Ibupedia

5 Langkah Bagi Tugas Rumah Tangga, Bikin Pasangan Lebih Bahagia

5 Langkah Bagi Tugas Rumah Tangga, Bikin Pasangan Lebih Bahagia
5 Langkah Bagi Tugas Rumah Tangga, Bikin Pasangan Lebih Bahagia

Belakangan ini, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga kasus pembunuhan antara suami dan istri kembali marak. Kejadian viral yang baru-baru ini terjadi salah satunya adalah kasus suami bunuh istri akibat kesal karena diminta memandikan anak, sementara sang istri harus bekerja berdagang melalui Live Instagram.

Kebanyakan motif pembunuhan ini memang didasari oleh alasan sepele ya Bu. Perkara membagi tugas rumah tangga, malah berujung maut.

Padahal mengurus rumah tangga sejatinya bukan hanya tanggung jawab istri. Namun, tugas rumah tangga perlu menjadi tanggung jawab bersama yang harus disepakati.

Tujuannya agar pasangan bisa sama-sama saling mengerti dan tidak terjadi kesalahpahaman ke depannya. Terutama ketika masing-masing sedang merasa lelah fisik dan emosi.

Kuncinya, membagi tugas rumah tangga ini memang ada pada penyampaian komunikasi yang baik. Nah, sebenarnya komunikasi seperti apa sih yang perlu dibangun supaya pasangan saling mengerti dan tidak tersinggung?

Lalu, bagaimanakah cara melakukan pembagian tugas dalam rumah tangga? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut!

Tugas rumah tangga sebenarnya tugas siapa, ya? 

Sejak dahulu kala, orang tua kita zaman dahulu sering mengatakan bahwa ketika kita menikah, maka tugas seorang suami adalah menjadi kepala rumah tangga yang berkewajiban untuk bekerja serta mencari nafkah. Sementara tugas seorang istri adalah mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.

Sebenarnya secara keseluruhan pemahaman tradisional ini tidak sepenuhnya benar ya Bu. Sayangnya, pemahaman seperti ini terlanjur melekat di dalam diri kita secara turun temurun.

Sehingga menyebabkan tradisi seorang laki-laki dilarang melakukan segala pekerjaan rumah, termasuk mengurus anak adalah hal yang tabu. Namun, dikutip dari Center for Marriage and Family Universitas Ciputra, sebuah buku karya Olson, D.H., DeFrain, J., Skogrand, L. berjudul Marriages and Families: Intimacy, Diversity and Strength kebanyakan pasangan sudah menerapkan peran egaliter dalam hubungan pernikahan mereka.

Pembagian egaliter jelas berbeda dengan tradisional, di mana egaliter merupakan pembagian peran secara lebih terbuka antara suami dan istri. Tidak ada lagi sebuah aturan sosial bahwa suami kurang cocok mengasuh anak dan istri kurang cocok untuk bekerja.

Suami dan istri ini bebas menentukan pembagian peran dan tugas rumah tangga berdasarkan kesepakatan bersama, termasuk mengurus rumah dan anak-anaknya. Peran egaliter ini juga membuat suami dan istri merasa lebih bahagia karena dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain.

Bahkan, dari segi agama jika dikutip Dalam Islam Nabi Muhammad SAW tak ragu melakukan semua jenis tugas rumah tangga yang biasa dikerjakan oleh kaum perempuan. Jadi, saat ini jika ada pertanyaan mengenai tugas rumah tangga sebenarnya tugas siapa? Jelas sudah ada jawabannya ya, Bu.

Bagaimana melakukan pembagian tugas di rumah?


Ternyata masih banyak pasangan yang belum bisa membagi tugas rumah tangganya secara equal atau seimbang. Akibatnya, Ibu jadi rentan mengalami stress dan kelelahan.

Hal ini pulalah yang seringkali menjadi penyebab mengapa belakangan ini banyak pasangan mudah saling membunuh satu sama lain. Ketika pasangan jarang terlibat dengan pekerjaan atau tugas rumah tangga dan Ibu ingin sekali semuanya tetap berimbang, melansir Mind Body Green berikut adalah langkah-langkah yang bisa Ibu terapkan.

1. Komunikasikan dengan pasangan

Menurut psikolog klinis, Lina Perl, Psy.D. hal pertama yang penting dilakukan adalah komunikasikan dengan pasangan secara terbuka. Komunikasi penting dibangun agar tercipta kesepakatan dalam pembagian tugas rumah tangga.

Sayangnya, kebanyakan perempuan cenderung enggan melakukan komunikasi seperti ini dengan alasan akan berujung pertengkaran dan tidak menghasilkan adanya perubahan sama sekali. Memang, berkomunikasi dengan pasangan saat sedang emosi bukanlah hal yang tepat.

Namun, merasa frustrasi, putus asa dan kerap menyalahkan diri sendiri juga bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan setiap saat. Membangun komunikasi secara lebih terbuka seperti ini pada awalnya mungkin akan membuat Ibu dan pasangan merasa tidak nyaman.

Akan tetapi, di sisi lain setidaknya hal ini bisa menghasilkan jawaban ataupun sedikit kesepakatan. Tips penting yang perlu dilakukan, jangan bangun percakapan ketika sedang sama-sama lelah, karena akan berujung pertengkaran. Sebaiknya cari waktu yang tepat untuk duduk bersama dengan kepala dingin.

2. Bicarakan tentang perasaanmu

Bicarakan dengan pasangan tentang bagaimana perasaanmu. Usahakan tetap fokus dengan apa yang ingin disampaikan yakni untuk tugas rumah tangga.

Katakan apa tugas rumah tangga apa yang selama ini cukup menjadi beban bagi Ibu. Pilih kata-kata yang tidak menyinggung sehingga pasangan akan merespon dengan defensif yang berujung pertengkaran. Contoh komunikasi yang bisa diterapkan

  • Fokus pada masalah: Ibu bisa mengatakan “sepertinya aku merasa sudah melakukan semua tugas rumah tangga, tapi kok aku merasa nggak selesai-selesai, ya?”
  • Hindari menjudge pasangan. Tetap fokus pada apa yang Ibu rasakan, hindari kata-kata, “kamu nggak melakukan hal apapun!” dan ganti menjadi, “aku merasa sedang capek banget belakangan ini”.
  • Katakan apa yang keinginanmu seperti, “aku berharap ini bisa menjadi tugas kita bersama”.
  • Jelaskan kembali apa tujuannya. Misalnya saja seperti, “ini aku lakukan agar kita bisa punya lebih banyak waktu bersama”.

3. Hindari perdebatan dan kritik

Misalnya seperti siapa yang paling baik dalam mengurus tugas rumah tangga, mengritik pekerjaan yang dilakukan pasangan seperti; bagian A kurang bersih, barang B harusnya tidak diletakkan di tempat itu dan lain sebagainya. Bebaskan pasangan melakukan tugas rumah tangga sesuai dengan caranya.

Jika sudah selesai dan kondisi pasangan sudah lebih baik, coba komunikasikan mengenai letak barang-barang tersebut dan bagaimana cara tepat melakukan pekerjaan rumah lainnya.

4. Apresiasi pekerjaan pasangan 

Dari pada mengkritik tugas rumah tangga yang dilakukan pasangan, alangkah lebih baik berikan apresiasi positif seperti memuji pekerjaannya, mengatakan terima kasih dan lain sebagainya. Maklumilah bahwa pasangan sedang dalam tahap belajar, sehingga segala pekerjannya memang harus selalu diapresiasi untuk menciptakan aura positif di dalam rumah.

5. Bagi tugas dan lakukan pekerjaan bersama-sama

Kita tahu bahwa segala pekerjaan pasti akan menjadi lebih ringan ketika kita kerjakan secara bersama-sama. Ibu bisa membagi tugas dengan pasangan sesuai dengan keahliannya contoh, Ibu memasak, Ayah mencuci piring atau Ibu membersihkan rumah sementara Ayah memandikan si kecil.

Pada intinya, apapun strategi yang Ibu buat dengan pasangan, ingatlah untuk selalu bersikap fleksibel dengannya. Nggak apa-apa, lho untuk sesekali bertukar tugas atau melakukan sesuatu di luar rencana bersama pasangan. Asalkan selalu berlandaskan sikap ramah, murah hati, dan pemaaf.

Jangan lupa, membicarakan tugas rumah tangga dengan pasangan memang nggak semudah yang tertulis dalam tulisan ini. Tapi, tiap orang punya kesempatan untuk bisa berubah menjadi lebih baik, bukan? Karena ketika tugas rumah tangga selesai dengan baik, pasti bisa membuat hati kita jadi lebih bahagia.

Follow Ibupedia Instagram