Ibupedia

4 Jenis Urutan Lahir yang Mempengaruhi Sifat Anak

4 Jenis Urutan Lahir yang Mempengaruhi Sifat Anak
4 Jenis Urutan Lahir yang Mempengaruhi Sifat Anak

Sifat anak pertama dan anak kedua di tiap keluarga pasti berbeda. Tapi kenapa sifat anak bisa berbeda meski mereka punya gen yang sama? Rahasia dari perbedaan sifat anak ada pada urutan lahirnya, baik anak pertama, anak tengah, anak terakhir, atau anak satu-satunya serta bagaimana orang tua memperlakukan mereka. Simak yuk penjelasannya berikut ini. 

Urutan lahir + pengasuhan orang tua = perilaku anak

Ketika menjadi anak pertama, secara alami anak akan menjadi eksperimen bagi orang tua yang baru menjalani peran ini. Mereka menggabungkan antara insting serta trial and error. Mungkin ini yang menyebabkan orang tua membesarkan anak pertama dengan mengikuti panduan buku. Mereka jadi orang tua yang sangat perhatian dan ketat dengan aturan. Ini pada akhirnya menyebabkan sifat anak jadi perfeksionis dan selalu berusaha menyenangkan hati orang tuanya.

Sebaliknya, bila pasangan memutuskan untuk punya anak kedua, mereka mungkin akan membesarkan anak kedua dengan lebih santai karena sudah ada pengalaman membesarkan anak pertama. Orang tua juga kurang perhatian karena anak pertama berkompetisi untuk mendapat perhatian. Selain itu pada anak kedua, orang tua tidak terlalu panik dengan kesehatannya sehingga tidak langsung membawa anak ke dokter bila ia sakit. Ini bisa menyebabkan anak kedua tidak terlalu perfeksionis, tapi lebih bisa menyenangkan orang.

  1. Sifat anak pertama

    Sifat anak pertama biasanya:

    • Terstruktur

    • Bisa diandalkan

    • Teliti

    • Mengontrol

    Orang tua selalu hadir mendampingi anak pertama. Anak pertama menikmati hidup dengan kehadiran orang tua yang memperhatikan dia secara penuh. Ini sebabnya kenapa kadang anak pertama bertingkah seperti orang dewasa mini. Sifat anak pertama biasanya gigih dan ingin menjadi yang terbaik dalam segala hal.

    Tapi, anak pertama juga sering menghadapi tantangan emosi. Apalagi jika orang tua yang tidak punya pengalaman sering punya ekspektasi sangat tinggi terhadap anak pertama. Orang tua biasanya sangat ingin melihat anak pertamanya sukses. Ini akan membuat mereka merasa sudah berhasil sebagai orang tua.

    Akibatnya, orang tua selalu memberi kritik untuk tiap tindakan yang anak lakukan. Misalnya, “Kok nilai kamu cuma 98?” atau “Bukan begitu cara menggambar pohon.” Anak pertama akhirnya merasa sangat tertekan untuk mencapai kesuksesan dan jadi perfeksionis.

    Anak pertama merasa sangat kehilangan ketika ia harus berbagi tempat tidur denga adik kecilnya, dan ia juga harus berbagi cinta dan perhatian orang tua. Anak pertama merasa cemburu karena perhatian khusus yang diterima si adik, merasa terganggu karena adik kecil sering mengganggu apa yang ia lakukan, dan kesal karena ia selalu diminta berperilaku lebih baik.

    Tapi satu hal yang paling positif dari anak pertama adalah mereka menyayangi adik-adiknya. Pengalaman ini akan membuat ia lebih mampu untuk mencintai dan sensitif terhadap kebutuhan orang lain.

    Tips membesarkan anak pertama

    Anak pertama cenderung akan tumbuh dewasa lebih cepat, jauh sebelum usianya. Mereka bekerja keras, rajin, dan membuat senang orang dewasa di sekitarnya. Tentu, sifat anak pertama juga suka mengontrol dan ingin semua dilakukan dengan caranya. Berikut ini tips untuk membesarkan anak pertama:

    • Biarkan anak membuat keputusan sendiri

      Anda merasa anak punya bakat di balet, dan juga menari. Tapi mendaftarkannya untuk mengikuti banyak kursus baru bisa jadi bumerang untuk Anda sendiri. Anda tidak memberinya pilihan, Anda memintanya jadi penari saat mungkin ia tidak tertarik dengan hal itu. Karena anak pertama selalu ingin sukses, ia akan melakukan apa yang Anda minta, meski tidak menyukainya.

    • Jangan harap anak pertama menggantikan posisi Anda

      Jangan mengandalkan anak pertama untuk mengasuh adiknya. Hanya karena ia anak yang paling besar tidak berarti ia yang bertanggung jawab ketika adiknya mencoret-coret dinding dengan krayon.

    • Jangan perfeksionis

      Jangan mengkoreksi hal yang sudah anak kerjakan. Misalnya mengelap kembali meja yang anak sudah bersihkan. Ini akan mendorong sifat anak untuk jadi semakin perfeksionis.

    • Tingkatkan kesabaran

      Perlu diingat, anak pertama butuh waktu untuk bisa mengetahui aturan. Bersabarlah. Saat kita sabar, ini juga akan jadi contoh baik untuknya. Ia akan mencontoh perilaku sabar ketika ia sedang bersama teman-temannya.

    • Luangkan waktu untuk anak pertama, terutama bila ia punya banyak adik

      Anak pertama sering merasa orang tua tidak memberi perhatian padanya karena mereka selalu fokus pada anak yang lebih kecil. Usahakan agar Ibu dan Ayah bisa meluangkan waktu mengajak anak pertama keluar rumah untuk makan atau jalan-jalan. Menghabiskan quality time bersama anak pertama juga bisa mengurangi rasa bersaing yang  dimiliki anak pertama terhadap adik-adiknya.

  2. Sifat anak tengah

    Anak tengah sering merasa diabaikan dan merasa, “Saya bukan yang tertua, saya bukan yang paling kecil, lalu siapa saya?” Ini bisa mendorong anak tengah untuk menonjol di antara teman-temannya, karena perhatian orang tua biasanya tertuju pada anak pertama atau anak paling kecil di keluarga.

    Secara umum, sifat anak tengah antara lain:

    • Menyenangkan orang

    • Memberontak

    • Punya banyak sahabat

    • Punya lingkungan sosial yang luas

    • Pecinta damai.

    Anak tengah sebenarnya banyak diuntungkan, baik dari si kakak maupun adiknya. Ia punya kakak sebagai tempat belajar, yang bisa mengawasinya, dan ia punya adik yang selalu mencarinya, yang bisa ia sayangi.

    Tapi sebagai anak tengah, ia menghadapi tantangan tersendiri. Ia merasa sedih karena tidak lagi jadi anak yang paling kecil, sering merasa diabaikan, dan cemburu karena kakak dan adiknya mendapat begitu banyak perhatian. Anak tengah juga mungkin sering menunggu perhatian dari orang tuanya saat Ayah membantu kakaknya mengerjakan PR, dan Ibunya mengurus bayi.

    Anak tengah sangat kompetitif dengan saudara kandungnya. Anak tengah juga punya dilemma. Ia bukan yang paling besar atau paling kecil, jadi ia kesulitan menentukan identitas uniknya sendiri.

    Tips membesarkan anak tengah

    Anak tengah bisa punya perilaku yang ekstrim (bersikap memberontak), tapi juga sering membuat orang lain senang. Berikut tips membesarkan anak tengah:

    • Yakinkan anak

      Bila anak melakukan kesalahan, Anda perlu tekankan kalau hukuman yang ia terima tidak berhubungan dengan saudara kandungnya, dan tidak mengubah  rasa sayang Anda terhadapnya. Memberi penjelasan tentang  alasan pemberian hukuman sangat penting ketika membesarkan anak tengah, yang sudah merasa kehilangan perhatian orang tua.

    • Waktu spesial untuk anak tengah

      Cobalah untuk lebih dekat dengan anak tengah. Setelah selesai makan, coba tanyakan “Bagaimana kegiatanmu hari ini?” Luangkan waktu untuk mengobrol dengannya. Dengan fokus pada anak tengah, Anda meyakinkannya kalau ia sama pentingnya seperti anak Anda yang lain, dan membuatnya tidak lagi merasa kehilangan.

    • Jadikan prestasinya sesuatu yang penting

      Saat anak pertama punya prestasi bagus, bukan hal seru lagi ketika anak tengah mendapat nilai bagus di raportnya. Tapi, tunjukkan kalau prestasinya juga layak dirayakan.

    • Jaga komunikasi yang terbuka

      Kadang orang tua sulit membedakan anak rewel karena lapar atau rewel karena kesal. Ketika anak tengah merasa diabaikan, ia mungkin tidak mengatakannya. Solusinya, bicaralah padanya tentang pengalaman Anda menjadi anak tengah. Anda bisa katakan, “Ayah dan Ibu juga mengurus adik bayi dan kakak. Kalau kamu merasa dicuekin, kasih tau Ibu ya.”

    • Tak ada lagi lungsuran

      Mungkin masih ada, tapi hanya beberapa. Sesekali tidak masalah bila anak tengah menggunakan barang yang pernah dipakai kakaknya, tapi anak tengah akan sangat menghargai barang yang baru terutama untuk barang seperti jaket atau baju. Hal istimewa lain yang bisa Ibu berikan kepada anak tengah misalnya membiarkannya memilih dan menonton film tanpa gangguan dari saudara kandungnya. Ini bisa membantu anak tengah merasa spesial.

    • Momen dalam foto

      Pastikan album foto keluarga juga memuat foto anak tengah Anda. Jangan biarkan ia melihat ada banyak sekali foto kakak dan foto adiknya, tapi foto dirinya hanya ada beberapa saja. Dan pastikan Anda mengajak anak tengah untuk makan di luar atau jalan-jalan sendirian, tidak bersama adik atau kakaknya.

  3. Sifat anak terakhir

    Anak terakhir mendapat banyak perhatian dari orang tua dan bahkan dari kakak-kakaknya. Ini kenapa mereka merasa tidak berpengalaman dan kurang mandiri. Tapi sifat anak terakhir biasanya sangat termotivasi untuk lebih baik dari kakaknya. Seringkali anak terakhir mencapai prestasi besar dan mendapat pengakuan di bidang yang mereka pilih. Mereka bisa menjadi atlet tercepat, musisi, dan artis berbakat. Anak terakhir cenderung sangat bisa bersosialisasi, meski mereka lebih tidak bertanggung jawab dan sembrono dibanding  anak lain.

    Sifat anak terakhir biasanya:

    • Seru, penyayang

    • Tidak rumit

    • Manipulatif

    • Pencari perhatian

    • Memikirkan diri sendiri.

    Tips membesarkan anak terakhir

    Berikut ini tips membesarkan anak terakhir:

    • Bersikap adil

      Kadang orang tua menjadi sangat sibuk membantu tugas  sekolah anak pertama atau memastikan anak tengah tidak menumpahkan sayur di dapur sehingga mengabaikan kebutuhan anak paling kecil.

      Anda harus pastikan untuk melibatkan anak yang paling kecil. Bila anak yang besar selalu mengajak teman-temannya bermain di rumah, Anda perlu melakukan hal yang sama untuk anak paling kecil. Ini akan menunjukkan ke anak yang paling kecil kalau ia juga bagian dari keluarga.

    • Jangan menganggapnya bayi

      Anak kecil sering merasa diabaikan karena mereka belum cukup besar, tapi bukan berarti anak usia 4 tahun harus diperlakukan seperti bayi. Ajarkan anak untuk mandiri.

      Bahkan anak usia batita bisa membantu Anda mengatur meja makan atau membereskan mainan di ruang keluarga. Ini akan menunjukkan kalau ia cukup kompeten dan menjadi individu yang mampu, tanpa melihat urutan kelahirannya.

    • Memberi perlindungan

      Sebagai orang tua dari banyak anak, Anda juga berperan sebagai wasit. Anak yang lebih besar sering meremehkan adiknya dan mengejeknya. Ketika ini terjadi, Anda perlu menengahi, tidak hanya untuk mengajarkan anak yang lebih besar, tapi juga melindungi si kecil.

      Bila anak yang lebih besar tidak memberi kesempatan adiknya untuk menyelesaikan kalimatnya, Anda perlu katakan, “Tunggu sebentar, adik mau ngomong, kakak memotong omongan adik.”

    • Katakan “tidak” dan ini tak masalah

      Anak yang paling kecil biasanya lebih memperhatikan diri sendiri, jadi jangan terkejut bila anak usia 6 tahun jadi tantrum karena ia sangat menginginkan sebuah mainan untuk ditunjukkan di sekolah. Tapi Anda tak perlu mengikuti semua kemauannya. Perlakukan ia sama seperti anak Anda yang lain, yakni membelikan barang yang ia butuhkan bukan yang ia inginkan.

  4. Sifat anak tunggal

    Anak tunggal menempati posisi yang unik di keluarga. Anak tungal tidak memiliki saudara untuk berkompetisi, dan juga memonopoli perhatian orang tua, tidak hanya untuk waktu singkat seperti saat bayi, tapi selamanya. Sebagai akibatnya, ini membuat sifat anak tunggal kadang seperti anak pertama yang super. Hanya dirinya yang punya hak untuk mendapat dukungan orang tua.

    Ini membuat sifat anak tunggal seperti berikut ini:

    • Perfeksionis

    • Suka memimpin

    • Teliti

    Tips membesarkan anak tunggal

    Anak tunggal jadi kebanggaan orang tua, sehingga ia mendapat semua perhatian ibu dan Ayah. Anak tunggal cenderung lebih matang dengan cepat, suka membuat orang lain senang, dan lahir sebagai pemimpin. Berikut ini tips membesarkan anak tunggal:

    • Jangan selalu ikut campur

      Anak tunggal cenderung perfeksionis, jadi bila Anda mencoba mengulangi tiap hal yang ia lakukan, seperti merapikan kembali tempat tidur atau membersihkan kembali rak yang baru ia bersihkan, Anda hanya akan meningkatkan sifat anak yang sudah perfeksionis. Jangan perbaiki apapun yang sudah dikerjakan oleh anak tunggal.

    • Hindari rasa kesepian

      Karena tidak punya saudara kandung, anak tunggal bisa merasa kesepian, dan untuk mengatasi peran ini, mereka sering punya teman khayalan atau sangat dekat dengan benda seperti boneka.

      Seberapapun besarnya perhatian yang Anda berikan ke anak tunggal, kadang yang mereka butuhkan hanyalah teman seusianya. Usahakan anak bermain dan bersosialisasi dengan temannya. Ajak anak tunggal mengikuti kelas olahraga atau ke taman agar ia bisa berinteraksi dengan anak lain.

    • Selalu libatkan humor

      Sifat anak tunggal sangat logis dan menjadi sangat serius sehingga tidak tertarik dengan humor. Anda bisa contohkan ini, hindari disiplin yang sangat mengikat, tersenyum dan tertawalah bersama anak, kemungkinan anak akan mengikuti kebiasaan Anda.

    • Katakan “tidak”

      Anak tunggal mendapat semua perhatian orang tua, jadi bisa sulit untuk ayah dan ibu menolak permintaan anak. Dengan belajar mengatakan tidak, anak akan lebih baik dalam menentukan pilihan yang paling  tepat untuk dirinya.

Bagaimana pengaruh urutan lahir terhadap IQ anak?

Sebuah teori yang populer mengatakan urutan lahir punya dampak pada sifat dan tingkat IQ anak.  Tapi ini juga jadi perdebatan antara para peneliti.

Beberapa sepenuhnya mengabaikan teori ini, sedang lainnya yakin ini punya peran yang penting. Peneliti dari Jerman mempelajari lebih dari 20.000 orang dewasa dari Amerika, Inggris, dan Jerman. Di penelitian ini, mereka membandingkan saudara kandung dalam keluarga dan urutan lahirnya.

Mereka menemukan, dalam melakukan tes, anak yang lebih besar umumnya menunjukkan intelegensi yang lebih tinggi. Tapi ilmuwan menemukan tidak ada pengaruh urutan lahir dan stabilitas emosi dan imajinasi.

Tips untuk para orang tua

Bunda, satu hal paling penting untuk membantu anak menghadapi tantangan terkait dengan urutan lahir mereka adalah dengan mengenali kesulitan yang dihadapi tiap anak, misalnya, akan sangat membantu jika Anda memberitahu anak tengah, “Menjadi anak tengah kadang sulit, karena kakak dan adik selalu mencari perhatian Ayah dan Bunda.”

Dorong anak untuk bicara tentang emosi yang ia rasakan. Misalnya, Anda bisa beritahu anak paling kecil, “Kalau kamu merasa dicuekin dan ingin perhatian lebih, kamu bilang ke Bunda. Tentramkan hati anak-anak dengan mengatakan, “Ibu dan Ayah punya cinta untuk semua anak.”

Ceritakan pengalaman urutan lahir Anda bersama anak untuk membantu mereka merasa dipahami. Misalnya, bila Ibu adalah anak tengah, Anda bisa beritahu si anak tengah, “Waktu Ibu kecil, kakak Bunda nggak bolehin Ibu bermain dengan temannya yang datang ke rumah, Ibu juga merasa dicuekin seperti kamu.”

Meski sulit dilakukan, anak butuh perhatian khusus satu persatu untuk merasa dicintai. Ingat, waktu untuk masing-masing anak = perhatian = cinta.

(Ismawati / Dok. Freepik)

Follow Ibupedia Instagram