5 Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Menjalani Kehidupan Pernikahan
Mendengar kalimat “will you marry me?” dari pasangan yang dicintai, ditambah dengan lampu remang-remang bertabur lilin di sekitarnya, serta musik yang lembut, memang terkesan sangat romantis terutama bagi para wanita. Setelah sepakat untuk hidup saling mendampingi, kedua pasangan biasanya melangsungkan pernikahan dan mengucap janji pernikahan, di hadapan sanak saudara serta teman-teman dekat yang hadir. Bagaimana kehidupan pernikahan setelahnya? Apakah seindah cerita yang ada di dongeng?
Menjalani kehidupan pernikahan bersama dengan pasangan yang kita cintai pasti banyak hal yang luar biasa menyenangkan. Tak hanya sebagai itu, pasangan kita juga bisa menjadi teman hidup selamanya. Di samping itu, menjalani kehidupan pernikahan tidak selalu melewati hal bersama yang menyenangkan, tapi juga ada beberapa hal yang dapat memicu pertengkaran.
Salah satu pemicu yang menjadi dasar adalah kebiasaan yang berbeda 180 derajat dari masing-masing pasangan. Hal lain yang terjadi dalam kehidupan pernikahan juga datang dari hal yang tidak bisa dikontrol, seperti kesehatan, kehilangan pekerjaan, dinamika keluarga, dan lain sebagainya, tetapi masih banyak juga hal lain yang mungkin bisa dihindari. Kesalahan yang datang dari suami dan istri pun cenderung berbeda letak permasalahan serta konteks kesalahannya, sehingga berujung pada perasaan yang mengarah ke perasaan negatif.
Perasaan yang negatif dapat berpengaruh pada masalah fisik maupun psikis. Gloria Vanderhorst, PhD mengatakan, “stres akan bertumbuh dalam kehidupan pernikahan dengan alasan demi alasan yang berbeda-beda dari suami maupun istri. Hal ini akan memicu munculnya kecemasan atau depresi dari salah satu pasangan.”. Setiap pasangan diharapkan dapat mengoreksi letak kesalahan yang mereka miliki, supaya dapat meneruskan kehidupan pernikahan dengan lebih baik. Supaya dapat mengetahui kesalahan-kesalahan apa saja yang bisa memicu keributan dalam kehidupan pernikahan, yuk simak artikel ini lebih lanjut.
5 Kesalahan yang Dilakukan oleh Suami dalam Kehidupan Pernikahan
“Kamu gak peka banget sih jadi suami?!”, mungkin beberapa suami pernah mendengar ungkapan seperti ini dari istrinya. Sebagian besar suami mengaku bingung dengan ungkapan kekesalan atau kemarahan istri itu ternyata datang dari perilaku suami. Padahal, para suami merasa tidak melakukan kesalahan kepada istrinya, atau suami merasa perilaku yang dilakukan tidak bermaksud untuk menyakiti. Terkadang, ada beberapa hal yang belum benar-benar diketahui oleh suami.
Pengeluaran tak terduga
Para suami sering memiliki satu hobi yang digemari. Tak jarang, ia akan melakukan apa saja untuk tetap melakukan hobinya tersebut seterusnya, bahkan jika harus membeli dengan harga yang cukup besar. Hal ini lah yang sering menjadi pemicu kekesalan para istri karena merasa tidak dilibatkan terutama perihal keuangan keluarga. Vanderhorst mengatakan kebiasaan ini cenderung dilakukan oleh para suami. Secara sadar atau tidak sadar, pria sering merasa bahwa mereka adalah “bread winner” sekaligus memiliki peran sebagai pemimpin keluarga. Alangkah baiknya jika peran sebagai pemimpin yang suami emban tidak hanya sekadar peran, tetapi tetap berbagi tanggung jawab dengan istri.
Kurang menunjukkan rasa empati
Ucapan “terima kasih” yang jarang diucap oleh seorang suami kepada istrinya pun juga bisa memicu pertengkaran. Walau yang dilakukan istri terkesan simple seperti membuat makanan, membelikan camilan kesukaan, atau membelikan baju baru, suami diharapkan bisa menunjukkan apresiasinya kepada istri. Hal lain yang terkadang dilakukan oleh suami dalam kurangnya menunjukkan rasa empati adalah ketika sedang adu pendapat. Kebanyakan para suami tidak menyelesaikan argumennya kepada istri, walaupun yang sedang dibahas adalah kesalahannya. Kecenderungan untuk “selalu ingin menang” cukup melekat pada pikiran sebagian besar suami.
“Aku ngerasa fisik kamu di sini tapi jiwa kamu lagi melayang-layang di tempat lain..”. Para suami, ada yang pernah dibilang seperti ini sama istrinya? Jika ya, itu pertanda bahwa para istri ingin kehadiran suami bukan hanya secara fisik tetapi juga secara emosional. Supaya lebih mempererat koneksi dengan istri, setiap pasangan bisa mencari kegiatan yang bisa dilakukan secara bersama, seperti membersihkan rumah.
Hears, but don’t listen
Hanya mendengar itu tidak sama dengan mendengarkan. Kebanyakan para suami hanya mendengar cerita yang disampaikan istrinya, tetapi tidak benar-benar mendengarkan dengan hati dan pikiran mereka. Ada waktunya di mana istri ingin “mengeluhkesahkan” hari yang ia jalani kepada suami, dan berharap bisa mendengar kalimat simpatik dari sang suami, seperti “kamu hebat sudah menyelesaikan pekerjaan yang berat itu, walau sempat ingin menyerah.” dan kalimat lain yang lebih membuatnya tenang. “Para istri hanya ingin didengar dan memastikan bahwa ceritanya benar-benar didengarkan oleh suaminya..”, ungkap Vanderhost. Active listening bisa menjadi hal yang bisa dilakukan suami kepada istrinya.
Kurang terbuka (perasaan dan pikiran)
Menjadi pendengar yang baik saat istri sedang bercerita merupakan hal yang penting, begitu juga dengan sang suami. Kebanyakan pria berpikir bahwa mereka harus menutup apa yang mereka sedang rasakan supaya tidak terlihat lemah. Padahal sikap tersebut merupakan kesalahan dalam kehidupan pernikahan. Perasaan yang tidak diutarakan suami kepada istrinya akan membuat istri merasa suaminya tidak ingin membagikan “bebannya” bersama.
Psikolog Albert Maslow, PhD, mengatakan “Istri akan merasa kehilangan hubungan secara batin dengan suaminya. Ketika sang suami tidak ingin membicarakan apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan, istrinya akan merasa suaminya meninggalkan dia. Walau terkesan sulit, tidak ada salahnya mulai membuka secara perlahan apa yang benar-benar dipikirkan dan dirasakan, terutama kepada sang istri. Dibutuhkan keberanian dalam melakukan hal tersebut.
Terlalu dominan
Memegang peranan menjadi kepala rumah tangga sudah menjadi tugas utama yang harus diemban pria ketika sudah menikah. Bukan berarti pria selalu menjadi satu-satunya yang mengambil kontrol dalam menjalani kehidupan pernikahan. Sama halnya dengan perihal keuangan dalam keluarga, istri juga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan lainnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap keluarga. Saling berdiskusi serta tanyakan sang istri bagaimana pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan.
5 Kesalahan yang Dilakukan oleh Istri dalam Kehidupan Pernikahan
Tak hanya suami, kesalahan-kesalahan yang dilakukan istri juga dapat memicu keretakan dalam kehidupan pernikahan. Keluhan yang sering disampaikan oleh para suami yaitu tidak dapat memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh istrinya. Sang istri cenderung ingin dipahami tanpa menjelaskan apa yang ia inginkan dari suaminya. Berikut beberapa kesalahan dalam menjalani kehidupan pernikahan, yang kerap kali dilakukan oleh istri kepada suaminya.
Terlalu mengatur
Kebanyakan suami ingin mengambil keputusan yang menyangkut kehidupan pernikahan, melibatkan istrinya untuk bisa berbagi pendapat. Bukan berarti istri terlalu mengatur apa yang sedang dipertimbangkan untuk diputuskan bersama. Sikap istri yang terlalu mengatur atau mengontrol kehidupan pernikahan, akan membuat suami merasa bahwa ia tidak dihormati terutama sebagai pemimpin rumah tangga. Ketika istri dapat menyampaikan pendapatnya dengan jelas, sang suami akan memahami maksud yang benar-benar ingin disampaikan. Hal ini berbeda dengan sikap istri yang terlalu mengatur, bahkan memaksa bahwa pendapatnya lah yang harus diikuti.
Drama queen!
Tak ada yang salah jika sesekali Ibu ingin mengungkapkan apa yang ia rasakan terhadap suami, terutama jika sedang merasa kecewa. Apabila dilakukan secara terus-menerus, bahkan sampai berlebihan pun, akan menuntun pada kehidupan pernikahan yang kurang harmonis. Perasaan atau pemikiran yang istri tidak ungkapkan kepada suami, akan membuat suami tidak dapat memahami dan mengerti dengan jelas apa yang benar-benar dirasakan oleh istri, apalagi suami tidak bisa “membaca” isi pikiran Ibu. Sampaikan concern Ibu jika ada sesuatu yang mengganggu atau ingin menyampaikan pendapat, usahakan untuk menyampaikan dengan jelas, singkirkanlah sejenak emosi yang mengikuti saat sedang berbicara kepada suami. Simpan lah perasaan Ibu pada sesuatu permasalahan yang lebih besar, dibandingkan dengan hal kecil yang selalu dipermasalahkan terlalu berlebihan.
Komentator suami
Ketika memutuskan hidup bersama, banyak hal yang berubah dari kebiasaan Ibu sehari-hari. Hal ini menuntun pada perbedaan kebiasaan yang dijalani oleh suami maupun istri. Kecenderungan yang sering dilakukan istri adalah mengomentari segala hal yang dilakukan oleh suami ketika tidak sesuai dengannya. Usahakan untuk tetap melihat suami pada hal yang positif serta kualitas dari dalam dirinya, dibandingkan dengan melihat kesalahan kecil yang dilakukan.
Curiga yang berlebihan
Istri yang memiliki kecurigaan berlebihan kepada suaminya, akan membuat suami merasa tidak dipercaya. Ditambah, kecurigaan yang ditunjukkan tidak beralasan atau bahkan tidak pernah terpikirkan oleh suami untuk melakukannya, merupakan bibit pertengkaran yang akan terjadi. Ketika Ibu selalu merasa curiga tidak beralasan kepada suami, ia akan merasa bahwa hal tulus yang ia lakukan kepada istri akan berujung pada kesia-siaan saja. Kepercayaan merupakan kunci utama untuk bisa mengurangi kecurigaan yang berlebihan, seperti yang diungkap oleh Filsuf Aaron Ben-Zeév, PhD.
Berbicara dengan nada yang terlalu tinggi
Nada bicara yang terlalu tinggi menuntun pada kesalahpahaman yang seharusnya tidak terjadi, atau memicu pertengkaran yang lebih hebat. Karena, nada bicara yang terlalu tinggi mengarahkan pada pemikiran suami bahwa Ibu sedang marah, padahal mungkin hanya ingin “mengeluh” pada apa yang sedang dialaminya. Sebelum melanjutkan diskusi, usahakan untuk dapat mengatur nada bicara terlebih dahulu dengan menyusun kata-kata yang ingin disampaikan. Dibandingkan dengan menyampaikannya dalam nada yang terkesan “frustasi”.
4 Hal Dasar yang Bisa Mulai Dilakukan untuk Suami dan Istri dalam Kehidupan Pernikahan
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh suami maupun istri dalam kehidupan pernikahan, tidak menutup kemungkinan untuk bisa diperbaiki. Komitmen yang telah dibangun untuk terus bersama tidak akan pudar jika masing-masing pasangan terus mengusahakan yang terbaik. Ada beberapa sikap yang bisa mulai diterapkan untuk tetap menjaga keharmonisan kehidupan pernikahan. Berikut 4 hal dasar yang bisa menjadi panduan dalam menjalani kehidupan pernikahan.
Berikan Apresiasi
“Aku suka deh gaya kamu hari ini, terlihat trendy..” atau “Ayah hari ini ganteng deh, Ibu jadi makin cinta..”, ungkapan-ungkapan yang terkesan sederhana ini pun bisa menjadi “lem” untuk kembali melekatnya hubungan kedua pasangan dalam kehidupan pernikahan. Memuji dan memberikan apresiasi atas hal kecil yang dilakukan akan membuat masing-masing pasangan semakin merasa dihargai, dan terutama dicintai. Memberikan apresiasi tak hanya ketika hal yang menyenangkan atau menggembirakan terjadi, tetapi juga saat salah satu pasangan feeling down terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Pemberian apresiasi yang konsisten diterapkan dalam kehidupan pernikahan, akan mengurangi risiko retaknya hubungan suami dan istri.
Komunikasi itu penting
Pria dan wanita memang memiliki cara berkomunikasi yang berbeda. Dibutuhkan kerja sama dalam menemukan serta menyatukan gaya komunikasi dari masing-masing pasangan. Saling terbuka satu sama lain juga merupakan salah satu cara untuk teta[ membangun komunikasi yang baik. Terus libatkan masing-masing pasangan dalam menentukan suatu hal yang akan menjadi keputusan besar dalam kehidupan pernikahan. Kunci lain dalam membangun sebuah komunikasi yang baik adalah kejujuran. Hal ini membutuhkan kebiasaan yang terus dibangun sampai akhirnya menjadi hal yang tidak tabu untuk dilakukan.
Lakukan kegiatan bersama
Di tengah kesibukan yang mungkin dijalani setiap hari oleh kedua pasangan, sisihkan sedikit waktu luang untuk bisa melakukan kegiatan bersama, seperti travelling. Hal tersebut akan berkontribusi dalam menumbuhkan kembali rasa cinta serta kasih sayang yang mungkin sempat hilang karena kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya. Usahakan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama tidak hanya sekali, melainkan beberapa kali kegiatan sehingga kedekatan antar pasangan bisa terus terjalin semakin kuat.
Berikan waktu untuk “me time”
Hidup bersama bukan berarti selalu melakukan setiap kegiatan secara bersama-sama. Tetap berikan waktu “me time” bagi masing-masing pasangan untuk dapat mengeksplor dirinya atau mungkin melakukan hal yang menjadi kesenangan serta hobinya. Memberikan ruang sendiri tersebut memiliki efek yang positif tak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi kehidupan pernikahan ke depan. Selain itu, masing-masing pasangan juga dapat saling membagikan (sharing) hal-hal yang menjadi kesukaannya saat sedang bersama.
Manusia tidak ada yang sempurna, termasuk dalam melakukan kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat membuat orang tersakiti. Termasuk juga dalam kehidupan penikahan. Keterbukaan antar pasangan tentang apa yang ingin diutarakan bisa menjadi pondasi yang kuat untuk tetap berada pada kehidupan pernikahan yang positif. Suami dan istri memiliki tanggungjawab untuk saling mengingatkan, bukan saling menjatuhkan. Tujuannya, supaya bisa menjadi role model yang kuat terutama bagi anak-anak yang sehari-hari selalu bersama. Love is all you need!
(Hadassah / Dok. Freepik)