4 Keuntungan Perempuan yang Menikah di Usia 30an
Bagi perempuan yang menghabiskan usia 20-an dengan mengejar karier dan menikmati hidup, tentu bayangan akan pernikahan terasa masih jauh. Tanpa disadari, tiba-tiba sudah menginjak usia 30-an dan masih melajang.
Sindiran hingga tekanan dari keluarga dan sahabat pun terasa makin berat, belum lagi circle pergaulan yang menyempit karena para kolega sibuk dengan anak dan pasangannya.
5 Stigma Perempuan yang Belum Menikah di Usia 30an
Beberapa sindiran dan stigma yang biasa melekat pada perempuan yang belum menikah di usia 30an di antaranya:
Semua lelaki baik sudah milik orang
Dilansir dari Quandl, rata-rata usia pernikahan di Indonesia untuk lelaki adalah 25,7 tahun. Sementara untuk perempuan rata-rata di usia 22,3 - 24 tahun. Hal itu menunjukkan bahwa perempuan yang menikah di usia 30an terbilang terlambat dan tidak heran menjadi buah bibir masyarakat.
Bahkan, kerap kali terdengar cemoohan seperti, "Kalau tidak cepat, nanti semua lelaki yang baik direbut orang lho?" Seakan-akan mereka yang belum menikah di usia 30-an tergolong tidak cukup layak dan hanya mendapatkan "sisa-sisa".
Padahal, banyak alasan lho mengapa seseorang belum menikah di usia 30-an. Bisa jadi ia sibuk mengejar karier dan mengumpulkan uang. Dalam beberapa kasus, ada juga yang tekun mendapatkan gelar pendidikan untuk mengejar mimpinya. Berhenti berpikir bahwa terlambat menikah berarti tidak layak! Justru, kemungkinan masih banyak lelaki yang layak dalam segi finansial maupun keilmuan sedang menanti Anda!
Terlambat menikah, terancam lajang selamanya?
"Jangan kebanyakan pilih-pilih deh, nanti jadi perawan tua lho!"
Tentu ucapan ini amat sering ditemukan dalam adegan di sinetron maupun keseharian. Perempuan diibaratkan seperti produk dengan masa kedaluwarsa, jika melewati masa tertentu, maka ia bisa dibuang. Padahal, usia 30-an bukanlah akhir dari segalanya lho.
Bahkan, menurut BPS, usia harapan hidup perempuan di Indonesia mencapai 73,33 tahun. Itu berarti, Anda masih memiliki 43 tahun lebih untuk menikmati hidup! Di dunia ini ada banyak sekali kesempatan dan kejutan yang bisa datang di saat tak terduga. Ladies, jangan patah semangat dulu ya!
Lajang di usia 30-an memiliki mental kurang stabil?
"Duh, dia itu pemarah karena belum menikah!"
"Tingkahnya masih kekanak-kanakan, belum jadi Ibu sih!"
Sebenarnya tidak ada alasan yang kuat untuk menghakimi kepribadian seseorang dari keputusannya untuk menikah atau tidak. Bisa jadi malah dua orang dengan tabiat buruk bersatu dalam mahligai perkawinan. Lalu pasangan tersebut menjadi orang tua yang buruk bagi anak-anaknya. Kualitas diri ditentukan oleh kebijaksanaan setiap individu.
Mereka yang menikah di usia 30an justru memiliki kesempatan lebih untuk belajar tentang kehidupan dan menjadi pribadi yang lebih matang. Sehingga, saat ia bertemu dengan pasangannya, ia bisa lebih bijak dalam menyikapi masalah.
Terancam merebut kekasih orang
Nah, ia dia salah satu hoax paling menyebalkan yang bikin telinga panas. Kembali ke poin pertama, dengan asumsi semua lelaki baik sudah jadi milik orang, maka perempuan yang belum menikah di usia 30an dianggap tega menggoda suami orang.
Tentu saja ini adalah opini keji yang mendegradasi moral perempuan sebatas keputusannya untuk menikah atau tidak sebelum usia 30an. Justru, jika seorang suami masih melirik perempuan lajang lain, maka moralnya lah yang patut dipertanyakan!
Lajang hingga tua akan kehilangan teman
Menikah atau tidak menikah, circle pergaulan seseorang pastinya menyempit seiring ia dewasa. Ayolah, apakah tubuh Anda masih kuat untuk berpesta dan begadang setiap malam? Apakah Anda masih bisa membagi waktu antara pekerjaan dan bermain sepanjang waktu?
Tentunya berbagai hal menjadi terbatas, tak akan sama seperti masa-masa asyik kuliah dulu. Apalagi jika para sahabat sudah memiliki anak, amat wajar apabila mereka memprioritaskan waktu berkualitas bersama keluarga.
Namun, bukan berarti Anda lantas terkucil dalam pergaulan dan ditinggalkan sendirian tanpa perhatian. Sahabat yang baik pasti masih akan saling berkabar, memberikan dukungan, sesekali berkumpul, dan melempar lelucon. Mungkin intensitas bertemu saja yang berkurang, tapi percayalah, orang yang benar-benar sayang tidak akan meninggalkan Anda hanya karena belum menikah di usia 30-an.
4 Keuntungan Menikah di Usia 30an
Lebih Mengenal Kemauan Diri
Pada saat mencapai usia 30an, kita cenderung mengenal lebih jauh tentang jati diri kita. Seperti yang dijelaskan oleh Peter Saddington, seorang konselor hubungan di Relate, pada saat mencapai usia 30 tahun kita cenderung memiliki kesadaran diri yang lebih baik, pemahaman yang lebih jelas tentang seksualitas dan gagasan yang lebih menyeluruh tentang apa yang kita cari dalam suatu hubungan.
Salah satu keuntungan menikah di usia 30-an adalah memiliki pengalaman hidup yang cukup untuk tahu bagaimana perangai Anda dalam relasi asmara. Kegagalan cinta, patah hati, dan cara Anda tumbuh saat menyelesaikan konflik asmara tentunya sangat penting dalam mematangkan karakter Anda. Nantinya, saat sudah menjalin hubungan yang serius, Anda jauh lebih matang dalam berpikir karena sudah belajar dari pengalaman sebelumnya.
Lebih mapan secara finansial
Tak bisa dipungkiri, faktor finansial seringkali ikut menentukan kebahagiaan pernikahan. Selain menjaga stabilitas kebutuhan rumah tangga, memiliki finansial yang kuat juga akan meminimalisasi perselisihan dalam rumah tangga. Ketika perempuan memiliki kemandirian dalam hal finansial, maka ia juga akan lebih percaya diri dan berdaya.
Keuntungan menikah di usia 30an bagi wanita karir adalah memiliki cukup pengalaman untuk mengelola uangnya sendiri. Nantinya ia tak akan menyusahkan suami atau mungkin malah bisa saling membantu. Bahkan jika kemudian ia tidak bekerja, perempuan di usia 30an cenderung lebih berpengalaman dalam mengelola keuangan rumah tangga.
Memiliki cara komunikasi yang lebih baik
Ngambek tanpa alasan atau tiba-tiba mendiamkan pasangan saat marah tak akan terjadi jika Anda menjalani hubungan asmara yang dewasa. Keuntungan menikah di usia 30an adalah memiliki cukup pengalaman untuk melewatkan drama-drama yang tidak perlu.
Jika ada masalah, perempuan usia 30an cenderung mampu mengendalikan emosi dan tidak meledak-ledak karena hal sepele. Apalagi jika ia aktif bersosialisasi di usia 20an, maka ia akan tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan menempatkan dirinya di kondisi tertentu. Pasangan pun tak memiliki kewajiban untuk mengajari atau mendisiplinkan satu sama lain. Jika ada hal yang kurang cocok, maka bisa dibicarakan baik-baik.
Berhasil melalui banyak kisah
Semua kisah pasti mengandung hikmah. Mungkin Anda memiliki beberapa mantan atau mungkin setia pada satu orang selama belasan tahun hingga akhirnya kandas. Apapun itu, setiap hubungan pasti membuat seseorang bertumbuh. Baik secara pola pikir maupun kemampuan mengelola emosi.
Pandangan tentang pernikahan pun pastinya berbeda saat menginjak usia 30an. Daripada pasangan yang super romantis dan banyak menabur janji manis, mungkin Anda kini lebih mendambakan pasangan yang gigih, bertanggung jawab, dan berpikiran terbuka.
Pada akhirnya, perempuan yang memutuskan menikah di usia 30an memiliki hak dan kesempatan yang setara dengan perempuan muda lainnya dalam memilih pasangan. Usia bukanlah patokan layak tidaknya seorang perempuan menjalin relasi asmara. Semua memiliki garis hidupnya masing-masing, hal terbaik adalah saling mendoakan dan berhenti melempar opini buruk.
(Yusrina)