5 Cara Menerapkan Social Media Break, Demi Jaga Kesehatan Mental
Kita tahu bahwa peran media sosial saat ini, sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari. Bahkan, media sosial terkadang juga bisa jadi ajang berbagi informasi yang diketahui paling update, ketimbang informasi dari televisi.
Meski memiliki manfaat bagi kehidupan kita, nyatanya sosial media juga punya dampak yang cukup mengkhawatirkan bagi kesehatan mental kita, lho! Terlebih jika penggunaannya terlalu berlebihan.
Nggak heran, hal tersebut membuat kita perlu menerapkan social media break setidaknya dalam sekali seminggu. Menerapkan social media break, sangat bermanfaat buat kesehatan mental, agar kita juga bisa lebih fokus menata kehidupan yang sebenarnya.
Mengapa perlu menerapkan social media break?
Berdasarkan sebuah penelitian tahun 2021 yang berjudul; Recreational Screen Time Behaviors during the COVID-19 Pandemic in the U.S: A Mixed-Methods Study among a Diverse Population-Based Sample of Emerging Adults diungkapkan bahwa, rata-rata waktu screen time masyarakat dunia, cenderung meningkat sebanyak 3 jam dalam seminggu, terutama pada saat pandemi Covid-19 yang lalu. Salah satunya berkat keterlibatan media sosial yang lebih besar.
Meskipun media sosial mungkin menawarkan koneksi, informasi dan hiburan yang lebih terkini, nyatanya kita tetap perlu menerapkan social media break. Sebab, hal ini dapat membantu kita agar bisa lebih ‘hadir’ dan fokus menjalani hidup.
Apalagi kita tahu bahwa sosial media hanyalah sebuah kehidupan di dunia maya. Ketika kita bisa mengendalikan penggunaan media sosial dan menerapkan social media break, sedikit banyak hal ini juga bisa meminimalisir kita mengalami depresi, stres maupun gangguan mental lainnya.
Selain itu, jika mengutip dari Everyday Health manfaat lain dari social media break adalah kita bisa lebih terkoneksi dan mengenali diri sendiri. Apalagi sosial media, bersifat performatif dan cenderung menampilkan kepribadian dan membiarkan ciri-ciri kepribadian tertentu muncul meskipun mereka tidak benar-benar mirip dengan kita.
Pada akhirnya bisa membuat kita jadi kehilangan jati diri, hingga rentan depresi, karena menganggap kehidupan nyata nggak seindah yang ditampilkan pada sosial media.
Bagaimana cara menerapkan social media break?
Terkadang, sosial media dengan segudang informasinya bisa membuat hati kita merasa lebih bahagia, tapi bisa juga sebaliknya. Apalagi kalau paparannya sudah terlalu sering atau terlalu lama.
Studi tahun 2022 yang berjudul: Social Media Use and Its Associations With Mental Health 9 Months After the COVID-19 Outbreak: A Cross-National Study yang dilakukan di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Norwegia menemukan bahwa, mereka yang menggunakan media sosial mengaku bisa mengurangi rasa kesepian selama pandemi. Apalagi, selama pandemi orang-orang terus berada di dalam rumah dan rentan mengalami kesehatan mental yang lebih buruk.
Tapi sayangnya, kebanyakan penelitian setelah pandemi berakhir lebih menyimpulkan dampak sosial media ke arah negatif. Sehingga, masyarakat dunia disarankan untuk menerapkan social media break.
Berikut adalah langkah awal penerapannya, buat kamu yang mulai merasa perlu menerapkan social media break:
1. Nggak harus mematikan Hp
Yes! Jika mengutip dari Healthline banyak orang yang justru memanfaatkan sosial media, sekadar untuk bersantai, dan mencari informasi. Sehingga, jika hendak menerapkan social media break sejatinya nggak mesti harus mematikan Hp
Ibu bisa mempertimbangkan beberapa opsi berikut, alih-alih menjauhkan diri dari layar Hp, seperti:
- Berjalan-jalanlah di sekitar kompleks rumah
- Menyalakan musik
- Atur suasana hati dengan menghirup lilin aromaterapi
- Membaca buku
- Mengasah kemampuan dengan suatu kerajinan
- Memasak
- Bermain dengan hewan peliharaan
- Olahraga atau melakukan meditasi Cobalah yoga atau meditasi
- Minum minuman hangat yang menenangkan, seperti teh atau coklat panas
- Melihat foto-foto lama dan kenang-kenangan keluarga.
2. Batasi durasi interaksi di media sosial
Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menerapkan social media break adalah, dengan membatasi interaksi di media sosial platform apapun. Kamu juga bisa memanfaatkan aplikasi tertentu, untuk membantu mengingatkan batas screen time harian.
Walau sedang menerapkan social media break, nggak berarti kamu juga harus membatasi komunikasi dengan orang lain ya, Bu. Kamu bisa melakukan beberapa kegiatan berikut:
- Menghubungi teman atau anggota keluarga melalui video call, telepon atau ajak bertemu secara langsung
- Undang seseorang untuk makan malam bersama
- Atur makan siang akhir pekan, jalan-jalan, atau berbelanja bersama teman-teman
- Rekreasi ke luar rumah bersama teman atau keluarga.
3. Mematikan notifikasi
Nah, ini adalah salah satu jalan ninja Ibumin tiap kali hendak menerapkan social media break nih, Bu. Dengan mematikan notifikasi, bikin Ibumin jadi nggak mudah tergoda ingin membuka platform media sosial manapun.
4. Menghapus aplikasi
Terkadang, walau sudah mematikan notifikasi, tetap saja mata ini rasanya gatal sekali ingin membuka media sosial tersebut. Kalau Ibu khawatir jadi nggak bisa menerapkan social media break karena hal ini, cobalah untuk menghapus sementara aplikasi sosial media yang ada di ponselmu.
Jika dibutuhkan, kamu bisa mendownload kembali aplikasi tersebut. Terkadang, hal ini lebih memudahkan Ibu untuk melakukan social media break, lho!
5. Terapkan waktu bebas screen time dalam satu minggu
Ibumin juga biasanya punya aturan tambahan di rumah, agar bisa menerapkan social media break. Seperti menerapkan waktu bebas screen time 2 kali dalam seminggu, yakni di hari sabtu dan minggu.
Terkecuali jika ada pekerjaan yang darurat, mungkin aturan waktu ini bisa disesuaikan kembali. Ibumin dan keluarga di rumah juga punya ruangan khusus yang dilarang untuk mengakses sosial media, atau bahkan sekadar memegang Hp.
Misalnya saat di kamar tidur, di ruang keluarga, pada momen makan bersama dan juga di ruang ibadah. Semua aturan ini, wajib dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak.
Pada awalnya memang Ibumin akui, sedikit struggling menerapkan social media break ini. Tapi, lama kelamaan bisa diterapkan kok, Bu. Yuk, lakukan pelan-pelan demi kesehatan mental yang lebih baik!