukan apa saat mengasuh anak sendirian tanpa Ibu. Seolah tidak ada yang menuntun harus apa dan bagaimana. Sehingga kebanyakan Ayah akan mengasuh anak sambil melakukan hal lain. Menggendong sambil main game-lah, menemani anak main tapi sambil pegang gawai-lah, dan beberapa contoh pengasuhan lainnya.
Hal ini membuat Ibu jadi tidak bisa menahan emosi. Karena Ibu lebih terbiasa bersama anak, maka Ibu seperti otomatis punya standar sendiri dalam mengasuh anak. Sayangnya jika Ayah tidak memenuhi standar Ibu saat mengasuh anak, malah jadi sasaran empuk omelan Ibu.
Berkomentar Tidak Enak Tentang Masakan Atau Penampilan Ibu
Sudah capek-capek masak dengan sepenuh hati, eh malah dikomentari masakannya nggak enak, kurang garam, kebanyakan bawang, dan lainnya. Ibu jadi susah menahan emosi kalau mendengar komentar ini. Padahal ya maksud Ayah juga jujur sih. Tetapi menurut Ibu justru lain.
Biasanya para Ibu lebih suka jika Ayah berkomentar dengan kalimat yang lebih halus, seperti “enak kok, tapi besok kalau masak lagi garamnya ditambah ya. Ayah mau dimasakin seperti ini lagi”. Lebih enak didengar, kan? Namun memang sudah terbukti bahwa otak yang memproses bahasa pada perempuan lebih luas daripada laki-laki. Sehingga mungkin apa yang ingin Ibu dengar dari Ayah tidak sesuai harapan.
Pelupa
Nah, siapa nih Ayah yang suka lupa? Tak jarang Ayah dimintai bantuan untuk membeli beberapa kebutuhan, atau dititipi pesan untuk mematikan air kran kamar mandi saat Ibu pergi sebentar ke tukang sayur kompleks. Yang terjadi malah Ayah lupa tidak mematikan air kran atau ada barang yang tidak terbeli. Hal ini bisa menyulut emosi Ibu yang biasanya cermat saat berbelanja dan detail dalam urusan rumah.
Jika Ibu memperhatikan daftar di atas, tentu Ibu akan manggut-manggut tanda setuju. Tapi, apakah Ibu akan terus-terusan marah karena hal-hal di atas? Tentu tidak kan, Bu. Nah, untuk itu, yuk coba tips menahan emosi seperti di bawah ini agar Ibu lebih menahan emosi saat menghadapi tingkah anak dan ulah Ayah:
Tips Menahan Emosi Pada Anak
Mengelola Baper (Bawa Perasaan)
Banyak hal yang mendasari Ibu kesulitan untuk menahan emosi. Laman A Mother Far From Home menyebutkan bahwa kemarahan seorang Ibu yang tidak mampu ditahan kebanyakan berasal dari para Ibu terlalu mengambil hati tingkah laku anak-anaknya. Ini merupakan dasar dari tersulutnya emosi Ibu. Ibu merasa apa yang dilakukan anak tidak sesuai standar pribadinya sendiri. Setelah itu Ibu terlalu baper nih, jadi deh emosinya justru meletup-letup.
Padahal, Bu, anak adalah individu yang baru mengenal banyak hal dengan cara mempelajarinya. Cara mempelajarinya juga kebanyakan tidak seindah dan serapi hal-hal yang biasa Ibu kerjakan. Jadi ibu memang harus berusaha mengelola perasaan. Ingatlah bahwa anak sedang bereksplorasi dengan lingkungannya.
Afirmasi Positif
Tenangkan hati dengan tarik napas dalam dan memejamkan mata selama sekitar 10 detik saat hendak marah pada anak. Bisikkan afirmasi positif pada diri sendiri dengan mengatakan bahwa anak butuh cinta, bukan amarah.
Turunkan Ekspektasi
Hindari berharap terlalu tinggi. Anak sedang belajar hal baru setiap harinya. Ganti kata “expect” dengan “accept” agar Ibu sendiri juga tidak kecewa dan tidak cepat marah.
Hindari Menggunakan Kekerasan Fisik
Orang dewasa yang memiliki masa lalu dengan kekerasan fisik oleh orangtuanya cenderung mengulanginya lagi pada anak mereka. Karena bersifat adiktif, maka kebiasaan memukul anak bisa terus-menerus dilakukan. Berusahalah untuk melampiaskan marah bukan pada anak. Tinggalkan ruangan di mana anak berada saat mulai sulit menahan emosi agar tidak terpicu memukul anak.
Minta Maaf
Minta maaflah pada anak jika kelepasan marah dan jangan sungkan untuk mengakui kesalahan. Cara ini baik untuk mengontrol emosi dan membantu Ibu menahan emosi jika selanjutnya timbul masalah pemicu lain.
Tips Menahan Emosi Pada Pasangan
Quality Time
Selain me time yang lebih berkualitas dan saling bergantian dengan pasangan dalam waktu yang sama rata, Ibu juga bila mencoba untuk menyediakan quality time bersama Ayah. Ini bermanfaat untuk memperkuat keharmonisan hubungan suami-istri.
Ngobrol
Memperbanyak ngobrol dengan pasangan dapat membantu Ibu untuk mengutarakan apa yang Ibu inginkan. Sebaliknya, Ayah juga jadi bisa menyampaikan dengan jujur apa yang ia bisa dan tidak bisa dilakukan sesuai standar Ibu. Sehingga Ibu dan Ayah bisa saling memahami.
Di momen ngobrol ini Ibu juga jadi bisa memberitahu Ayah tentang apa yang seharusnya dilakukan agar Ibu tidak banyak ngomel. Kemukakan juga alasan mengapa Ibu jadi cepat tersulut emosi jika Ayah melakukan sesuatu. Karena bisa saja di sudut pandang Ayah, hal itu adalah hal yang biasa.
Berdamai dengan Kenyataan
Laki-laki dan perempuan secara alami diciptakan dengan banyak perbedaan dari segi fisik maupun psikologis. Sehingga dari pemikiran, tingkah laku dan kebiasaan tentu berbeda pula. Maka cara untuk bisa terus hidup berdampingan adalah menerima dan berdamai dengan keadaan yang ada. Jika Ibu menerima keadaan Ayah, dan juga sebaliknya, maka menahan emosi untuk tidak cepat marah juga akan jadi lebih mudah.
Atur Kesepakatan
Buatlah kesepakatan bersama pasangan tentang kapan saat masing-masing bebas melakukan hobi atau bermain gawai dengan leluasa. Sebisa mungkin minimalisasi penggunaan gawai di depan anak-anak agar mereka bisa merasa lebih diperhatikan. Dengan adanya kesepakatan ini, baik Ibu maupun Ayah bisa sama-sama menemukan kepuasan batin yang sama rata. Kepuasan batin bisa mempengaruhi diri dalam menahan emosi.
Hindari Bertengkar di Depan Anak
Menghindari pertengkaran, apalagi di depan anak, penting untuk dilakukan. Selain baik untuk hubungan dengan suami, baik juga untuk kesehatan psikis anak. Jika tidak sanggup lagi menahan emosi, ajak Ayah untuk pindah ke ruangan lain tanpa ada anak. Lalu luapkan dengan bicara baik-baik. Jika bicara baik-baik belum melegakan, boleh sedikit saja marah. Tetapi selalu ingat untuk mengedepankan pikiran jernih, bukan mengikuti amarah sesaat.
(Dwi Ratih)