Ibupedia

20 Cara Membantu Pasangan yang Kehilangan Pekerjaan

20 Cara Membantu Pasangan yang Kehilangan Pekerjaan
20 Cara Membantu Pasangan yang Kehilangan Pekerjaan

Ketika kehilangan pekerjaan, pasti rasanya seperti kehilangan sesuatu yang amat besar dalam hidup kita. Kehilangan pekerjaan juga membuat seseorang merasa tidak dihargai, merasa bersalah dan tidak berdaya. Sebagian kecil orang bekerja sekadar untuk mengisi waktu, namun bagi sebagian besarnya, bekerja adalah sebuah keharusan dan merupakan sumber pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kehilangan pekerjaan akan semakin berat, jika kegiatan di dalamnya terkait dengan passion seseorang. 

Toh, semua orang juga bakal kehilangan pekerjaan pada waktunya, misalnya karena memang sudah memasuki usia pensiun atau karena alasan kesehatan, tapi kalau terjadi secara mendadak dan masih dalam usia produktif, apalagi masih punya banyak tanggung jawab, pastinya bakal sulit dihadapi. Nah, jika pasangan mengalami kehilangan pekerjaan, apa yang mesti Anda lakukan?

  1. Menenangkan pikiran

    Nggak hanya ayah, pasti Ibu juga ikut shock ketika ayah kehilangan pekerjaan. Rasa khawatir dan panik muncul dan membuat cemas. Namun, saat-saat ini diperlukan kepala yang dingin agar Ibu dan pasangan bisa mencari solusi, hal yang pertama mesti dilakukan adalah menenangkan pikiran Ibu. Setelah Ibu tenang, maka Ibu bisa membatu ayah menenangkan pikirannya.

  2. Mendengarkan keluh kesah

    Beri pasangan waktu untuk mengeluarkan isi kepalanya. Dengarkan apa alasan ia kehilangan pekerjaannya, apa langkah yang akan diambilnya, rencana yang akan dibuatnya nanti, dst. Pada masa ini, cukup dengarkan dengan baik, jangan membantah, jangan menghakimi atau mengoreksi. Jika ada yang mengganjal di hati Ibu, buatlah pertanyaan dengan kalimat yang halus. Dengan mengeluarkan keluh kesah, pasangan akan merasa lebih rileks dan Ibu juga akan tahu penyebab ia kehilangan pekerjaan, jadi di kemudian hari, Ibu bisa selalu mengingatkan.

  3. Berikan waktu sendiri

    Setelah apa yang dilaluinya, berikan pasangan waktu untuk menyendiri. Berikan pasangan ruang untuk ia memikirkan solusi dan merenung. Waktu ini juga diharapkan bisa ia manfaatkan untuk mengoreksi diri. Tapi ingat juga, agar terus mendampingi pasangan, supaya ia merasa tidak sendirian dalam menghadapi masalahnya. 

  4. Menghibur hati pasangan

    Setelah tenang, pasangan perlu dihibur untuk mengalihkan perhatiannya pada masalah. Hiburan yang dilakukan pastinya yang sesuai dengan keadaan saja, misalnya melakukan barbeque di rumah. Tidak perlu mengundang keluarga besar atau teman-teman, karena pada masa-masa seperti ini, biasanya seseorang tidak mau diganggu dengan pertanyaan apalagi ceramah dari orang lain. Jadi, cukup dengan anggota keluarga di rumah saja.

  5. Berbicara pada keluarga

    Sebaiknya bicaralah pada anak-anak dan keluarga, apalagi jika pasangan Ibu adalah tulang punggung. Sampaikan pada anak, bahwa Ibu dan Ayah sedang dalam masa serba terbatas, pastinya sampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak. Sampaikan juga hal ini pada orangtua, bahwa untuk sementara waktu, pasangan hanya bisa membantu memenuhi kebutuhan pokok seadanya. Jika pasangan bertanggung jawab untuk biaya kuliah adiknya, maka si adik bisa mencari pekerjaan paruh waktu untuk meringankan beban si Kakak, atau bahkan cuti kuliah jika memang harus. 

    Setelah suasana hati pasangan dan Ibu menjadi lebih tenang, beberapa langkah selanjutnya yang bisa dilakukan sebagai berikut.

  6. Mengatur kembali keuangan

    Keuangan keluarga harus diatur kembali untuk menyesuaikan dengan keadaan, pastinya hal ini mesti dikerjakan dan disepakati bersama. Atur keuangan secermat mungkin, agar keuangan tetap terkendali, kebutuhan pokok tetap terpenuhi dan mencegah adanya hutang.

  7. Fokus pada prioritas

    Prioritas Anda mungkin akan berbeda, pada saat keuangan lancar dan tidak. Pada masa-masa sulit ini, fokuskan pada kebutuhan paling penting, seperti tempat tinggal, kebutuhan harian seperti makanan, listrik dan air, serta kebutuhan sekolah anak. Dari kebutuhan tersebut pun, kembali dibuat prioritasnya. Misalnya, tidak membeli tas sekolah anak yang baru, agar kebutuhan buku dan alat tulisnya terpenuhi. 

  8. Memotong anggaran saat kehilangan pekerjaan

    Intinya, semua harus serba hemat saat ini. Misalnya, kalau anak biasanya naik mobil jemputan ke sekolah, sementara waktu, ganti dengan diantar jemput ayah. Kalau biasanya keluarga makan keluar di akhir pekan, maka sementara di stop dulu, ganti dengan makan-makan di rumah, misalnya sambil menonton tv bersama. Menghemat biaya sehari-hari lainnya seperti listrik dan air. 

    Contoh lainnya adalah soal makanan, Ibu mesti pintar mengatur membeli makanan dengan harga terjangkau namun tetap bergizi, mengatur makanan yang terbatas dan terjangkau namun tetap lezat dan tidak menyia-nyiakan makanan. Trik untuk tidak membuang makanan misalnya, membuat nasi goreng dari nasi sisa, membuat jus dari buah yang sudah terlalu matang atau membuat kaldu dari sisa sayuran.

  9. Berbagi penghasilan

    Jika Ibu juga bekerja dan punya penghasilan sendiri, sekarang ini mesti berbagi atau bahkan meng-cover seluruh kebutuhan pokok keluarga. 

  10. Menjual barang tak terpakai

    Punya barang yang nggak dipakai? Kenapa nggak dimanfaatkan saja dengan menjualnya? Barang ini contohnya emas atau perhiasan, alat elektronik, atau barang koleksi yang jumlahnya banyak. Bisa juga, nih, misalnya, ada barang-barang si Kecil yang masih dalam keadaan layak, seperti pakaian, boks tidur atau stroller, bisa menghasilkan uang yang lumayan, loh. Lebih baik dimanfaatkan daripada menumpuk di rumah, kan? Makanya, mulai sekarang, mesti rapi dalam menyimpan barang-barang, ya.

  11. Usaha kecil-kecilan

    Yuk, mencari penghasilan dengan bisnis dadakan dengan dana tabungan yang ada atau pesangon dari kantor. Misalnya menjual makanan buatan Ibu dan ayah. Jika tabungan atau dana pesangon Anda terbatas, Anda bisa mencoba usaha yang minim modal seperti menjadi reseller pakaian. Usaha dadakan seperti ini, bisa dijual secara online, bisa dengan menawarkan ke teman-teman, atau mengikuti bazar. Bahkan, bisa juga dengan membuat space dan spanduk di rumah.

    Ada baiknya, sih, usaha sampingan seperti ini mulai dikerjakan, sekalipun kita sudah punya pekerjaan tetap. Jadi, seandainya sedang dalam keadaan sulit seperti ini, bisnis sampingan Anda sudah cukup besar untuk menghasilkan uang.

    Biasanya bisnis tipe ini, dilakukan dengan biaya promosi yang juga minim,  misalnya dengan memberikan sampel gratis ke orang-orang terdekat. Sampel gratis itu hal yang wajar, namun jika usaha sudah berjalan, Anda mesti disiplin dan tegas. Nggak ada lagi tuh, sampel gratis lainnya, potongan harga atau kebiasaan ‘bayar belakangan’ pada orang-orang terdekat. Karena jika bisnis dilakukan seperti ini, bisa-bisa bisnis Anda malah terhenti.

  12. Stop Menjadi Subscriber atau Member Grup Tertentu yang Tidak terlalu Penting

    Untuk sementara waktu, mari stop biaya keanggotaan. Misalnya, ayah adalah anggota pusat kebugaran, maka sementara waktu bisa ‘cuti’ dulu, dan ganti dengan kegiatan olahraga gratis seperti jogging di sekitar rumah atau bermain sepeda di CFD. Contoh lain, adalah cuti dari biaya asuransi kesehatan. Walaupun ini kurang disarankan, namun biasanya biaya bulanan asuransi cukup besar, dan ketika seseorang sedang tidak punya penghasilan maka biayanya bisa menjadi beban, apalagi jika menanggung beberapa orang sekaligus. Hubungi pihak asuransi Anda untuk mengatur hal ini. 

  13. Menjadi broker

    Punya teman sedang ingin menjual kendaraan, tanah atau rumahnya? Kesempatan baik, nih, untuk membantu menjualkan. Usaha seperti ini modalnya juga nggak terlalu banyak. Cuma butuh pulsa telepon, uang bensin untuk mengecek lokasi dan skill untuk bernegosiasi. Jika berhasil, nggak cuma keluarga Anda yang tertolong, tapi keluarga teman Anda juga.

  14. Utamakan pekerjaan sampingan

    Biasanya, seseorang punya side job. Pekerjaan sampingan ini biasanya hasilnya lumayan untuk menambah tabungan, atau tambahan untuk uang jajan anak. Nah, karena sedang tidak ada main job, side job ini bisa, nih, dikembangkan. 

  15. Menjual aset

    Sudah menjual sebagian barang, dan usaha kecil-kecilan, tapi hasilnya tidak mencukupi? Mungkin saatnya merelakan aset yang lebih besar, seperti kendaraan, tempat usaha, tanah, dst. Menjual aset juga bisa dilakukan untuk mencegah Anda berhutang.

    Selagi Anda dan pasangan melakukan usaha, bisa sambil melakukan kegiatan berikut.

  16. Cari bantuan

    Sambil mencari sendiri, jangan sungkan untuk meminta informasi lowongan pekerjaan ke orang-orang terdekat. 

  17. Manfaatkan waktu

    Sedih dan cemas saat kehilangan pekerjaan itu wajar-wajar saja, tapi, walaupun kecil, pasti ada positifnya juga. Ketika punya waktu lebih begini, kenapa tidak mendorongnya untuk memanfaatkan waktu? Misalnya menjemput anak dari tempat les, menemani anak membuat tugas rumah, atau membantu Ibu mempercantik halaman. Bisa juga, memanfaatkan waktu untuk ia beristirahat dari rutinitasnya sehari-hari, dan untuk hal ini, adalah tugas Ibu untuk membuatnya merasa nyaman selama ia beristirahat di rumah. Bisa juga, nih, memanfaatkan waktu untuk memperbanyak berkunjung ke rumah orangtua.

  18. Eksplor

    Saatnya meng-encourage suami untuk mengeksplor dirinya. Misalnya, suami merasa kehilangan pekerjaannya karena suntuk mengurusi bidang pemasaran, mungkin saatnya mencoba bidang pekerjaan lain yang sesuai dengan minatnya. Support Anda sangat ia butuhkan.

  19. Hobi yang bermanfaat

    Yuk, manfaatkan waktu untuk melakukan hobi. Misalnya, berkebun. Selain bisa mengurangi stres, menanam sayuran di rumah juga bisa membantu meringankan biaya makan, bahkan bisa dipakai untuk mengisi quality time bersama anak-anak.

  20. Mendoakan

    Apa yang lebih besar dan lebih kuat dari segala usaha dan rencana Anda? Doa. Jangan lupa untuk mendoakan pasangan Anda dan keluarga, supaya Tuhan segera memberikan jalan yang lebih mudah dan lebih baik.

Ada banyak hal yang bisa Anda dan pasangan lakukan dalam mengatasi keterbatasan penghasilan akibat kehilangan pekerjaan. Namun ada baiknya, ya, mulai mencari pekerjaan baru sebelum waktu bekerja Anda betul-betul selesai, kan, biasanya selalu ada kebijakan ‘one month notice’. Selain itu, pastinya Anda mesti menyiapkan tabungan dari jauh hari. Seperti tabungan pensiun, dana darurat hingga menyisihkan uang untuk membuat usaha sampingan.

(Stephanie)

Follow Ibupedia Instagram