Ibupedia

14 Masalah Rumah Tangga Penyebab Perceraian

14 Masalah Rumah Tangga Penyebab Perceraian
14 Masalah Rumah Tangga Penyebab Perceraian

Semua orang pasti ingin hubungan rumah tangganya bahagia dan berlangsung seumur hidup. Namun walaupun sudah melakukan semua yang terbaik, tidak menutup kemungkinan menemui masalah rumah tangga, bahkan yang bisa memicu perceraian. Ketahui beberapa masalah rumah tangga pemicu perceraian, agar pernikahan Anda terjaga dengan baik.

  1. Masalah keuangan

    Gangguan keuangan adalah salah satu masalah rumah tangga yang paling atas. Masalah keuangan bisa menyebabkan masalah besar, karena sebagian besar kebutuhan keluarga bertopang pada ketersediaan uang. Uang bisa merusak rumah tangga dalam banyak bentuk. 

    • Hutang

      Hutang bisa timbul, misalnya akibat kekurangan dana untuk mencukupi suatu kebutuhan tertentu. Uang tersebut, bisa dipinjam dari bank, keluarga maupun teman. Parahnya, seringkali seseorang kembali berhutang untuk menutupi hutang lainnya, yang menjadikan hutang menumpuk. Bentuk hutang lainnya adalah penggunaan kartu kredit yang tidak sesuai kapasitas, terlebih lagi jika dipakai tanpa sepengetahuan pasangannya. 

      Penggunaan kartu kredit bukan berarti sama sekali tidak boleh, namun sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, darurat dan pastinya digunakan dengan bertanggung jawab. Jangan menggunakan kartu kredit untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk bersenang-senang. 

    • Berbeda pendapat soal keuangan. 

      Antara suami dan istri berbeda pendapatnya soal keuangan. Misalnya, suami berpendapat ‘uang bisa dicari, nikmati selagi ada’, sedangkan istri lebih memilih menabung. Perbedaan lainnya adalah pada kebiasaan menggunakan uang.

    • Kebutuhan uang tidak terpenuhi.

      Meski tidak sampai berhutang, tuntutan keuangan bisa membuat seseorang stress. Makanya, kita  harus pintar dalam mengatur keuangan. Cermat, hemat dalam berbelanja dan belajar untuk menabung. Jika satu orang yang bekerja dan tidak mampu memenuhi kebutuhan, maka yang satunya mesti membantu mencari penghasilan tambahan dan hiduplah sesuai kemampuan.

    • Kepemilikan uang

      Bukan masalah jika setiap rumah tangga memiliki aturan untuk menyimpan uangnya masing-masing, misalnya, karena memiliki tabungan yang didapat dari orangtua atau memiliki bisnis yang sudah dibangun sendiri sejak sebelum menikah. Uang yang bukan didapat karena sejak berkeluarga seperti ini, tidak jarang menjadi sebab pertengkaran. Untuk mengatasinya, banyak pasangan yang membuat surat perjanjian nikah yang diresmikan ke pihak berwenang.

    • Pembagian Uang

      Suami memercayakan penghasilannya untuk diurus oleh istri, atau suami hanya memberi jatah tertentu pada istri untuk kebutuhan rumah, adalah hak masing-masing rumah tangga. Namun sebaiknya, hal ini sudah dibicarakan dan disepakati bersama sejak awal.

  2. Perselingkuhan 

    40% perceraian disebabkan oleh perselingkuhan atau ketidaksetiaan. Perselingkuhan dan uang menjadi penyebab teratas terjadinya perceraian. Kenapa, sih, pernikahan sulit dipertahankan jika terjadi perselingkuhan? Karena sekecil apa pun perselingkuhan yang dilakukan pasangan, pasti meninggalkan luka yang sulit ‘sembuh’, perselingkuhan merusak kepercayaan pada pasangan. Selain merasa dikhianati, perselingkuhan juga membuat korbannya merasa tidak berdaya, tidak berarti dan menghilangkan rasa percaya diri. Ada pun pemicu pasangan berselingkuh:

    • Merasa frustasi

      Ketika seseorang merasa frustasi dalam menghadapi suatu masalah yang seakan nggak ada jalan keluarnya, maka orang tersebut akan mencari pelarian yang membuatnya merasa nyaman. Makanya, jika memiliki masalah rumah tangga, sebaiknya segera dibicarakan dan cari jalan keluarnya bersama.

    • Tertarik secara fisik.

      Misalnya, bertemu dengan seseorang yang lebih muda, lebih cantik atau bertubuh seksi. Tidak adil memang, karena tidak semua orang terlahir dengan tubuh tinggi semampai, langsing atau berkulit putih. Pun, sewajarnya seseorang akan mengalami perubahan fisik, bisa karena penuaan, kehamilan, atau karena kesibukan, seperti mengurus anak dan kebutuhan rumah. 

    • Seks

      Laki-laki yang berselingkuh, umumnya dipicu oleh keinginan melakukan seks atau sekadar mencari perhatian dari wanita tersebut, karena laki-laki cenderung mengekspresikan cinta melalui kontak fisik. Maka ketika kebutuhan seksnya tidak terpenuhi, ia akan melampiaskannya pada perempuan lain. Biasanya, mereka yang berselingkuh karena seks atau haus perhatian, adalah sesama yang kebutuhannya juga tidak terpenuhi. Sedangkan pada wanita, perselingkuhan seringkali dilakukan untuk mengisi ‘kekosongan hati’, misalnya, karena ia merasa tidak dihargai atau diabaikan oleh suami. 

    • Memenuhi keinginan

      Contoh, seorang istri merasa keinginannya untuk hidup mewah tidak mampu dipenuhi oleh suaminya, maka si istri akan mencari laki-laki lain yang bisa memenuhi impiannya.

    • Tidak suka diatur

      Perbedaan pendapat dan kebiasaan pasti ada, tapi terlalu mengatur agar semuanya menuruti kemauan kita, juga nggak benar, ya. 

    • Pernah selingkuh sebelumnya

      Sebuah anggapan berbunyi, ‘sekali pernah berselingkuh, maka akan selalu begitu’. Seperti latihan, trik berselingkuh yang dilakukan seseorang lama-lama akan membuatnya semakin lihai.

    • Bosan

      Seseorang bisa bosan dengan hubungan yang dijalaninya, dengan rutinitas di dalam hubungan tersebut maupun dengan pasangannya. Makanya, cobalah ajak pasangan melakukan hal-hal baru yang seru.

    • Pengaruh media sosial

      Misalnya, dimulai dengan saling mem-follow, kemudian saling lempar komentar, mengirim pesan dan berlanjut ke hubungan. Bisa juga, karena pasangan bertemu kembali dengan akun teman-temannya atau mantan kekasihnya.

    • Tidak menghargai hubungan

      Seseorang akan mudah untuk berselingkuh, sesederhana karena ia tidak memiliki komitmen atau tidak bisa menghargai hubungannya.

    Perselingkuhan umumnya terjadi di tempat bekerja atau lingkungan pertemanan, karena seseorang menghabiskan banyak waktu bersama dan bertemu setiap hari. Biasanya dimulai dari pertemanan biasa, lama-kelamaan berlanjut hingga terbawa emosi dan bisa berakhir pada hubungan secara fisik. Betul, kita mungkin ada salahnya dan pastinya kita juga memiliki kekurangan, namun perselingkuhan tetaplah sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan.

  3. Kekerasan dalam rumah tangga 

    Walaupun masih mencintai, tapi rasanya seseorang akan sulit bertahan jika merasakan kekerasan dalam rumah tangga. Apa saja, sih, yang termasuk KDRT?

    • Contoh KDRT secara fisik seperti memukul, menendang, mendorong, dst. Umumnya, kekerasan secara fisik tidak terjadi dua atau tiga kali, namun akan berlanjut, dan jika hal ini juga melibatkan keselamatan anak, maka disarankan Anda untuk segera menjauh dan mencari perlindungan. 

    • Kekerasan secara seksual misalnya memaksa istri untuk melakukan kegiatan seks. 

    • Kekerasan emosional, termasuk di antaranya melalui verbal, seperti berteriak (membentak), menyalahkan (blaming), membuat korbannya merasa malu, bersalah dan tidak berarti. Kekerasan emosional juga bisa terjadi di sela-sela kekerasan fisik atau tidak ada kekerasan fisik sama sekali.

    Ada pun tanda-tanda Anda mengalami kekerasan dalam rumah tangga selain bekas kontak fisik, yaitu Anda merasa takut pada pasangan, merasa terancam atau terkurung.  

  4. Kekurangan intimasi 

    Betul, salah satu ‘penghangat’ dalam hubungan suami istri adalah seks, namun, intimasi tidak melulu berkaitan dengan kegiatan di ranjang saja. Contoh lain dari intimasi atau kedekatan adalah, kenyamanan saat bertukar pikiran, merasa dicintai atau memberikan perhatian. Ketika hal ini hilang dalam sebuah hubungan, maka seseorang akan merasakan kesepian, merasa tidak dianggap atau tidak dihargai. Intimasi juga biasanya berupa kontak fisik sederhana seperti memeluk, bergandengan tangan atau berciuman. 

    Kurangnya intimasi bisa disebabkan karena pasangan yang tidak ekspresif atau komunikasi yang buruk. Bahkan, intimasi juga bisa hilang karena pasangan tidak lagi terlihat menarik, misalnya menjadi gemuk, kurang merawat diri atau mengalami penuaan.

  5. Tidak cocok

    Pernikahan bagaikan membuka sebuah kotak permen, yang ketika dibuka, ternyata ada sebagian permen yang retak di antara tumpukan permen berbentuk indah atau ada permen yang ternyata asam di antara permen yang manis. Intinya, ada banyak hal yang baru kita ketahui setelah menikah. Misalnya sifat dan kebiasaan pasangan kita atau keluarganya.

    Manfaatkan masa pacaran untuk mengenal pasangan kita dan keluarganya, agar kita semakin mengenali mereka. Namun perlu Anda ingat juga, bahwa sifat, kebiasaan, ketertarikan seseorang bisa berkembang atau berubah. Maka terbukalah pada perubahannya, selagi perubahan tersebut tidak menjadi masalah rumah tangga Anda.

  6. Komunikasi buruk

    Meski terdengar sepele, komunikasi yang baik amat diperlukan dan jika tidak berjalan dengan lancar, maka bisa memicu masalah rumah tangga. Maka jika Anda merasa ada masalah, segeralah dibicarakan, bukan hanya memendam atau lari dari masalah. Ketika menghadapi hal seperti ini, jangan lupa untuk menerapkan teknik berkomunikasi yang baik. Contohnya, tunggu ketika mood suami sedang baik, jangan memulai percakapan mengenai masalah ketika pasangan sedang lelah atau sedang ada masalah lain (misalnya di kantor) dan usahakan bicara dengan cara yang disukai oleh suami. 

    Komunikasi yang buruk antara pasangan juga ditandai dengan kurangnya percakapan sederhana, seperti mengingatkan agar berhati-hati di perjalanan, atau sekadar bertanya apa makan siangnya di kantor tadi. 

    Contoh komunikasi buruk lainnya adalah celotehan yang tidak perlu atau tidak mampu bertanya dengan baik. Misalnya, bagi suami, ketika Anda sampai di rumah dan melihat rumah berantakan, jangan tanyakan, ‘kenapa belum masak? Dari pagi ngapain saja?’, karena mungkin istri sibuk seharian mengurus anak dan membersihkan rumah. Point-nya adalah mengganti pertanyaan menjadi lebih halus. Atau untuk para istri, misalnya suami Anda pulang malam, jangan langsung nyeletuk ‘habis nongkrong dengan teman-teman lagi?’, bisa saja, kan, suami Anda baru saja selesai bekerja lembur.

  7. Adu argumen dan mengulang kesalahan

    Kesalahan berulang pastinya membuat mereka yang menghadapinya menjadi lelah dan kesal. Contoh, ketika pasangan lagi-lagi menambah hutang atau berselingkuh lagi. Bahkan sesuatu yang sederhana seperti terus-terus membuat pakaian di lemari menjadi berantakan, menaruh sampah sembarangan dalam rumah atau boros dalam kegiatan sehari-hari pun bisa membuat pasangan kewalahan. Kesalahan biasanya menyebabkan perdebatan, semakin berulang, argumen akan semakin melebar dan kemarahan akan meningkat.

    Selain itu, kesalahan berulang dan sering adu pendapat bisa membuat pasangan merasa tidak pernah didengarkan atau tidak dihargai. 

  8. Usia

    Menikah di usia yang terlalu muda, juga bisa memicu masalah rumah tangga, karena pasangan belum sepenuhnya siap menjalani rumah tangga. Pada usia muda, biasanya karir dan penghasilan  seseorang belum stabil sehingga mungkin kesulitan mencukupi kebutuhan rumah tangga atau memenuhi impian keluarga. Lainnya adalah belum dewasa, sehingga belum mampu berkomunikasi dengan baik, belum mampu memecahkan masalah dengan bijak atau belum siap menerima perbedaan. 

    Banyak juga orang yang menikah di usia muda, karena khawatir nantinya belum menikah ketika sudah berumur. Padahal ini tidak sepenuhnya buruk, positifnya adalah, kita sudah mengalami banyak hal dalam hidup dan membuat kita terlatih menghadapi masalah. 

  9. Kecanduan 

    Ada banyak macam kecanduan yang bisa merusak hubungan, mulai dari hal kecil hingga yang serius. Misalnya, pasangan yang tidak berhenti bermain games atau ‘memegang’ ponsel. Kecanduan hal-hal seperti ini bisa membuat komunikasi terganggu dan waktu berkualitas bersama pasangan berkurang. 

    Apalagi jika pasangan kecanduan sesuatu yang buruk seperti minuman beralkohol, obat-obatan terlarang atau berjudi. Kebiasaan buruk pasangan ini bisa membuat Anda dan keluarga terlibat dalam masalah serius. Kecanduan narkoba atau berjudi, bisa membuat pasangan kehilangan mata pencarian, yang berujung dengan rusaknya hubungan keluarga, kehabisan uang, bahkan tersangkut masalah hukum. Ditambah lagi, pada saat-saat seperti ini, biasanya keluarga dan teman-teman akan menjauh agar mereka tidak turut terkena masalah.

    Bentuk kecanduan lain yang mungkin terjadi adalah berselingkuh. Perlu waspada, ya, jika pasangan kecanduan berselingkuh, apalagi sampai melakukan hubungan seksual, bisa-bisa ia membawa pulang penyakit.

  10. Tidak seimbang

    Intinya adalah di antara salah satu pasangan merasa peran atau tugasnya terlalu banyak dan terlalu berat. Contohnya, suami merasa terlalu capek bekerja sendirian untuk memenuhi kebutuhan rumah, istri merasa tugasnya ketika mengurus rumah terlalu banyak, dst. 

    Makanya, yuk, mulai berbagi tugas agar sama-sama meringankan dan masing-masing menyediakan ‘me time’. Misalnya, bagi suami, sesekali nggak ada salahnya membantu istri di dapur, sekadar memotong sayuran atau memandikan anak. Untuk istri, jika memungkinkan, ayo bantu suami mencari penghasilan tambahan.

  11. Berbeda prioritas

    Berbeda prioritas adalah salah satu perpanjangan ketidakcocokan. Misalnya, suami memprioritaskan membeli mobil baru, sedangkan istri memilih menabung untuk biaya DP tempat tinggal, atau istri memilih jalan-jalan ke luar negeri, sedangkan suami lebih memilih uangnya digunakan untuk pergi beribadah. Contoh lainnya adalah, suami mengutamakan menyelesaikan pekerjaan kantor yang dibawanya pulang, sedangkan istri ingin pasangannya menghabiskan weekend dengan anak-anak.

  12. Tekanan

    Ada banyak macam tekanan dalam rumah tangga, yang utama adalah mengenai keuangan. Tekanan lainnya adalah tuntutan dari pasangan atau keluarga, apalagi mertua. 

  13. Tidak memiliki keturunan

    Tidak kunjung mendapatkan anak, sayangnya menjadi salah satu alasan bagi pasangan untuk mengakhiri pernikahannya. Tentu saja, setiap pasangan pasti sangat ingin dikaruniai keturunan. Namun, perlu kita ingat, anak adalah amanah, yang jika kita belum ‘dipercaya’ oleh Yang Kuasa untuk memilikinya, maka yang bisa kita lakukan hanya berusaha dan berdoa. Jalan lain yang bisa ditempuh selain perceraian adalah mengadopsi anak.

  14. Terkait pekerjaan

    Masalah rumah tangga yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya, kurangnya pendidikan, sehingga sulit mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang baik. Tidak punya pekerjaan tetap, sehingga keuangan tidak lancar. Sering pergi untuk bertugas, sehingga menyebabkan kurangnya intimasi dan komunikasi, hal ini juga bisa memicu pasangan berselingkuh.

Menghindari pemicu masalah rumah tangga, bisa menghindari terjadi perceraian yang amat besar dampaknya bagi hidup Anda. Sekalipun Anda merasa terselamatkan, misalnya karena Anda terbebas dari KDRT, namun jika suami istri berpisah, anak-anaklah yang paling menjadi korban. Yang utama adalah besarnya dampak psikologis bagi anak. Anak bisa merasa frustasi, stress, atau merasa bersalah atas berpisahnya orangtua mereka. Perceraian orangtua juga bisa berakibat negatif bagi kegiatan sekolah dan anak korban perceraian cenderung melakukan tindakan yang berisiko, seperti mengonsumsi narkoba, sering berkelahi atau melakukan seks bebas.

Beberapa hal di atas turut menjadi masalah rumah tangga Anda? Mari mengoreksi diri dan bergeraklah segera untuk mempertahankan apa yang Anda miliki sekarang, yaitu keluarga. Ingatlah masa-masa indah Anda bersama pasangan dan anak-anak, ingat kembali tujuan Anda menikah dan indahnya hubungan Anda dengan pasangan. 

(Stephanie)

Follow Ibupedia Instagram