5 Cara Mencegah Risiko Pelecehan Seksual pada Anak
Kabar tentang seorang Ibu yang menangkap pelaku pencabulan anaknya di Bekasi ramai dibicarakan beberapa waktu lalu. Hal ini bahkan memicu perdebatan beberapa pihak, karena menganggap pihak kepolisian lamban dalam bekerja.
Namun demikian, dilansir dari situs CNN Indonesia, Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Aloysius Suprijadi, mengatakan bahwa penangkapan tersangka pencabulan tidak bisa dilakukan secara gegabah.
Pasalnya, pihak Kepolisian terlebih dulu harus mengumpulkan bukti-bukti dan melakukan penyelidikan setelah menerima laporan dari korban. Barulah kemudian proses penangkapan dan penahanan tersangka dilakukan.
Tersangka dalam kasus pencabulan anak di bawah umur tersebut dijerat dengan hukuman penjara minimal 5 tahun dan denda paling banyak sebesar Rp5 miliar sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 82 Undang-Undang No. 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak.
Tentu saja, kasus pencabulan tersebut bukanlah satu-satunya yang terjadi di Indonesia. Beberapa tersangka dari pend bahkan berasal dari lingkungan terdekat. Hal ini tentu menimbulkan kecemasan pada orang tua akan keamanan juga keselamatan buah hati tercinta.
Beruntung, Ayah dan Ibu bisa mulai mengajari si kecil hal-hal yang berkaitan dengan pelecehan seksual. Seperti apa caranya? Yuk, simak!
Perkenalkan bagian tubuh sejak dini
Sebutkan bagian-bagian tubuh si kecil dan perkenalkan sejak dini. Gunakan nama yang sebenarnya untuk setiap bagian tubuh, termasuk alat kelamin. Hal ini penting dilakukan sebab masih banyak orang tua yang merasa tabu mengatakan penis atau vagina di depan anak-anaknya.
Coba hentikan kebiasaan menyebut penis dengan sebutan burung atau titit. Begitu juga dengan vagina yang sering dikenalkan kepada anak menggunakan sebutan-sebutan lain.
Mulailah membantu si kecil merasa nyaman menggunakan kata-kata tersebut dan mengetahui artinya dengan benar. Tujuannya agar anak bisa berbicara dengan jelas jika sesuatu yang tidak pantas telah terjadi. Jangan jadikan alat kelamin mereka menjadi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan.
Ajarkan bahwa beberapa bagian tubuh bersifat pribadi
Beri tahu si kecil bahwa bagian pribadi mereka disebut pribadi karena tidak untuk dilihat semua orang. Jelaskan bahwa Ayah dan Ibu mungkin bisa melihatnya telanjang, tetapi orang-orang di luar rumah tidak diperbolehkan. Jelaskan bagaimana dokter boleh melihat si kecil tanpa pakaian, karena dokter sedang memeriksa tubuhnya.
Dianjurkan agar Ayah dan Ibu selalu meminta izin terlebih dulu pada si kecil ketika akan memandikan, mengganti pakaian atau popoknya, sehingga ia tahu bahwa bagian tubuh pribadinya tidak boleh disentuh tanpa alasan. Hal ini penting dilakukan sejak dini agar si kecil memahami pentingnya menjaga bagian tubuhnya yang bersifat pribadi.
Berikan pengetahuan tentang batasan tubuh
Beri tahu si kecil tanpa basa-basi bahwa tidak ada yang boleh menyentuh bagian pribadi mereka dan bahwa tidak ada yang boleh memintanya untuk menyentuh bagian pribadi milik orang lain.
Orang tua akan sering melupakan bagian kedua dari kalimat tersebut. Padahal pelecehan seksual seringkali dimulai dengan pelaku meminta anak untuk menyentuh mereka atau orang lain.
Biasanya pelaku juga akan memberitahu korban untuk merahasiakan pelecehan seksual yang terjadi. Hal ini bahkan dapat dilakukan dengan cara yang ramah, seperti, "Saya suka bermain sama kamu, tetapi kalau kamu memberi tahu orang lain apa yang kita mainkan, mereka tidak akan membiarkan saya datang lagi."
Atau bisa berupa ancaman: “Ini rahasia kita. Kalau kamu memberi tahu siapa pun, saya akan memberi tahu mereka bahwa itu adalah idemu dan kamu yang akan mendapat masalah besar!”
Oleh karena itu, sebaiknya Ayah dan Ibu memberi penjelasan pada si kecil bahwa apa pun yang dikatakan orang kepadanya, rahasia tentang tubuh tidak boleh dilakukan dan ia harus segera memberi tahu jika seseorang mencoba membuat mereka merahasiakannya.
Ajarkan cara keluar dari situasi yang tidak nyaman
Beberapa anak mungkin akan merasa tidak nyaman dengan mengatakan "tidak" kepada orang lain, terutama pada teman sebaya yang lebih tua atau orang dewasa. Berikut beberapa cara yang bisa diajarkan ke anak:
- Beri tahu si kecil bahwa tidak apa-apa untuk memberi tahu orang dewasa bahwa ia harus pergi jika sesuatu yang terasa salah terjadi, dan beri contoh kata-kata untuk keluar dari situasi yang tidak nyaman.
- Beri tahu si kecil bahwa jika seseorang ingin melihat atau menyentuh bagian pribadinya, ia bisa memberi tahu bahwa ia harus pergi untuk buang air besar.
- Jangan lupa, ingatkan si kecil bahwa tidak ada yang boleh memotret tubuh bagian pribadinya. Pasalnya, ada oknum pedofil yang secara sengaja mengambil dan memperdagangkan foto anak-anak telanjang secara online.
- Hindari juga mengunggah foto si kecil dalam keadaan tanpa pakaian di platform media sosial manapun untuk menjaga keamanan dan keselamatannya.
Buat kata sandi khusus tentang kondisi darurat
Seiring bertambahnya usia si kecil, Ayah dan Ibu tentu tidak lagi bisa mengawasinya dalam 24 jam penuh. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk pelecehan seksual, cobalah untuk bersama membuat kata sandi khusus tentang kondisi darurat yang mungkin terjadi.
Kata sandi ini nantinya bisa digunakan ketika anak merasa tidak aman. Baik di dalam rumah ketika ada tamu atau ketika mereka sedang pergi dengan teman-temannya. Jika terjadi kondisi darurat, mereka bisa mengirim pesan sehingga Ayah dan Ibu segera memberi pertolongan atau menjemputnya.
Pastikan juga bahwa Ayah dan Ibu cepat memberi respons, sehingga si kecil tidak ragu dalam meminta bantuan. Cara ini cukup efektif dilakukan terlebih untuk anak-anak yang mulai bersekolah atau bermain dengan teman sebayanya. Ayah dan Ibu tertarik mencobanya?
Kasus pelecehan yang terjadi pada anak-anak seringkali menimbulkan dampak psikologis berkelanjutan. Bukan hal yang aneh, meski pelaku kejahatan seksual telah ditangkap, rasanya tidak cukup untuk mengobati rasa takut, sedih, dan trauma pada korban.
Semoga langkah-langkah pencegahan risiko pelecehan seksual tadi bisa membantu Ayah dan Ibu untuk melindungi si kecil, ya.
Editor: Dwi Ratih